Baru-baru ini saya iseng menjelajahi daftar serial drama terbaru di platform WeTV. Setelah selesai menamatkan drama Korea berjudul Happiness, saya akhirnya penasaran dengan drama-drama lain yang sedang happening. Begitu melihat judul Tersanjung The Series, dahi saya langsung mengerut. “Wah, isinya bakal sinetron banget kayak versi jadulnya nggak, ya?” batin saya waswas.
Lantaran sudah terlanjur penasaran, saya segera menghabiskan empat episode awal secara langsung dalam sekali waktu. Benar dugaan saya, alur ceritanya tipikal sinetron Indonesia banget yang menjadikan karakter utama sebagai perempuan teraniaya di tengah-tengah keluarga berkultur misogini.
“Hah, apa tuh misogini?”
Sederhananya, misogini adalah perasaan benci atau tidak suka terhadap sosok perempuan. Kebencian itu diekspresikan dengan berbagai cara. Bisa melalui fitnah, diskriminasi, objektifikasi perempuan, bahkan kekerasan. Praktik misogini tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi juga sangat mungkin dilakukan oleh perempuan ke sesama perempuan. Tayangan Tersanjung The Series misalnya, sangat merepresentasikan kultur misogini yang erat sekali dengan karakter keluarga patriarkis di Indonesia. Adalah Tante Dewi, sosok perempuan yang selalu bersikap “menyerang” terhadap keponakan perempuannya sendiri, yaitu Indah Sari.
Indah Sari yang diperankan oleh Jessica Mila merupakan tokoh utama yang mengalami nasib buruk selepas kepergian kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan dan mewariskan banyak utang sehingga harus dilunasi oleh Om Eko dan Tante Dewi selaku kerabat terdekat mereka. Sebagai gantinya, Indah harus tinggal bersama keluarga Om Eko dan Tante Dewi. Bukan secara gratis, melainkan membayar menggunakan tenaga.
Masih seperti dugaan awal saya mengenai konsep cerita yang sinetron abis, Indah harus menjalani hari-harinya dengan penuh tekanan dan kesialan. Sekalipun sudah berusaha keras melakukan pekerjaan rumah, ada saja kesalahan yang membuatnya dimaki-maki oleh Tante Dewi. Apalagi kalau bukan adegan klasik macam memecahkan piring, bangun kesiangan, atau kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.
Seolah belum cukup menghabisi karakter Indah di dalam rumah, Tante Dewi masih berusaha mengeksploitasi Indah di ranah pekerjaan. Tante Dewi yang memiliki sebuah coffee shop mempekerjakan Indah sebagai barista tanpa memberikan gaji dan membatasi ruang geraknya dengan memasang begitu banyak kamera CCTV. Seketika, saya langsung bisa menyimpulkan bahwa Indah adalah representasi perempuan yang direnggut kebebasannya secara fisik maupun psikis.
Belum lagi kehadiran Hendra—anak Tante Dewi yang karakternya sebelas-dua belas seperti ibunya—semakin melengkapi penderitaan Indah di Tersanjung The Series. Hendra selalu bersikap kurang ajar terhadap Indah. Mulai dari melecehkan secara verbal, fisik, bahkan digital dengan diam-diam memasang kamera pengawas di kamar mandi Indah. Rekaman tersebut, pada akhirnya digunakan Hendra untuk mengancam Indah agar mau menuruti semua keinginannya.
Hendra bahkan berniat jahat kepada Indah saat ia mabuk di malam hari. Laki-laki hidung belang itu menyelinap masuk ke coffee shop tempat Indah bekerja untuk melancarkan aksi bejatnya. Untungnya Indah bisa melakukan perlawanan, sebelum akhirnya Bobby (salah satu pemeran laki-laki utama dalam serial ini) datang dan menyelamatkan Indah secara heroik.
Setelah kejadian traumatis tersebut, Indah melapor pada paman dan bibinya. Namun naas, seperti yang bisa kita tebak, mereka tidak mempercayai pengakuan Indah dan malah melindungi kelakuan anak laki-lakinya. Nuansa misogini terasa sangat jelas dalam scene ini.
Saya yakin, Indah bukan sosok fiktif belaka. Di kehidupan nyata, ada banyak sekali sosok Indah-Indah lain yang mengalami penderitaan karena berada di lingkungan misogini. Catatan tahunan Komnas Perempuan Tahun 2021 sendiri melaporkan ada sebanyak 299.911 kasus kekerasan terhadap perempuan di sepanjang tahun 2020 yang ditangani oleh Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama, lembaga layanan mitra Komnas Perempuan, serta Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR) Komnas Perempuan. Itu baru kasus yang tercatat, ya. Bagaimana dengan kasus-kasus yang tidak terlapor dan tertangani?
Menjadi sosok Indah di tengah-tengah keluarga patriarkis yang misogini bukanlah hal yang mudah. Ada begitu banyak beban yang ia bawa, seolah melekat dan menyatu pada statusnya sebagai seorang perempuan. Berat sekali rasanya melihat perempuan didiskriminasi, diobjektifikasi, dan selalu dipersalahkan di sepanjang hidupnya. Lebih miris lagi kalau kejahatan tersebut dilakukan oleh sesama perempuan. Dan sialnya, ada banyak sekali jumlah perempuan yang memusuhi perempuan.
Pesan saya terhadap para penonton Tersanjung The Series, tolong jangan jadikan tontonan ini sebagai inspirasi untuk membenci perempuan. Sebaliknya, gunakan kacamata reflektif untuk memahami bagaimana berurat-berakarnya persoalan perempuan dalam kultur keluarga yang misoginis. Semoga di episode-episode Tersanjung The Series selanjutnya, Indah berhasil keluar dari lingkungan toxic tersebut dan memerdekakan diri sebagai manusia seutuhnya, ya.
Sumber Gambar: Unsplash