Setiap kali melihat mahasiswa semester akhir, ada satu pemandangan khas yang pasti muncul. Nggak lain dan nggak bukan adalah raut wajah berhias kepanikan akut. Penyebabnya nyaris seragam, yakni bingung mencari tema skripsi. Masalahnya nggak cuma mentok atau ditolak dosen, tapi sering kali karena ide mereka sendiri yang kelewat muluk buat ukuran mahasiswa S1.
Saya tahu betul bagaimana rasanya dilema ini. Soalnya, dulu saya juga pernah persis di posisi itu. Nggak jarang, bukannya fokus mengulik substansi tema, mahasiswa malah terjebak merangkai judul yang keren dan terkesan visioner. Padahal kunci utama menyusun skripsi itu sederhana, kok. Bukan melulu soal judul mentereng, tapi soal berpikir logis dan kemudahan eksekusi.
#1 Menentukan tema skripsi bukan mulai dari judul, skripsi yang baik lahir dari sebuah masalah
Ini adalah bocoran paling penting yang harus dipegang. Soalnya, penelitian itu intinya merumuskan solusi atas suatu kesenjangan atau problem yang ada. Nggak perlu muluk-muluk mencari gap penelitian yang harus dipublikasikan di jurnal internasional. Cukup lihat saja fenomena umum yang terjadi di sekitar.
Misalnya, di bidang Manajemen Pemasaran, untuk menentukan tema skripsi, mahasiswa bisa mencermati mengapa produk A yang ulasannya bagus dan kualitasnya mantap, penjualannya tetap kebanting dari produk B yang mutunya medioker. Nah, itu jelas ada kesenjangan antara kualitas produk dan kinerja pasar.
Berawal dari pertanyaan mengapa itu, mahasiswa bisa menyelami alasan fenomena tersebut terjadi. Kalau sudah punya masalah yang jelas buat dikupas, judul akan mengikuti dengan sendirinya.
#2 Jangan iseng-iseng ikut tren, pilih bidang yang benar-benar disukai
Jurus kedua memilih tema skripsi adalah jangan terseret ikut tren atau terjun ke bidang yang katanya lagi hype. Pasalnya, menggarap skripsi itu ibarat lari maraton, bukan sprint. Jadi, mahasiswa butuh bahan bakar berupa passion guna memastikan tetap jalan sampai garis akhir.
Kalau memang belum tahu mau meneliti masalah apa, tentukan saja dulu bidang umumnya. Misalnya, seorang mahasiswa dari jurusan Manajemen Pemasaran, punya ketertarikan di bidang makeup atau fashion. Jadikan ini sebagai titik awal. Dari bidang yang diminati ini, biasanya mahasiswa akan lebih merasa ringan kalau harus khatam membaca puluhan artikel jurnal yang berkaitan.
#3 Akses data itu harga mati biar skripsi nggak mati suri
Yang nggak kalah penting selanjutnya dalam menentukan tema skripsi adalah hindari topik yang datanya mustahil didapatkan. Skripsi itu sering mati suri bukan karena mahasiswanya bodoh, tapi karena mereka malas meneruskan setelah tahu akses data itu sangat sulit dan butuh biaya besar. Makanya, sangat krusial buat membatasi fokus dan ruang lingkup penelitan yang spesifik.
Apalagi penelitian yang mendalam pada area kecil itu jauh lebih bernilai daripada penelitian yang dangkal di area yang terlalu luas. Kalau mahasiswa meneliti satu kasus kecil tapi tuntas, dosen pasti lebih menghargai daripada meneliti satu negara tapi hasilnya cuma kulit-kulitnya saja. Pokoknya, pikirkan dulu, mampu nggak menjangkau datanya sebelum jatuh cinta pada judulnya.
#4 Pilih satu artikel jurnal yang jadi patokan membuat tema skripsi, nggak perlu buru-buru unduh banyak bacaan
Kalau sudah beres mengunci masalah, bidang, dan peluang akses data, langkah selanjutnya adalah mencari artikel jurnal. Eh, tapi nggak langsung buka puluhan jurnal, lho. Sebab, bukannya dapat ide, mahasiswa malah cenderung linglung karena terlalu banyak konsep baru yang muncul di kepala.
Sebaliknya, cukup cari satu artikel jurnal yang dirasa paling relevan dan menarik. Lalu, jadikan itu pedoman utama. Pahami betul alur pemikiran, dari mana masalahnya, teori yang dipakai, sampai metode yang digunakan peneliti. Setelah benar-benar menguasai satu artikel itu sampai ke akar-akarnya, baru kemudian cari artikel pendukung lain. Satu fondasi kuat lebih baik ketimbang sepuluh fondasi yang rapuh.
Ingat, mencari tema skripsi itu bukan ajang mencari judul yang paling canggih, melainkan tentang logika dan kemampuan realisasi. Oleh karena itu, setelah semua bocoran tadi dipahami, nggak usah buru-buru menekan tombol keyboard. Ambil kertas dan pensil, lalu buatlah peta pikiran dulu.
Begitu semua gambaran besar tercurah di kertas, praktis, tema skrispi sudah terbentuk dan barulah bisa mulai mengetik. Dengan begitu, proses pengerjaan skripsi akan jauh lebih efisien dan nggak bikin lelah mental lantaran menghadapi layar laptop yang kosong melompong.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Tema Skripsi Buat Mahasiswa Prodi Akuntansi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
