Lagi rame soal menolak ditembak thermo gun di kening. Menyimak keresahan khalayak ini dengan takzim karena kupikir penting dan menyangkut hajat hidup sehari-hari. Tiap hari 2-3 kali ditembak thermo gun, kalau ternyata benar thermo gun berbahaya, kan amsyong.
Setelah hampir empat jam menyimak, mata dan jari sampai pegel-pegel membaca isi medsos dan sekian artikel, kusimpulkan thermo gun memang berbahaya jika dan hanya jika….
Satu, kamu mendengarkan omongan ekonom Dr. Ichsanuddin Noorsy, B.Sc., S.H., M.Si.
Sebelummya disclaimer dulu, penulisan gelar sesuai yang beredar di medsos, jadi kalau ada yang salah atau mungkin ada yang belum dicantumkan silakan tulis komentar.
Saat ngobrol dengan Helmy Yahya blio cerita nggak suka thermo gun diarahkan ke kening. Maunya ke tangan saja.
“Tapi nolak kalau saya, terus terang, saya nolak. Kalau Anda mau periksa bukan kepala saya, periksa sini (menunjuk tangan). Kenapa? Karena hand gun thermometer itu untuk periksa kabel panas. Lasernya untuk periksa kabel panas, bukan untuk temperatur manusia.”
“Dan mereka jual alat dengan mahal. Kebayang kan? Bagaimana mereka jual alat tapi kemudian kita dibodohi, kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak kayak gimana.”
“Saya nggak mau merusak. Ini ciptaan Allah, Anda rusak karena Anda curiga temperatur.”
Bhaique~
Memang soal selera nggak, sih? Kayak kita mau pesen ayam bakar gitu kan rekues mau dada atau paham. Eh, beda ya?
Tapi kalau memang kamu mengamini pendapat ini, menyatakan murtad dari sains, ingatlah selalu untuk konsisten. Saat harus dikompres karena demam misalnya, jangan di kening, tangan saja. Ukur suhu pakai termometer? Jangan di ketiak, cukup genggam pakai tangan.
Dua, dipukulkan ke kening
Nggak usah nunggu kena radiasi, nggak perlu canggih ngomongin soal tembakan laser dan sejenisnya yang bikin otak ngos-ngosan, atau mencari tahu tentang inframerah, dipukul thermo gun sudah bisa benjol kok.
Thermo gun berbahaya jika dipukulkan ke kening ini meski sangat masuk akal tetapi terlalu sederhana, jadi bagi sebagian orang nggak cukup terutama karena kurang dramatis.
Otak sapiens purba punya kecenderungan percaya dengan konspirasi karena bisa meningkatkan kewaspadaan akan adanya bahaya yang penting untuk strategi bertahan hidup. Otak sapiens modern pun sama, tapi alasannya karena berpikir ia terlalu hebat untuk dibodohi.
Jika ada yang sanggup berpikir bahwa thermo gun merusak otak, jangan heran jika sebentar lagi ada yang menolak masker dan thermo gun atas nama hak asasi manusia dan kepemilikan atas tubuh.
Nggak usah dikamehameha, suruh orangnya pindah ke Planet Namek saja. Memang cara berpikir yang “tak biasa” selalu menjadi ujian bagi orang lain, tabahlah.
Tiga, salah baca suhu
Beberapa kali kepengin langsung lari ke IGD tiap ditembak thermo gun. Momen ditembak thermo gun terasa bagai ditembak gebetan jaman masih ABG dulu, bikin salah tingkah. Gara-gara dapet suhu yang membuatku jadi krisis identitas,
“Aman suhunya tidak demam, 26, Bu. Silakan,” kata semasmas pemegang thermo gun.
Autonervous dong mendengar angka yang disebut, “Aku ini manusia atau reptil???”
Ya, pasti insekyur lah. Suhu normal manusia itu kisaran 36,5-37,2 derajat Celcius dan jenis mamalia berdarah panas. Kalau reptil sih memang bisa menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan karena berdarah dingin.
Awalnya anxiety, lama-lama jadi bawel, “Saya memang nggak demam, tapi pasti udah hipotermia parah kalau suhunya segitu, gimana sih alat rusak kok dipakai terus!”
Yang pegang thermo gun jadi kena omel. Instruksi yang mereka dapat biasanya hanya angka suhu yang dilarang masuk. Asal kurang dari 38 derajat dianggap sudah oke, tanpa menambah pengetahuan tentang suhu badan manusia, jadi ketika alat rusak ya sudah pasti nggak paham. Bahaya kan kalau begini, ada di garda terdepan tapi malah nggak akurat.
Jadi, demi kebaikan bersama, jangan sungkan untuk bawel jika dapat angka-angka yang ajaib dari thermo gun.
***
Hidup tanpa drama memang nggak asyik, tapi Itulah alasan kenapa ada drama korea, serial Kera Sakti, anime, telenovela dan sebagainya. Kita tinggal nonton, selesai nonton bisa mengambil hikmah kemudian kembali melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya.
Kalau ekonom gelar berderet saja kepengin akting jadi fisikawan, apalagi yang awam? Tapi jangan yang terkait Covid-19, Hyung. Cari topik lain sajalah.
Soalnya, Covid-19 ini berbeda. Doi satu-satunya virus yang gamblang membuktikan bahwa kebodohan bisa bikin seseorang mati.
BACA JUGA Kolom: Mengukur Temperatur dengan Termometer Inframerah dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.