Menjadi mahasiswa di Kabupaten Jember, pasti tidak akan asing dengan nama Terminal Tawang Alun, yang terletak di Kecamatan Rambipuji sisi barat kawasan perkotaan Jember. Setidaknya sekali seumur kuliah di Kota Seribu Gumuk, pasti melewati depan terminal ini lantaran letaknya di jalur utama tapal batas Jember dan Lumajang.
Terminal Tawang Alun Jember saat ini yang notabene menjadi Induk (Tipe A) untuk menampung penumpang dari terminal lain seperti di Pakusari dan Jember sebenarnya jadi titik penting. Tapi, kini nasibnya tak lagi sama. Terminal ini, tak lagi seramai dulu.
Jika menilik sejarah, lokasi Terminal Tawang Alun Jember saat ini bukanlah tempat pertama yang digunakan. Pada masa lampau lokasi terminal induk di Jember berada tidak Jauh dari Pasar Tanjung di tengah jantung kota Jember. Lalu pada 1975 aturan berubah dan memindahkan terminal itu ke Kelurahan Gebang di Kecamatan Patrang.
Terminal Tawang Alun Jember berada di lokasi saat ini baru pada 1992 dan bertahan hingga 31 tahun kemudian. Tujuan memindahkan terminal itu lantaran kepadatan di pusat Kota Jember yang tak lagi bersahabat. Untuk menyiasatinya, dibangunlah terminal di sisi barat berjarak delapan kilometer dari terminal induk pertama.
Pada medio 2000-an, harus diakui kalau terminal ini menjadi primadona. Lantaran pilihan moda transportasi kala itu memang terbatas. Namun, ironisnya terminal ini kini ditinggalkan oleh sebagian besar penumpang. Fenomena tersebut menunjukkan perubahan tren dan tantangan yang dihadapi oleh terminal transportasi di era modern seperti saat ini.
Daftar Isi
Masa kejayaan yang berangsur meredup
Pada masa kejayaannya di medio 2000-an, Terminal Tawang Alun menjadi pusat transportasi di Kabupaten Jember. Ribuan penumpang setiap hari memadati terminal ini, menghubungkan kota dengan berbagai tujuan di dalam dan luar daerah. Pun fasilitas yang memadai, sistem transportasi yang terorganisir, dan berbagai pilihan moda transportasi menjadikan terminal ini sebagai pusat vital bagi mobilitas masyarakat utamanya di wilayah selatan Jawa Timur.
Namun, seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi transportasi, terminal ini menghadapi tantangan yang signifikan. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi, seperti mobil dan sepeda motor. Serta adanya alternatif transportasi seperti travel umum, kereta api yang semakin lebih baik, telah mengubah pola perjalanan masyarakat.
Saat ini lebih banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi atau layanan transportasi kereta api yang lebih tepat waktu dan nyaman. Inilah yang membuat masa kejayaan Terminal Tawang Alun berangsur meredup hingga akhirnya ditinggal penggunanya.
Tidak adanya peremajaan bangunan terminal
Tantangan lain yang dihadapi oleh Terminal Tawang Alun saat ini ialah infrastruktur yang sudah uzur dan kurang mendukung. Fasilitas terminal yang tidak lagi memadai, kurangnya parkir, serta kondisi bangunan yang memerlukan perbaikan, telah membuat penumpang beralih stasiun kereta api yang lebih modern dan nyaman.
Hal tersebut tentunya berdampak pada kepercayaan penumpang terhadap aspek kenyamanan pengguna terminal yang memanfaatkannya untuk bepergian. Bahkan tidak jarang penumpang lebih memilih menunggu bus di luar terminal.
Padahal peremajaan bangunan terminal memiliki beberapa kepentingan yang signifikan. Termasuk memungkinkan peningkatan dan pemeliharaan fasilitas yang ada. Terlihat sepele, tapi efeknya begitu besar.
Baca halaman selanjutnya
Terminal Tawang Alun Jember juga tidak kalah dengan kejahatan yang merugikan penumpang…
Aspek keamanan dan keselamatan penumpang di Terminal Tawang Alun
Jika di Terminal Bayangan Terboyo, Semarang terkenal dengan aksi calonya. Lalu di Terminal Purabaya dikenal dengan pencopetnya, Terminal Tawang Alun Jember juga tidak kalah dengan kejahatan yang sering merugikan penumpang. Mulai dari yang penjual burung berkicau yang ternyata palsu sampai orang yang mengaku kerampokan dan menawarkan jam emas yang palsu juga.
Semua itu biasanya terjadi dan sering memakan korban orang dari luar kota yang menuju ke Jember. Untuk yang modus menjual jam emas, biasanya mereka berkomplot dengan peran masing-masing yang tertata rapi. Ada pelaku yang menawar jam saat pemilik jam masuk ke dalam bus dan mengaku jadi korban perampokan. Ada juga pelaku yang mengamankan seandainya ada penumpang lain yang ikut campur aksi itu lantaran sudah mengetahui modusnya.
Mengingat aksi kejahatan itu sudah terhitung lama namun tetap ada saja tentu ini merugikan bagi penumpang. Akibatnya, orang-orang enggan untuk menggunakan Terminal Tawang Alun sebagai pilihan pergi keluar kota.
Solusi untuk Terminal Tawang Alun
Meskipun menghadapi banyak tantangan, Terminal Tawang Alun masih memiliki potensi untuk pulih. Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah yang ada. Pembenahan infrastruktur, peningkatan fasilitas, dan perbaikan sistem transportasi dapat meningkatkan kualitas layanan terminal dan menarik kembali minat penumpang.
Selain itu, terminal ini juga dapat dikembangkan sebagai pusat layanan yang lebih luas, dengan menambahkan fasilitas komersial dan penawaran layanan yang beragam. Misalnya, pembangunan pusat perbelanjaan, tempat makan, atau fasilitas hiburan. Hal itu dapat menarik minat pengunjung dan menciptakan daya tarik tambahan. Persis seperti di Terminal Purabaya Surabaya.
Pun peran aktif masyarakat juga penting dalam membangkitkan kembali Terminal Tawang Alun. Masyarakat dapat berperan dalam mengawasi dan melaporkan masalah yang ada, serta mendukung upaya pembenahan terminal. Kolaborasi antara pemerintah daerah, pihak terkait, dan masyarakat setempat akan menjadi kunci keberhasilan dalam menghidupkan kembali terminal ini.
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Malang This, Bondowoso That, Gimana kalau Jember Aja yang Jadi Ibu Kota Jatim?