Setiap mau masuk Terminal Jakabaring Palembang, pasti setiap pengendara akan membayar biaya retribusi di depan pintu masuk. Setahu saya, biaya retribusi untuk motor sebesar Rp2.000, kalau mobil biasanya Rp3.000.
Anehnya, pengendara sudah bayar retribusi ke pengelola terminal, tapi fasilitasnya banyak yang nggak berubah? Saya amati sejak 3 tahun lalu, sejak semenjak saya jualan daging di Pasar Jakabaring Palembang yang tidak jauh dari sana, fasilitas Terminal Jakabaring Palembang begitu-begitu saja. Bahkan, bisa dikatakan nggak keurus.
Okelah. Katakanlah masjid dan toilet terminal sudah membaik sekitar setahun terakhir. Namun, fasilitas yang lain bagaimana? Apakah sudah membaik?
Daftar Isi
Jalanan di Terminal Jakabaring Palembang yang berlubang
Satu satu hal yang sangat mengganggu adalah jalan di dalam terminal yang kurang nyaman dilewati. Apalagi di sisi jalur keluar. Kalian dapat dengan mudah menemukan lubang-lubang menganga yang siap mencelakakan pengendara.
Saya adalah korban dari jalan bobrok itu. Waktu itu kebetulan tanda berlubangnya sudah nggak ada, jadi saya dengan santai lewatinya. Apa yang terjadi selanjutnya bisa ditebak. Ban motor saya nyungsep ke lubang itu, bunyi hentakannya terdengar hampir ke seluruh terminal. Untung saja saya tidak mengalami luka yang berarti. Namun, saya jelas malu saat itu
Ternyata korbannya nggak cuma saya. Setelah saya selidiki, banyak pengendara yang nyungsep ke lubang itu. Lalu, di mana peran pengelola terminal yang harusnya bertanggung jawab untuk memperbaiki fasilitas terminal? Bukankah uang retribusi yang kami bayar gunanya buat perbaikan-perbaikan seperti itu? Kalaupun tidak berasal dari kantong retribusi,bukankah pengelola seharusnya segera mengurusnya. Entah menggunakan uang dari kantong lain atau melaporkannya ke pihak yang lebih tinggi untuk segera diutus. Nyatanya? Tidak ada tindakan apa-apa.
Itu baru jalanan yang berlubang, lho. Permasalahan Terminal Jakabaring Palembang masih banyak yang lain.
Ruang tunggu minim penerangan
Kondisi ruang tunggu Terminal Jakabaring Palembang tidak lebih baik. Penerangan di tempat penumpang menunggu bus itu sangat minim. Cahaya di ruang tunggu itu lebih banyak berasal dari warung kopi yang berdiri di belakang ruang tunggu terminal.
Entah apa sebabnya pengelola tidak memasang penerangan yang memadai. Padahal keberadaan cahaya mutlak diperlukan di sudut tersebut. Banyak orang yang menggunakan dan melewati ruang itu.
Jadi, tolonglah lampu penerangan ruang tunggu Terminal Jakabaring segera diperbaiki. Kalau masalahnya nggak ada bola lampunya, ya kan tinggal beli bola lampunya di dalam pasar. Stoknya banyak kok. Kalau masalahnya aliran listriknya nggak ada, ya masak sih sekelas Kepala Terminal nggak bisa menghubungi pihak terkait untuk memasang aliran listrik.
Jika masalahnya adalah uang. Lalu ke mana retribusi yang dibayar pengunjung setiap hari? Apakah semuanya dibayar untuk gaji pegawai? Atau hanya menguap tanpa ada sebabnya?
Keamanan Terminal Jakabaring Palembang yang kurang terjamin
Kehilangan helm seperti sudah menjadi hal lumrah di Terminal Jakabaring. Setiap bulan selalu ada saja helm yang hilang. Itu mengapa, mengenakan helm bermerek atau masih kinclong ke terminal adalah kesalahan besar. Saya jamin akan digondol maling.
Itu baru helm ya. Belum motor pengunjung yang beberapa kali hilang di parkiran terminal. Sejak saya sering melewati kawasan ini, setidaknya sudah ada 5 kali saya dengar kabar motor hilang di parkiran terminal.
Padahal, orang-orang yang parkir di dalam terminal itu sudah membayar retribusi lho. Sangat disayangkan mereka tidak mendapatkan keamanan yang diharapkan dari pengelola terminal. Padahal, bisa lho pengelola terminal memasang CCTV dari uang retribusi yang terkumpul. Memang, CCTV tidak bisa mengembalikan barang yang terlanjur raib, tapi setidaknya maling akan pikir berkali-kali sebelum melancarkan aksinya. Hitung-hitung CCTV sebagai langkah preventif.
Sebetulnya masih ada beberapa fasilitas Terminal Jakabaring Palembang yang perlu saya kritisi ke pihak pengelola. Namun, kalo saya kebanyakan komplain nanti pihak pengelolanya akan pusing. Lebih baik 3 hal itu saja dulu yang mesti jadi fokus perbaikan. Yang lain nantilah kita bahas lagi kapan-kapan.
Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Bepergian di Palembang Cuma Bikin Emosi: Bukan karena Jarak yang Jauh, tapi karena Macet!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.