Sejak tahun 2015, warga Bandung mulai dihebohkan dengan proyek pembangunan gedung mewah bernama The Maj Dago. Gedung yang terinspirasi dari Arab seperti Burj Al-Arab ini sering juga dipanggil warga sekitar dengan sebutan “gedung paru-paru”. Sebab, gedung yang terdiri dari dua tower berhubungan itu memang seperti paru-paru jika dilihat dari jauh.
Sayangnya, julukan paru-paru ini hanya tepat diberikan karena bentuknya saja, tidak dengan fungsinya. Jika paru-paru bagi manusia penting untuk sistem pernapasan, gedung The Maj Dago ini malah sebaliknya, mempersulit warga sekitar bernapas dengan tenang. Pasalnya, di balik megahnya gedung ini, ada cerita kelam yang beredar di masyarakat.
Daftar Isi
The Maj Dago sering dianggap ikon Dago oleh pendatang baru padahal perizinannya saja bermasalah
Bagi warga sekitar seperti saya, gedung The Maj sebatas gedung megah yang berdiri di tanah Dago Utara. Sementara bagi pendatang baru atau warga yang bukan berasal dari Dago, gedung ini kerap dianggap sebagai ikon Dago.
Sekali waktu saya pernah berusaha memberi tahu lokasi rumah saya dengan menyebutkan beberapa tempat terkenal di Dago seperti Terminal Dago, Dago Pakar, Taman Budaya. Akan tetapi teman saya tidak tahu tempat-tempat tersebut. Begitu saya sebutkan dekat “gedung paru-paru”, barulah mereka paham.
Walaupun gedung megah yang didirikan oleh PT Dago Trisinergi Properti ini seakan menjadi ikon di Kota Bandung, khususnya di daerah Dago Utara, tetapi perizinan atas berdirinya bangunan ini bermasalah. Proyek pembangunannya tidak memiliki surat rekomendasi, bahkan surat izin. Makanya ketika pembangunan The Maj Dago hampir rampung, eh, malah tidak bisa beroperasi karena adanya masalah fatal yang berhubungan dengan izin bangunan.
Berdiri megah dengan kondisi terbengkalai
The Maj Dago yang terdiri dari dua tower dengan ketinggian masing-masing sekitar 92 meter ini memang terlihat megah bagi siapa pun yang melewati daerah Bandung Utara. Sayangnya, gedung yang sangat tinggi ini mangkrak. Apalagi ketika dilihat dari arah belakang gedung, tampak seperti bangunan yang benar-benar terbengkalai dan tak terawat.
Sungguh sangat disayangkan bangunan yang dibangun begitu megah tersebut justru terbengkalai. Harusnya gedung tersebut bisa memberi manfaat, tapi jadinya malah bikin khawatir warga yang tinggal berdekatan dengan The Maj Dago.
Dibangun di atas lahan yang begitu mengkhawatirkan
Lokasi pembangunan gedung The Maj Dago berada di sekitar Bandung Utara yang merupakan daerah resapan air. Harusnya di daerah seperti ini pohon lebih banyak ditanam, bukan malah membangun gedung yang menjulang tinggi. Maka tak usah heran kalau pada akhirnya warga resah dengan kehadiran gedung ini.
Selain itu, kondisi jalan di bawah The Maj Dago merupakan jalan yang terkenal rawan longsor. Coba saja kalian perhatikan di Google Maps. Dua tower dengan jumlah lantai masing-masing sekitar 22 lantai berdiri di atas lahan yang menurun berdekatan dengan jalan tampak begitu mengerikan. Saran saya, ketika melewati Jalan Ir. H. Juanda yang tepat berada di bawah The Maj, banyak-banyak berdoa supaya kita bisa selamat melewatinya. Namanya musibah tak ada yang tahu.
Konon, banyak orang meninggal saat proses pembangunan The Maj Dago
Sepanjang masa pembangunannya, ada desas-desus yang berseliweran di antara warga setempat. Selain gedungnya bikin resah warga Dago yang tinggal dekat sana, ada pula cerita kelam saat proses pembangunan gedung tersebut.
Konon menurut warga setempat, ketika gedung ini dibangun, ada beberapa pekerja yang meninggal karena dijadikan tumbal proyek. Entah cerita tersebut terbukti benar atau tidak, yang jelas begitu bangunan ini rampung dibangun pun masih ada masalah yang belum selesai.
Terlepas dari cerita kelam soal gedung The Maj Dago, yang jelas gedung ini masih berdiri terbengkalai hingga sekarang. Bangunan mewah ini mengajarkan kita bahwa sesuatu yang megah sekalipun tidak akan beroperasi semestinya jika terdapat kerusakan internal, dan malah bisa jadi merugikan. Kabarnya gedung ini sudah dicoba untuk dilelang, tapi belum berhasil.
Saya hanya berharap semoga pihak pemkot bisa lebih memperhatikan gedung yang terbengkalai ini. Supaya kelak tak ada lagi cerita kelam di balik “gedung paru-paru” ini.
Penulis: Handri Setiadi
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.