Judul yang gombal mukiyo dan sarat dengan klaim sepihak tersebut kutulis dengan sepenuh hati. Meski menyadari bahwa ini merupakan suatu keriyaan yang melampaui penalaran—menyebut diri sendiri seksi di tulisan yang dibaca orang—padahal tubuh ini tak seindah milik mbak Nikita Mirzani. Tapi riya tanpa bernalar adalah hak setiap insan, bukan? Maka kugunakan hak tersebut.
Kalau sampeyan merasa sebel, kepengin mbalang sandal, yo rapopo sih. Yang penting tahu alasannya dan yang lebih penting adalah mengerti definisinya. Mosok sebel tapi gak paham artinya sebel dan gak tahu alasannya. Kurang gawean itu, Sutemi!
Tapi memutuskan definisi sebel yang hendak dipakai saat mbalang sandal, seksi itu apa sih? Apa yang terpikir di kepala sampeyan saat membaca kata seksi?
Seksi konsumsi? Haeeesh, iku lak Chef Juna! Halo, Chef~
Perkataan, bacaan, tontonan, yang kita terima dari kecil cenderungan menyampaikan pesan bahwa seksi adalah berpakaian serba ketat dan terbuka, ya tho?
Kita, khususnya perempuan, menentukan definisi seksi dari sudut pandang laki-laki. Dari sudut pandang ini ekspresi kebebasan yang diperoleh saat seorang perempuan berpakaian seminim dan seketat mungkin untuk menunjukkan tubuhnya bukanlah bebas yang sesungguhnya. Kebebasan yang seperti itu hanya ada di perasaanmu saja, Sutemi.
Tubuh disajikan untuk dinilai dan obyektivitas penilaiannya diserahkan pada orang lain membuat diri seseorang rentan terluka rasa kepercayaan dirinya. Pernah merasa terluka karena body shaming dari orang lain? Atau merasa diri jelek dan tak menarik saat tanpa sengaja melihat iklan TV, postingan di medsos, artikel majalah, bahkan tatapan mata mbak-mbak noname di commuter line yang masih sempat melirik perut buncit kita padahal sedang berdesakan?
Perempuan dikontruksi, dikategorikan, dijajah! Bahkan oleh perempuan sendiri, disadari atau tidak.
Ingin terlihat seksi (berdasarkan definisi dari KBBI) bukanlah sesuatu yang buruk. Bereksperimen dengan penampilan dan imej sampai mendapatkan format yang pas adalah cara yang sehat untuk menemukan jati diri. Yang perlu diwaspadai adalah “unsexy effect” dari pencarian jati diri lewat penampilan ini.
Tahun 2005 sekelompok perempuan di Pittsburgh melakukan gerakan boikot terhadap merk Abercrombie & Fitch yang mengeluarkan koleksi kaos dengan tulisan besar di bagian dada, “Who needs brains when you have these?”
Gerakan tersebut memicu perlawanan dalam bentuk yang lain, mulai bermunculan ajakan untuk berpakaian dengan cara yang sopan, The Modesty Movement. Bukan hanya di internet, sudut pandang baru tentang cara berpakaian ini memengaruhi industri fashion, merek ternama mulai mengeluarkan clothing line yang ‘sopan’ bahkan berkembang lebih jauh seperti sekarang desainer hijab bermunculan karyanya di catwalk dunia.
Menurutku seksi berarti memiliki sesuatu yang diinginkan orang lain. Apa pun itu. Tidak melulu tentang tubuh atau cara berpakaian. Jika seksi diterjemahkan punya tubuh berbentuk gitar dengan payudara besar maka akan selalu ada orang lain yang lebih seksi. Perlu dipahami bahwa tubuh ini pun punya usia dan akan menua. Lemak, keriput, stretch mark, tak bisa dihindari.
Tapi mungkin pendapatku tak direstui KBBI, menurut beliau seksi adalah merangsang rasa birahi (tentang bentuk badan, pakaian, dan sebagainya). Tak apalah. Karena kata seksi ini kusematkan pada diri sendiri, bukan untuk label pada orang, bukan digunakan sebagai simbol atau tanda saat berkomunikasi dengan orang lain. Berhenti di definisi KBBI ini saja akan membuatku berpikir berenang bisa membuat seseorang hamil. Eh, bisa gak sih?
BACA JUGA Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki atau tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.