Tanah Merah, Kecamatan Potensial di Bangkalan Madura yang Kacau Gara-gara Nggak Diperhatikan

Tanah Merah, Kecamatan Potensial di Bangkalan Madura yang Kacau Gara-gara Nggak Diperhatikan

Tanah Merah, Kecamatan Potensial di Bangkalan Madura yang Kacau Gara-gara Nggak Diperhatikan (unsplash.com)

Siapa yang tak mengenal Kecamatan Tanah Merah. Dari ujung barat Bangkalan hingga timur Sumenep Madura, orang pasti mengenal Tanah Merah. Jika orang Madura belum pernah mendengar wilayah ini, saya kira mainnya kurang jauh. Sebab kawasan Tanah Merah lokasinya tepat berada di jalan nasional di Madura. Jadi kalau pengendara dari timur ingin menuju ke barat, ataupun sebaliknya, pasti akan melewati kecamatan ini.

Ditambah, di tengah-tengah kecamatan ini ada salah satu pasar terbesar di Bangkalan Madura, yang kerap menjadi pusat kemacetan yang menyebalkan. Makanya pasti banyak yang mengenal kecamatan ini.

Sayangnya, kecamatan ini kurang diperhatikan. Padahal jika ditelisik lebih jeli, Kecamatan Tanah Merah merupakan kecamatan paling potensial di Bangkalan Madura.

Tanah Merah jadi pusat perekonomian di Bangkalan Madura

Dari 18 kecamatan di Bangkalan Madura, hanya kecamatan Tanah Merah yang memiliki dua pasar rakyat yang aktivitasnya selalu sama-sama ramai. Pertama, Pasar Palawija Desa Petrah yang tepat berada di sisi kiri dan kanan jalan nasional. Meskipun gedung barunya hanya jadi pajangan saja, kegiatan ekonomi pasar ini masih ramai. Bahkan penjual di pasar ini bukan orang Tanah Merah saja, tetapi juga dari Kecamatan Burneh, Galis, Blega, Geger, Kwanyar, Tragah, dan lainnya.

Belum lagi saat hari Sabtu tiba. Kecamatan ini menjadi pusat perputaran uang di Bangkalan Madura. Sebab di pasar inilah ratusan sapi, kambing, dan hewan ternak lainnya dijualbelikan. Orang-orang dari berbagai daerah akan berduyun-duyun pergi ke pasar ini, terutama saat-saat mendekati lebaran kurban seperti bulan lalu. Pasar ini pasti macet!

Kedua, Pasar Patemon yang hanya membutuhkan 9 menit dari Pasar Palawija Desa Petrah. Sistemnya sehari ada, sehari tidak ada. Jadi jika hari ini ada pasaran, besok pasarnya akan sepi, begitu seterusnya. Pasar ini juga dikenal sebagai pasar hewan. Banyak orang yang membeli hewan di sini, lalu minggu depannya akan dijual kembali.

Walaupun jadwal Pasar Patemon akan bersamaan dengan Pasar Palawija pada hari Sabtu, keduanya akan tetap sama-sama ramai. Sebab penjual dan pembelinya memang datang dari berbagai daerah. Makanya, kemacetan di Tanah Merah Bangkalan Madura ini bisa dibilang sebagai agenda rutinan.

Baca halaman selanjutnya: Berada di tengah kabupaten dan dilewati jalan nasional…

Berada di tengah kabupaten dan dilewati jalan nasional

Hal lain yang juga mendukung alasan di atas adalah lokasi Kecamatan Tanah Merah yang strategis, yakni tepat berada di tengah kabupaten dan dilewati jalan nasional di Bangkalan Madura.

Sejak Suramadu diresmikan pada 2009, menurut saya sebenarnya Tanah Merah sudah bisa menjadi pusat pekembangan, terutama perekonomian, di Bangkalan Madura. Sebab dari arah Suramadu, Tanah Merah dengan dua pasar besarnya menjadi kawasan pertama yang dilewati pengendara yang ingin menuju menuju Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Dulu sebelum Suramadu beroperasi, orang dari Surabaya yang akan pulang ke Madura harus melewati pusat Kabupaten Bangkalan dahulu yang berada di ujung barat, sehingga agak muter-muter. Ini pula yang menurut saya menjadi alasan ketimpangan wilayah Bangkalan, sebab pusat kabupatennya tidak strategis, yakni berada di paling ujung. Sehingga membuat perkembangan di ujung timur, selatan, dan utara cukup lamban.

Makanya menurut saya, Kecamatan Tanah Merah ini merupakan kawasan paling potensial jika ingin memulai pemerataan di Bangkalan Madura. Sebab lokasinya sangat strategis.

Sayangnya, nggak ada yang memperhatikan

Akan tetapi apa yang bisa diharapkan dari pejabat pemerintah kita. Kecamatan Tanah Merah malah menjadi kecamatan yang nggak diperhatikan di Bangkalan Madura. Saya tidak mengada-ngada dengan opini ini.

Pertama, Pasar Palawija yang menjadi pasar terbesar di Bangkalan Madura sekarang bangunannya malah terbengkalai. Sudah dibangun bertahun-tahun, dana yang dihabiskan pun puluhan miliar, tapi sampai sekarang cuma jadi pajangan.

Kedua, tak ada SMA negeri di kecamatan ini. Jadi, siswa-siswi yang ingin sekolah di SMA negeri harus sekolah di kecamatan sebelah dengan jarak puluhan kilometer. Pendidikan tinggi juga belum ada. Padahal kebanyakan kecamatan di Bangkalan jika pun mereka tak memiliki SMA negeri, mereka pasti memiliki Pendidikan Tinggi Swasta (PTS).

Betapa malang nasib Tanah Merah Bangkalan Madura ini.

Yah, melihat situasi ini tentu kita tak perlu kaget melihat perkembangan Bangkalan Madura yang lamban. Kecamatan Tanah Merah yang strategis dan potensial saja hanya dipermainkan, apalagi kawasan lain. Sepertinya kita masih jauh dari kesejahteraan. Tapi, saya tak akan berhenti berharap. Melalui tulisan ini, semoga Bapak/Ibu pemegang kebijakan bisa makin serius untuk membangun Bangakalan tercinta ini!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pasar Tanah Merah, Pasar Terbesar di Bangkalan Madura yang Penuh Masalah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version