Perdebatan masalah makanan rasanya sudah jadi konsumsi rutin masyarakat kita. Satu hingga dua tahun terakhir, kita disuguhkan banyak sekali perdebatan mengenai makanan dan tetek-bengeknya. Mulai dari makan bubur diaduk, makan mi instan pakai es, dan lain sebagainya. Rasa-rasanya, kita tidak akan pernah capek kalau disuguhkan perdebatan atau bahkan ikut dalam perdebatan soal makanan. Sayang sekali bahwa perdebatan yang terjadi kemarin-kemarin ternyata tidak terlalu prinsipil, dan cenderung sia-sia. Perdebatan terbaru yang muncul adalah mengenai apakah boleh makan nasi Padang dicampur kecap?
Ini berawal dari sebuah video yang cukup ramai di Twitter, yang menunjukkan seseorang yang bersiap memakan nasi Padang (dibungkus) lalu dituang kecap di atasnya. Video pendek yang sudah tersebar luas dan dibagikan ratusan hingga ribuan kali ini jelas memancing reaksi warganet. Ada yang biasa saja dan tidak mempermasalahkan, tapi kebanyakan warganet (yang kebetulan adalah para fasis nasi Padang) marah dan mempertanyakan kejiwaan orang yang ada di dalam video. Padahal, secara etika dan aturan, tidak ada yang melarang memakannya dengan dituang kecap di atasnya.
Alasannya sederhananya, nasi Padang adalah makanan yang cenderung punya rasa asam dan pedas yang kuat. Mulai dari kuah gulai, rendang, ayam goreng, telur goreng, daun singkong, kikil, atau sambal, semuanya dominan rasa asam, gurih, dan pedas. Rasa manis mungkin hanya ada dari nasi putih (itu pun tidak terlalu kentara rasa manisnya), dan ayam pop yang rasa manisnya pun sedikit sekali. Bagi orang yang suka manis dan ingin makan nasi Padang, kecap tentunya menjadi pilihan paling masuk akal untuk dicampur dengannya.
Memang, nasi Padang memang makanan manis seperti gudeg. Namun, tidak ada salahnya dong kalau ada orang yang mencoba menambahkan rasa manis, entah dari kecap, lolipop, atau mogu-mogu sekalipun. Rasanya juga tidak akan banyak berubah. Toh, dari sananya juga tidak ada aturan bahwa kecap itu dilarang dicampur dengan nasi Padang. Kalau ia dicampur dengan kuah rawon atau kuah bakso, baru itu keliru dan harus dipermasalahkan.
Setelah video ini ramai dan banyak memancing reaksi warganet (yang sebagian besar marah), saya jadi penasaran dengan pola pikir orang-orang yang sok fasis dengan nasi Padang. Menambahkan kecap ke nasi Padang itu kan bukan hal yang prinsipil. Kok, mereka dengan sok asyiknya merasa paling benar ketika memakannya dengan tidak dicampur kecap?
Mempertanyakan orang yang makan nasi Padang dicampur dengan kecap pun sebenarnya sangat tidak perlu. Pasalnya, itu urusannya dengan lidah dan selera, bukan manner atau hal-hal yang prinsip lainnya. Urusan lidah, ya urusan masing-masing. Kalau ada yang suka memakannya dicampur kecap, ya sudah biarkan, tidak perlu dimarahi. Itu selera dia.
Lagian, mereka yang marah-marah kan juga tidak ikut beli. Harusnya mereka tidak punya hak marah-marah kalau ada orang yang mencampur kecap di nasinya. Terserah yang beli dong, mau diapakan. Mau dicampur kecap, dicampur saus, dicampur tumpeng pun terserah yang beli. Toh, kalaupun memang si nasi ini dicampur kecap itu salah, apa bisa mereka menunjukkan di mana salahnya? Saya berani taruhan kalau mereka tidak bisa tunjukkan salahnya.
Daripada sibuk marah-marah tidak jelas pada orang yang makan nasi Padang dicampur kecap, lebih baik kemarahannya dialihkan ke ranah lain saja. Misalnya, memarahi orang yang makan soto atau rawon tetapi nasinya dipisah. Atau memarahi orang yang makan rujak cingur pakai nasi. Itu jelas lebih prinsipil dan lebih fundamental, daripada nasi Padang yang dicampur kecap. Bisa juga kalau masih mau marah-marah di ranah nasi Padang, coba itu marah-marah ke restoran Padang yang kalau kita makan di tempat dengan sistem “hidang”, makanannya ditutupi pakai plastic wrap. Kan kita jadinya tidak bisa ambil kuah.
Jadi, buat para fasis dan ultra-nasionalis nasi Padang, cobalah dipikir-pikir lagi kalau mau marah soal ini. Perkara kecap kan perkara selera, bukan hal yang mendasar. Tidak perlu marah. Lebih baik kalian perjuangkan untuk menolak plastic wrap di restoran Padang saja. Oke?
BACA JUGA Kecap Manis yang Terdiskriminasi dan tulisan Iqbal AR lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.