Sebagai salah satu dari tim penulis skenario program-program Mega Kreasi Film untuk Program Pintu Berkah, Kisah Nyata, dan Suara Hati Istri, saya nggak begitu kaget ketika naskah Kisah Nyata Indosiar yang saya tulis berjudul, Bagaimana Menyadarkan Istriku yang Terlalu Terobsesi K-Pop, itu viral dan jadi bahan perjulidan netizen di medsos.
Bagi saya, bahkan mungkin Indosiar sendiri, ini adalah sebuah keuntungan di mana pemirsa khususnya anak-anak K-Popers pada melek karena ada program bernama Kisah Nyata Indosiar. Mungkin juga kamu-kamu yang masuk kaum, “Gue nggak pernah nonton TV,” mendadak penasaran untuk menonton bahkan download dan install Video.com.
Terlalu banyak mendengar orang menyumpahi program TV membuat saya tergerak sebagai penulis program TV yang pernah bekerja di Trans TV selama 4 tahun.
Saya sama sekali nggak baper apalagi marah dengan banyak hujatan netizen, tapi sayang banget banyak yang salah sasaran menghujatnya. Kebanyakan menghujat property yang kayak DVD bajakan, menghujat rambut pemainnya yang dibilang nggak ada mirip-miripnya. Padahal sekalipun FTV itu dimainkan sekelas Reza Rahadian, tetep bakal dihujat nggak mirip juga.
Hal yang sangat disesalkan, ada netizen penghujat udah mulai menyerang media sosialnya para pemain FTV ini: Lucky Hakim sampai menonaktifkan komentarnya dan Puy Brahmantya sampai diteror dengan ucapan yang sangat nggak manusiawi. Ia disebut calon penghuni neraka, jablay, sampai mendoakan anak-anaknya mati. Begini banget, ya, moral penonton tipikal ini, melupakan rasa empati dan jadi nggak manusiawi hanya karena nggak suka sama tayangannya atau nggak suka nama idola mereka disebut-sebut.
Saya membuat naskah ini benar-benar no hurt feelings. Saya hanya ingin netizen bisa lebih bijaksana dalam berkomentar dan menilai sesuatu dengan nggak grasa-grusu. Supaya nggak ada lagi artis Korea semacam Han So Hee dihina netizen karena berperan sebagai Da Kyoung yang pelakor di The World Of The Married. Ataupun nggak ada lagi Puy-puy Brahmantya lain yang disebut jablay, calon penghuni neraka, dan anak-anaknya didoakan cepat mati. Hanya karena penontonnya nggak bisa membedakan antara artis dan peran yang dimainkan.
Di Facebook, Twitter, dan bahkan chat pribadi pun, saya menerima protes. Sampai istri tetangga yang K-Popers juga ada yang tak terima dengan tayangan itu. Dan sekali lagi, saya bingung. Kalau dari segi cerita, memangnya apa yang salah?
Setiap program punya “pakem” atau formula. Seperti Suara Hati Istri, pakemnya harus ada poligami dan istrinya harus terus menangis. Pintu Berkah, pakemnya harus berpremis zero to hero. Program apa pun semuanya punya pakemnya, begitu juga Kisah Nyata Indosiar. Drama rumah tangga suami-istri, pakemnya harus ada perselingkuhan, tapi nggak boleh sampai poligami.
Soal property DVD, itu permasalahan di eksekusi, bukan di skenario. Soal menghina K-Pop, apa ada dialog yang menyebutkan spesifik bahwa K-Pop jelek? Soal pemain yang nggak mirip? Apa mereka mengharapkan seorang tokoh jadi semirip mungkin ala scene-scene dalam film Mission Impossible? Atau yang sangat mendekati kayak Reza Rahadian meng-impersonate tokoh-tokoh besar seperti Habibie? Soal eksekusi pun, ketika si tokoh menyebut member boyband grup Idol yang disebutkan Kim Taehyung terus yang muncul Kim Namjoon, apa itu dosa penulis?
Jangankan memahami apa eksekusi dan skenario, kadang yang komen juga nggak tau perbedaan sutradara dan penulis. Dipikir semua sutradara itu penulis, sampai-sampai banyak yang komen, “Pak Sut nggak ada ide lagi,” atau, “Pak Sut, tolong bikin cerita yang masuk akal!” berseliweran di komen hujatan “netizen-netizen cerdas” itu.
Saya nggak benci K-Pop, bahkan awal-awal muncul hallyu wave ketika Wonder Girls, 2 NE 1, dan Girls Generation, saya dengarkan. Saya hanya mendengarkan Girlband karena kebetulan saya cowok. Drakor-drakornya apalagi. Dari zaman Full House sampai Start Up saya ikut dalam euphoria itu. Saya tonton dari awal sampai habis. Itu yang komen-komen jahat program Kisah Nyata, nonton dari awal sampai akhir nggak, ya? Kalau iya, makasih.
Saya menganggap dengan membawa K-Pop ke dalam Kisah Nyata Indosiar justru sebuah terobosan yang out of the box. Supaya pemirsa setia kami merasa lebih fresh dan ceritanya nggak itu-itu aja. Saya lebih mementingkan para pemirsa yang didominasi emak-emak daripada netizen-netizen remaja yang sama sekali nggak pernah nonton TV Channel Indonesia. Pasalnya, hidup saya penghasilannya dari sejak zaman kerja di TV adalah dari iklan. Sulit dimungkiri bahwa para emak adalah kontributor pemirsa terbesar pada televisi.
Iklan ada dari program yang panjang umurnya. Sebuah program berumur panjang kalau rating tinggi, dan rating bisa tinggi kalau banyak yang menonton. Karya yang saya buat itu adalah salah satu cara memperpanjang umur program. nggak jauh beda dengan generasi sekarang yang mendapatkan uang dari adsense dengan jadi YouTuber. Maka, episode ini adalah salah satu terobosan yang faktanya disukai Indosiar gegara viral.
Penggiringan anak K-Pop jadi berdampak negatif karena tayangan Kisah Nyata ini, sama sekali tidak benar. Lantaran yang saya mainkan adalah peran antagonis sebagai pemain utama yang mendominasi. Ketika pemain antagonis mendominasi dan mengidolakan sesuatu secara berlebihan kemudian dia berbuat hal negatif, itu berarti tak mewakili keseluruhan
Kenapa orang yang suka K-Pop harus orang-orang baik? Jadi anak K-Pop itu malaikat? Yang semua fansnya rajin menabung, suka donasi, dan nggak menyusahkan orang tua? Siapa yang bisa menjamin bahwa semua (tanpa terkecuali) anak K-Pop baik? Baik dan jahat orang nggak bisa dinilai dari idolanya, tapi dari perilakunya.
Kemudian kalau ditanya pesan moral? Ada yang bilang cerita ini aneh, nggak ada pesan moralnya. Halooo, kamu nggak nonton dari awal sampai akhir? Apa pesan moral harus ditulis jadi tulisan di closing title saking nggak pahamnya harus mengambil hikmah dari sebuah tayangan? Kalau memang pengin banyak nonton pesan moral, yang full bener-bener pesan moral, saran saya jangan nonton FTV drama rumah tangga. Mendingan Anda nonton Kick Andy. Jangan-jangan Kick Andy juga nggak tau, Hyung?
BACA JUGA Pengalaman Saya Menonton Sinetron Azab di Indosiar