Terminal Bawen Semarang Menyimpan Banyak Kisah Lelaki Tangguh yang Cinta Keluarga

Terminal Bawen Semarang (Dokumen pribadi penulis)

Terminal Bawen Semarang (Dokumen pribadi penulis)

Terminal Bawen terletak di antara Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Sebuah posisi yang membuat banyak bus melintasinya. Terminal tipe A ini, walau tidak seramai Terminal Tirtonadi Solo, tapi geliat ekonomi di sini sangat besar. Mulai bus-bus AKAP dan AKDP yang setiap jamnya masuk, lalu Trans Jateng yang juga bermuara di sini. 

Menginjakkan kaki di Terminal Bawen Semarang membuat saya bisa menjumpai begitu banyak banyak bapak-bapak tangguh yang berjuang untuk menghidupi keluarganya. Saya menyebutnya lelaki tangguh. 

Sayangnya, banyak penumpang yang memandang para bapak tangguh ini sebelah mata. Padahal, kehadiran mereka di Terminal Bawen Semarang bisa menjadi penolong untuk penumpang. Izinkan saya menjelaskannya.

Karyawan PO bus di Terminal Bawen Semarang

Begitu menginjakkan kaki di Terminal Bawen Semarang, gurauan karyawan PO bus menghiasi telinga saya. 

“Mau ke mana mbak? Jogja 75 ribu aja, yang lain naik. Bus ini nggak, lho, mbak.” 

Begitu kurang lebih mereka menjual tiketnya. Mungkin sebagian orang akan risih, tapi dengan melihat mereka semangat berjualan saja bisa membuat saya tersenyum. PO bus di sini banyak. Mau ke Jakarta, Bali, Pekalongan, ada semua tiketnya di sini. 

Baca halaman selanjutnya: Para lelaki tangguh yang biasanya kamu remehkan itu!

Para kenek yang sabar

Sisi lain yang saya soroti adalah mereka bapak-bapak yang turun dari bus, dengan sabarnya “Mbak mau ke mana, ke Magelang bisa mbak sampai Jogja,” atau ada penawaran yang lebih ringkas dan lantang “Wonosobo! Wonosobo! Solo! Solo!” Kiranya begitu yang sering terdengar. Para kenek ini begitu sabar, meski bus mereka agak sepi.

Pedagang asongan pahlawan pengganjal kelaparan

Jajanan yang menyenangkan di Terminal Bawen Semarang adalah arem-arem yang isinya tempe orek dan tahu asin yang kotak-kotak itu. Kesukaan saya ya tahu kotaknya, sangat gurih dan enak. 

Kalau sekarang ada juga yang menjajakan wingko babat atau bakpia yang bisa buat oleh-oleh. Bahkan ada juga cemilan 5 ribuan yang bisa kamu beli di sini. Kebanyakan dari mereka adalah bapak-bapak menggunakan topi, soalnya ya di sini panas banget. Oiya tenang, kalau kamu suka mabuk perjalanan dan lupa bawa kantong kresek, bapaknya biasanya juga menjual kantong hitam, kok.

Pengamen di Terminal Bawen Semarang

Satu lagi yang nggak boleh ketinggalan adalah pengamen. Nah, di Terminal Bawen Semarang, pengamennya cukup banyak dan bervariasi. Rasanya seru sekali, bisa nyanyi bareng dan biar perjalanan nggak stres. Meski penumpang pura-pura tidur atau ada yang memasang muka judes, mereka tetap genjreng gitarnya demi kebutuhan keluarga.

Mas-mas tukang parkir

Oiya satu hal lagi yang pasti ada, tukang parkir yang ada di gerbang utama Terminal Bawen Semarang. Mas-mas tukang parkir di terminal ini begitu ramah dan mencintai pekerjaannya. 

Beberapa teman saya pernah nitip motor di sini dari pagi hingga malam, tapi bayarnya tetap sama, yaitu 2 ribu rupiah saja. Jadinya nggak kecapean kalau harus full motoran, bisa naik bus. Motornya dititip di sini. Nggak perlu takut juga, di dalam terminal tentu parkirannya aman!

Itulah beberapa lelaki tangguh yang saya temukan di Terminal Bawen Semarang. Meskipun banyak stereotip menghampiri, mereka tetap semangat kerja untuk menghidupi keluarga. 

Saya salut untuk pejuang nafkah di sini. Tetap getol mencari uang dengan tetap memperhatikan etika. Sehat- sehat terus ya, Pak, semoga tambah lancar rejekinya! Aamin.

Penulis: Wulan Maulina

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Katanya Semarang Kota Besar, tapi kok Terminal Busnya kayak Gitu?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version