Sepanjang hidup seorang laki-laki, setidaknya ada beberapa pengalaman pedih yang akan dan mungkin pernah dialami: putus cinta, ditinggal orang tua, dan terjepit ritsleting. Pengalaman terjepit ritsleting bukan peristiwa baru di kalangan bocil dan mungkin sudah ada sejak ditemukan alat pembuka pintu gerbang celana ini.
Pakar kesehatan melalui British Journal of Urology melaporkan, ada sekitar 17.616 pria yang harus dilarikan ke rumah sakit karena tititnya mengalami cedera akibat terjepit ritsleting dengan rentang waktu 2002 hingga 2010.
Sebagai laki-laki sejati, saya paham betul betapa pedihnya saat si kecil terjepit ritsleting. Persis peristiwa kelam itu saya alami saat duduk di bangku kelas tiga SD. Celana yang sempit, tidak memakai celana dalam, dan tindakan terburu-buru adalah beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan memilukan ini.
Sama seperti bocil pada umumnya yang selalu ingin lari dan berlari, waktu itu saya sangat bergairah untuk segera berangkat sekolah bersama teman-teman yang sudah menunggu di depan rumah. Berkat tindakan petakilan dan grusah-grusuh itu saya memakai celana dan baju sambil lari. Alhasil, lupa tidak pakai sempak dan menarik ritsleting secara serampangan. Akhirnya, peristiwa nahas pun terjadi, gerigi ritsleting itu melahap investasi masa depan saya itu.
Tak ayal, saya pun menjerit kesakitan dan mangap sekencang-kencangnya. Ibu yang melihat masa depan anaknya terancam, langsung berjibaku dan cekatan mengambil pisau dapur untuk memberikan pertolongan pertama. Geger geden tidak bisa dihindari, tetangga sekitar sibuk memberi saran tanpa aksi nyata. Sementara itu, teman-teman saya yang melihat kekacauan ini hanya pringas-pringis tanpa dosa.
Tanpa aba-aba, komando, dan perhitungan yang akurat, ibu saya langsung menyodorkan pisau berkarat itu di bagian inti lokasi kecelakaan dengan ragu. Saya yang melihat pisau untlap-untlup itu, semakin menjerit dan nyaris semaput. Untunglah, bapak saya yang baru pulang dari pasar hewan langsung merebut pisau itu dan melemparkan jauh-jauh. Sementara itu, teman-teman saya semakin riang gembira dan menikmati adegan ini.
Entah mendapatkan wangsit dari mana, dengan tangan kosong, bapak dengan sangat tega langsung menarik ritsleting itu ke bawah dengan kencang. Sungguh, ini perjuangan antara hidup dan mati. Rasa sakit waktu ditarik-tarik sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Meski setelah itu berhasil dilepas, tapi cukup meninggalkan bekas luka.
Peristiwa si titit terjepit ritsleting adalah perkara besar yang harus segera mendapatkan pertolongan. Jika salah penanganan, tentu masa depan akan suram. Berangkat dari pengalaman pilu tersebut, saya bagikan tips melepaskan si kecil dari gigitan ritsleting secara logis dan tidak serampangan.
#1 Relakan celana, daripada masa depan melayang.
Tips paling logis melepaskan jeratan ritsleting adalah memotong median bar retsleting dengan pemotong kawat. Bagi yang tidak mudeng dengan median bar, silakan googling. Pokoknya bagian atas pegangan ritsleting yang menempel dengan piringan itu.
Setelah berhasil memotong median bar, gerigi yang menjepit kulit biasanya akan terlepas. Nah, itu coba dipotong pelan-pelan saja, ya, jangan sembrono, gagal fokus bisa fatal lho ini.
Bagi Anda yang cenderung suka ragu-ragu dan tangannya sering bergetar, sebaiknya langsung memotong celana sisi dan kanan bagian ritsleting. Ikhlaskan saja celana keparat itu. Jika sudah dipotong, coba gunting gerigi ritsleting secara perlahan dan lepaskan jeratannya. Saat proses memotong ritsleting, pastikan untuk mengatur napas dengan benar atau sambil nyanyi-nyanyi siraman rohani gitu agar tidak tegang dan tidak salah sasaran.
#2 Jangan coba-coba memainkan ritsleting, sungguh ini tidak penting
Saat menangani masalah terjepit ritsleting, hindari perbuatan yang mengarah kepada tindakan instan seperti memaksa menarik ritsleting ke atas atau ke bawah. Tentu saja ini tidak bisa dibenarkan karena mengandung unsur paksaan dan semua tindakan yang dilakukan dengan paksaan itu biasanya tidak enak.
Dalam banyak kasus, saya mendapati beberapa orang yang langsung menarik kencang ritsleting, ya seperti bapak saya itu. Cara ini dianggap mampu melepaskan jeratan ritsleting dengan cepat, namun tindakan radikal ini lumayan isa mengancam keselamatan si kecil.
Ketika ritsleting itu ditarik dengan kencang, tentu akan terjadi gesekan yang luar biasa antara gerigi dan kulit si mungil. Tentu ini bisa membahayakan masa depan dan akan menggoreskan luka, baik di arena inti maupun di hati.
#3 Hindari pisau dapur, tidak ada yang bisa diharapkan dari pisau ini
Banyak orang panik saat melihat adegan terjepit ritsleting, tak terkecuali ibu-ibu. Biasanya, ibu-ibu ini suka membawa bumbu-bumbu atau peralatan dapur di tengah situasi genting. Untuk itu, demi keamanan bersama, hindari atau tolak tawaran pakai pisau untuk melepas ritsleting.
Penggunaan pisau dapur sangat membahayakan si mungil dan menyalahi prosedur. Apalagi jika pisau dapur habis digunakan untuk memotong bawang merah, bawang putih, laos, atau cabai, sungguh ini keputusan tidak bijak dan cenderung wagu.
#4 Hindari pakai oli samping karena hanya memberi efek konyol
Sikap grusa-grusa sering kali berujung tindakan anarkis yang membahayakan publik. Sama seperti mengatasi terjepit ritsleting, hindari sikap sok tahu dengan menumpahkan oli samping pada bagian ritsleting. Jelas ini keputusan wagu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan baik secara ilmu kedokteran maupun spiritual.
Beberapa teman saya pernah mengalami nasib yang sama dengan cara penanganan berbeda. Dengan alasan agar licin dan mudah dilepas, tanpa pikir panjang orang tuanya langsung menumpahkan beberapa sendok makan ke gerigi ritsleting. Selain konyol, tentu saja cara ini bisa menyebabkan iritasi jika terkena bagian inti.
BACA JUGA Hal yang Perlu Diperhatikan biar Podcast-mu Nggak Asal Bacot dan tulisan Jevi Adhi Nugraha lainnya.