Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Tiga Alasan Kenapa Parkir ‘Syariah’ Itu Penting

Ahmad Aminuddin oleh Ahmad Aminuddin
14 Juli 2019
A A
parkir syariah

parkir syariah

Share on FacebookShare on Twitter

Belakangan ini jagat dunia persilatan per-medsos-an kita digoyang oleh sebuah unggahan foto yang menunjukkan pemisahan antara area parkir laki-laki dan perempuan di RSUD Kota Depok. Jelas, tanggapan pro dan kontra muncul dari para netizen terkait hal ini, kalau tidak demikian bukan netizen “wkwk land” namanya.

Mereka yang mendukung kebijakan parkir ‘syariah’ ini sudah barang tentu mengatakan bahwa kebijakan ini sudah sesuai dengan ajaran agama karena khalwat—bercampurnya lawan jenis—baik orang atau pun cuma motornya, dalam satu area itu hukumnya haram. Ingat loh, haram!

Sebagai mayoritas, umat muslim kan harus menjalankan ajaran agamanya dengan kaffah dong. Biar Islamnya tidak setengah-setengah—nanggung! Sedangkan, mereka yang menolak, sebagian mengatakan kalau kebijakan ini nggak penting banget—”masak ya motor harus dipisah, emang mereka bisa berbuat mesum po?”

Saya sendiri sebenarnya juga agak heran dengan kebijakan ini, tetapi setelah saya pikir-pikir, kok ya ada benernya ya. Setidaknya ada tiga alasan yang saya temukan setelah berkontemplasi merenungkan fenomena ini. Sebenarnya alasannya cukup sederhana juga sih. Begini, mohon disimak baik-baik biar tidak salah faham.

Pertama: Indonesia akan hancur karena tidak bersyariah

Ya sudah barang tentu dong, sebagai mayoritas, kelompok muslim punya hak untuk menjalankan tuntunan agama dengan sedetail-detailnya. Eits, jangan salah! Tidak hanya orangnya saja, bahkan propertinya juga harus Islami. Misalnya, jilbab kan juga ada yang syar’i dan ada yang tidak. Pun demikian dengan kulkas yang tidak mau ketinggalan. Ada yang halal dan ada yang kurang halal- kalo tidak boleh dibilang syubhat atau haram. Apalagi ini soal motor yang nilainya jauh lebih mahal.

Hayo jelas no, pihak managemen RSUD pasti sudah berpikir masak-masak untuk meleyani para pelangganya dengan full service. Semacam li ikromi dluyuf—untuk memuliakan tamu—dalam istilah arabnya. Seperti halnya dalam prinsip marketing, pelanggan adalah raja. Sedangkan dalam istilah syariatnya, tamu—pengunjung—adalah raja. Bener kan? Pengunjung kan juga tamu bagi pengelola Rumah Sakit.

Apalagi di Depok yang pemerintah kotanya juga begitu memperhatiakn soal tarbiyah—pendidikan agama—dan sangat mengesahkan rancangan Perda syariah. Jadi, ya malah lebih bagus to kalo instansi pemerintah sudah mulai nyicil menerapkan peraturan yang bernuansa syariah. Kalo tidak begitu ya kapan disahkannya peraturan syariah. Sekali lagi saya tegaskan, harus dicicil.

Baca Juga:

Depok Semarang Ruwet, tapi Masih Bisa Dimaafkan, Tidak Seperti Depok di Daerah Lain

Depok, Kecamatan di Sleman yang Paling Red Flag di Mata Orang Bantul

Dan hal yang paling penting dan perlu diingat, Indonesia akan hancur jika tidak segera menerapkan hukum syariat. Paling tidak kalo Indonesia belom bersyariat, parkiran di Depok aja dulu deh nggak apa-apa, biar kehancuran negara tercinta ini bisa sedikit ditunda. Atau bahkan dicancel, kan udah ada lahan parkir di Depok yang pasang badan.

Kedua: Motor juga punya gender loh!

Saya sih kurang sepakat dengan mereka yang kontra dengan parkir syariah ini dengan alasan, “emang motor punya gender, kok harus dipisah segala?” “Aish, jangan salah donk. You know nothing, Jon Snow!”

Kalo kalian bilang motor nggak ada gendernya, pasti kalian ini generasi yang kurang memahami kearifan lokal, tidak pro rakyat, antek asing. Jangankan motor, bapak-ibuknya motor, sepeda onthel  atau pit aja jelas-jelas punya gender kok—apalagi motor yang notabene anaknya.

Nggak percaya? Coba aja tanyakan pada bapak-bapak dan emak-emak kalian. Saya jamin deh, kalo kita bilang “motor lanang (cowok)” pasti mereka bakal merujuk ke motor macam CB150R, Vixion dan gengnya. Kalo kita bilang “motor wadon (cewek).” Jelas mereka bakal nunjuk motor sejuta umat macam Supra X dan jami’yah arisannya. Nah kalo motor matic gimana? Ya tetep aja, Itu motor wadon, Bambang! Mung beda generasi aja. Anggap saja itu cewek generasi millennial yang sudah bisa dandan pake pensil alis.

Jadi, jangan semena-mena kita mendiskriminasi motor dengan menihilkan gender mereka. Camkan itu, kisanak! Soal persyaratan untuk dikenai hukum syariat seperti aqil (berakal) dan baligh (dewasa) itu mah urusan lain. Yang penting dia punya gender; motor lanangdan wadon tidak boleh bersama, apalagi sampek larut malam. Berabe loh. Bisa nambah beban kredit kalo sampai mengasilkan motor yang ketiga.

Ketiga: Mendinglah

Nah ini, alasan yang paling penting, core of the core dari alasan-alasan sebelumnya; “mendinglah, dari pada nggak ada parkiran, hayooo!”

Coba bayangkan, kalau di fasilitas umum segede Rumah Sakit Daerah tidak ada parkirannya. Bisa berabe kan. Pemerintah Depok tentunya juga bakal pusing tujuh keliling kalo didemo sampek berjilid-jilid hanya karena nggak nyediain parkiran. Nggak seksi banget deh isunya. Pun demikian dengan pengunjungnya. Nah wong yang sudah ada parkiran aja seringkali mereka merasa tidak aman dan ada saja kasus kemalingan. Apalagi kalo tidak ada coba; beneran, berabe loh! Ini serius.

Kalau kisanak semua masih gak percaya, belajarlah dari pengalaman kawan saya ini. Alkisah, kawan saya adalah seorang mahasiswa kampus berlabel agama yang sudah semester sekarat. Once upon a time, teman saya ini setelah sekian lama gak ngampus dan suatu hari dia harus pergi ke kampus. Eits, yang jelas bukan untuk urusan kuliah, tapi acara lain yang ada gratis makannya.

Ketika sampai di kampus, dengan tertib dan rapi dia memarkir motornya di area parkir. Ndilalah¸ pas mau pulang, nah kok helmnya amblas. Tak tanggung-tanggung helm model fullface yang cukup bermerk. Sebut saja NHK yang untuk ukuran mahasiswa udah bisa dipakek naik motor sambil ndangak—menengadah. Ajoooor jum!!

Bayangkan, bagaimana jengkelnya kawan saya ini, udah sampai ke ubun-ubun. Lama nggak ngampus, sekalinya ngampus, helm kesayangan harus jadi tumbal. Padahal sudah diparkir di tempat yang sesuai dengan SOP tata kelola kampus. Cuk deh!

Sayangnya kisah tersebut tidak selesai sampai disini saja.

Apa boleh buat, kawan saya harus beli helm lagi dong buat mobilitas sehari-hari. Setelah nabung selama tujuh purnama, akhirnya belilah dia helm fulface merk KYT—meskipun bekas. Ya masak motor sport mau beli helm retro. Kan nggak match ciiin.

“Jancuuuk! Ilang maneeeh!”—dengan logat Suroboyoan yang mantap dan jelas nendang. Cuma wirid itu yang bisa dirapalkan oleh kawan saya ini, ketika dia keluar dari kantor dosen pembimbingnya dan melihat helm yang baru beberapa hari dibeli raib untuk yang kedua kali.

Kisanak semua tentu tidak mau mengalami kejadian yang serupa seperti kawan saya kan. Maka dari itu, parkir ‘syariah’ itu penting banget dan harus didukung. Makanya, saya sangat mendukung adanya parkir ‘syariah’. Daripada nggak ada parkirannya dan pengunjung merasa pengunjung lebih aman. Terakhir, dengan adanya parkir ‘syariah’, Indonesia juga nggak jadi bubar dan kita—beserta property kita—juga bisa kaffah dalam menjalankan syariat Islam.

Hidup khilafah, eh, syariah ding!

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: depokgenderharam dan halalparkir syariahsyariahviral
Ahmad Aminuddin

Ahmad Aminuddin

ArtikelTerkait

jalan raya muchtar jalan dewi sartika depok mojok

Terjebak di Jalan Raya Muchtar, Cara Terburuk Menghabiskan Waktu di Kota Depok

17 Mei 2021
tas

Menanggapi Tas Seharga 20 Juta dan Kalimat: Kaya Dulu Aja, Bos!

31 Juli 2019
gender dalam suku bugis

Mengenal Lima Gender dalam Suku Bugis

22 April 2020
Cikarang Gudang Kejadian Aneh Melebihi Bantul dan Cilacap (Unsplash)

Cikarang, Daerah Paling Aneh yang Bikin Keanehan di Bantul dan Cilacap Terasa Biasa Saja

24 Oktober 2023
Ngobrol sama Rak Es Krim, Saksi Kunci Langkanya Viennetta

Ngobrol sama Rak Es Krim, Saksi Kunci Langkanya Viennetta

21 April 2020
Mencicipi Pecel Pawon Mbah Minah, Kuliner Blora yang Viral karena Jualan Langsung di Dapur Mojok.co

Mencicipi Pecel Pawon Mbah Minah, Kuliner Blora yang Viral karena Jualan Langsung di Dapur

14 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.