Semalam sebelum tidur, saya iseng buka situs Terminal Mojok. Nggak sengaja saya melihat artikel yang dari judulnya menggambarkan pengalaman buruk naik Trans Jogja.
Sebagai orang yang pernah rutin nglaju Prambanan–Sardjito pp dengan transportasi ini empat tahun silam, saya tergerak untuk membuka artikel tersebut. Dalam hati saya bertanya-tanya, “Wah, ada apa gerangan dengan bus legendaris dalam hidup saya ini? Apakah dia mengalami penurunan kualitas pelayanan setelah saya sudah lama nggak berlangganan lagi?”
Setelah saya baca, yang kemudian muncul di benak saya adalah, “Owalah…ternyata si mbaknya salah naik bus. Kirain fasilitas TJ-nya yang makin buruk.” Begitu turun sampai kolom komentar, saya agak terkejut menemukan banyak netizen yang berpikiran serupa. Menurut netizen, apa yang diceritakan penulis itu adalah kesalahannya sendiri, tapi judul artikel seolah-olah menjelekkan moda transportasi Trans Jogja. Meski cara berkomentarnya netizen terbilang kasar, saya sependapat.
Salah rute waktu naik angkutan umum sebetulnya lumrah. Apalagi kalau baru pertama kali naik. Tapi agaknya itu nggak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan transportasinya.
Seperti pepatah bilang, malu bertanya sesat di jalan. Supaya nggak mengalami yang namanya salah naik bus, saya biasanya cari dulu infonya. Trans Jogja sendiri punya peta trayek yang bisa dicari di mbah Google atau biasanya ditempel di halte.
Nggak lupa saya juga crosscheck ke petugasnya, baik petugas yang di halte maupun kernet kalau sudah naik ke bus. Sejauh pengalaman saya, petugasnya ramah dan cukup jelas kok dalam memberi info. Pernah juga beberapa kali saya memutuskan batal naik karena petugasnya memberitahu, misal busnya sedang agak lama datangnya atau rutenya agak repot kalau mau naik Trans Jogja.
Pada dasarnya, transportasi umum memang nggak diperuntukkan buat mereka yang pengin buru-buru. Termasuk Trans Jogja, yang durasi tunggu maupun durasi perjalanannya sangat dipengaruhi kondisi lalu lintas karena nggak punya jalur khusus. Dulu saya bahkan harus rela selalu berangkat satu setengah jam lebih awal supaya nggak telat.
Selain itu, rutenya pun mungkin terbatas. Namanya juga transportasi umum, punya prinsip mengangkut dan mengantar sebanyak mungkin penumpang dengan jarak tempuh seefisien mungkin. Disediakan buat masyarakat secara umum dan cuma melalui rute yang umum dicari masyarakat. Kalau bus yang dinaiki malah membawa anda muter-muter dulu, barangkali rute itu memang nggak umum dicari orang. Jadi, biar nggak merasa kecewa setelah naik angkutan umum, sebaiknya cari tahu dan pahami dulu risikonya.
Trans Jogja sendiri sebetulnya sudah jauh lebih bagus dibanding waktu dulu saya masih rajin memakainya. Dulu, tiap pulang kuliah saya harus ekstra sabar karena trayek yang saya naiki banyak penumpangnya namun sedikit armadanya. Bus datang bisa sampai lima belas menit sekali, eh sekalinya datang sudah penuh dan cuma bisa mengangkut satu-dua orang. Terpaksa nunggu bus berikutnya deh sampai saya kebagian giliran untuk naik. Rekor pribadi saya, saya pernah nunggu sampai satu setengah jam!
Belum lagi busnya yang sudah jelek banget. Lampunya remang-remang kalau malam, lantainya bolong, pegangan untuk penumpang yang berdiri sudah pada putus, kursinya ada yang jebol, AC bocor dan nggak ada anginnya sama sekali. Saya yang sudah lama sembuh dari motion sickness saja pernah dibuat mual gara-gara di dalam bus pengap dan bau mesin banget.
Kalau nggak salah sejak 2017, semua bus jelek itu akhirnya diganti dengan bus baru dan jumlah armada yang lebih banyak. Lampunya sudah terang-benderang, AC-nya dingin sampai bikin menggigil, dan nggak lagi pengap bau mesin. Juga nggak perlu berdesak-desakan lagi karena jarak waktu antar bus nggak terlalu lama, sehingga nggak terjadi penumpukan penumpang. Selain itu, trayeknya pun ditambah dan diperluas. Sayangnya saya cuma sebentar merasakan naik Trans Jogja era modern itu, karena setelahnya saya sudah punya dan bisa mengendarai motor ke mana-mana. Nggak jadi penumpang setianya lagi deh, hehe.
Buat yang belum pernah atau baru mau mencoba naik Trans Jogja, jangan jadi sungkan ya naik bus ukuran tanggung ini. Serius deh, fasilitasnya udah enak banget. Asal mau mempelajari rute dulu dan nggak malu tanya sama petugasnya, naik Trans Jogja bisa jadi alternatif bepergian yang nyaman dan murah meriah.
BACA JUGA Rapid Test Sebagai Syarat Kembali ke Rantau: Pemerintah yang Minta, Rakyat yang Bayar dan tulisan-tulisan Yusrina Kartika lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.