Lift pada gedung perkantoran sudah barang tentu menjadi medium penting bagi orang-orang di dalamnya untuk berpindah dari satu lantai ke lantai lain. Tidak hanya mengantarkan orang, tapi juga distribusi barang-barang kebutuhan. Saya bekerja pada salah satu BUMN di Bandung yang tidak ada kantor cabang di kota lain (tertebaklah BUMN apa itu, ya). Banyak bangunan tua di dalamnya, maklum perusahaan ini telah banyak mengalami jatuh bangun dalam perjalanannya (semoga menjadi salah satu yang bisa dirombak oleh Pak Erick Tohir, aamiin).
Dengan tuanya usia gedung-gedung yang ada, fasilitas di dalamnya juga sudah berumur lama kalau tidak bisa dikatakan lawas. Pada gedung tempat saya bekerja, terdapat total lima lift yang bisa dinaiki oleh para karyawan. Tiga di sayap kiri—biasanya disebut lift tiga— dan dua di sayap kanan—sering disebut lift dua—dari pintu masuk. Tapi kadang lift dua suka diblok terutama bila ada tamu penting datang. Alhasil, kroco-kroco biasa macam saya mesti naik lift tiga, itu juga yang sering dioperasikan hanya dua lift dalam rangka efisiensi perusahaan.
Lift tiga ini memang lebih ‘ramah’. Selain jumlahnya lebih banyak daripada lift seberang yang pada saat-saat tak terduga bisa saja beroperasi ketiganya, rentang waktu buka-tutup lift ini juga lebih manusiawi daripada lift dua. Rentang waktu buka-tutup lift dua itu bisa secepat kedipan matamu kalau kelilipan atau memang kamu tipe orang dengan mata kiceup-kiceup.
Tentu dengan keadaan lift seperti itu, sebenarnya kami para karyawan ini (seharusnya) jadi orang yang peka dan mau saling bantu dong, ya. Misalnya saja, ikut menahan tombol open lebih lama ketika orang masuk atau keluar lift. Bisa juga jadi orang yang suka rela menahan pintu lift dengan tangan semacam kuat seperti Peter Parker versi Tobey Maguire yang menahan laju trem, wuiiih.
Tapi kok yha, banyaknya malah jenis penumpang lift berikut yang mbikin pengin nangis (zzzad). Berikut tipe-tipe penumpang versi kantor tempat saya bekerja—auto terngiang mbak-mbak narator acara On The Spot Trans 7 dengan backsound Tiger Baby berjudul Fairytale.
Satu: Penumpang Mojok
Bukan, ini bukan penumpang lift yang begitu masuk terus buka situs Mojok.co loh,ya. Lha begitu masuk lift kan sinyal ponsel saja hilang. Ini merupakan tipe penumpang yang begitu masuk lift langsung mengambil posisi di pojok belakang kanan atau kiri demi menghindar untuk jadi karyawan peka menahan pintu atau tombol open lebih lama. Penumpang tipe seperti ini ada baiknya dihalang-halangi biar susah keluar pas sampai tujuan lantainya. Mau keluar, eh keburu nutup lagi elevatornya.
Dua: Penumpang Lupa Ingatan
Percayalah orang hilang ingatan tidak hanya ada di sinetron, tapi juga ada di lift kantor. Penumpang lift tipe ini adalah orang yang begitu naik lift, begitu fokus pada ponsel untuk menjawab rentetan percakapan di WAG—dari grup sedivisi, grup sedepartemen, grup sebidang, grup boomer, grup X, grup milenial, hingga grup ghibah— saking fokusnya biar nggak salah balas chat sampai lupa memijit tombol angka lantai tujuan. Kalau sudah begini diperlukan pula orang peka khusus menanyakan, “Lantai berapa, Pak/Bu/Mas/Mbak/Yang?”
Tiga: Penumpang Diem-Diem Bae
Orang yang masuk tipe penumpang lift satu ini mungkin adalah orang yang bisa bikin orang peka sedih. Penumpang jenis ini merupakan orang yang antara iya dan tidak buat masuk. Bisa ragu karena lift tampak sudah penuh atau tidak yakin lift ini menuju ke bawah atau atas. Keragu-raguan orang tipe ini terlihat dari seinci pergerakan kaki yang ingin maju tapi… tapi… tapi… duh galau.
Empat: Penumpang Terjepit
Yang seperti ini, lanjutan dari tipe no. 3 tadi. Saat seinci langkah keraguan perlahan berubah jadi langkah pasti, tapi orang peka sudah terlalu lelah menahan lama tombol open, ya pintu lift keburu menutup.
Lima: Penumpang (Berniat) Peka tapi…
Memang niat baik itu tidak serta merta dilakukan dengan cara yang tepat. Seperti penumpang lift tipe ini adalah orang yang ingin menolong dengan menekan lama tombol open, tapi yang dipencet tombol sebelah bertanda panah dari dua arah alias tombol tutup. Perlu dipertanyakan memang niatnya baik atau memang menolak penumpang lain secara halus.
Enam: Penumpang Tak Kasat Mata
Dengan usia gedung-gedung perkantoran yang terbilang tua, tentu saja ada kejadian-kejadian di mana pintu lift terbuka tapi tidak ada siapa-siapa yang masuk. Bisa saja sih orang mau naik lift, tapi bosan menunggu lama dan memilih pakai tangga. Namun, bila tombol tutup sudah dipijit-pijit, tapi pintu tertahan sampai akhirnya menutup pelan sendiri… Bagus bila orang yang di dalam ada teman lain menemani. Kalau tidak, lebih baik pencet tombol open untuk keluar dan pakai tangga saja.
Tujuh: Penumpang Pemegang Kunci Sakti
Nah ini nih, penumpang sakti. Dengar-dengar sih kunci ini khusus dimiliki bagian fasilitas, istilahnya sang empunya lift-lah. Penumpang tipe ini bisa membuka lift yang diniatkan tidak beroperasi dan menahan lift untuk tidak membuka bagi penumpang lain hingga sang pemegang kunci tiba di lantai tujuannya. Bila kebetulan bertemu dengan pemegang kunci sakti ini, keberuntungan sedang menaungimu. Saya salah satu yang pernah mengalami itu, tapi kok ya nggak coba saya curi kunci itu, ya. Kan enak.
Demikian, tujuh tipe penumpang versi On The Spot kantor tempat saya bekerja (treng~ te deng te deng te deng).
BACA JUGA Naik Lift: Dari Pura-Pura Sibuk Hingga Nahan Kentut atau tulisan Gita Ismailia Isbandijah Jenie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.