Pernah nggak sih kalian sewaktu kecil berhati-hati banget pas makan buah. Sikap berhati-hati kayak gini disebabkan kalian takut kalau nanti bijinya ketelen. Apalagi kalau makan buah sejenis jeruk atau semangka yang banyak bijinya. Duh pasti tangan udah ikut cawe-cawe operasi bedah daging buah hanya demi menghilangkan bijinya supaya makannya bisa lahap dan santuy. Padahal habis main kelerang dan belum sempet cuci tangan. Ewh~
Rasa takut kita pas jaman masih bocah disebabkan beredarnya mitos konyol yang tersebar di kalangan anak kecil. Yak, apalagi kalau bukan mitos biji buah yang tertelan bisa tumbuh di dalam tubuh. Sejak mitos itu tersebar saya jadi ketat sekali dengan biji buah khususnya buah semangka. Lagian siapa juga yang mau nelen biji.
Sebagai bocil yang cukup penasaran, akhirnya saya tanya ke kakak. Ketimbang memberitahu realitanya, si kakak malah semakin nakut-nakutin. Katanya biji jeruk yang ketelen nanti bakalan tumbuh di dalam perut. Dan dari lubang telinga keluar ranting-ranting pohon. Keknya di mana-mana kalau kita nanya tentang hal ini ke kakak kita, malah makin ditakut-takutin.
Mitos biji buah yang tertelan itu kemudian membuat saya membayangkan bagaimana sebenarnya struktur lambung manusia. Saya membayangkan dalam perut manusia terdapat sepetak tanah. Jadi kalau nggak sengaja menelan biji buah-buahan maka bijinya akan tumbuh di sana.
Padahal ada banyak buah-buahan yang bijinya super kecil. Kalau bijinya tidak dimakan malah bikin ribet dan mendingan nggak usah makan deh, contohnya jambu biji. Ada juga biji buah yang malah bisa dimakan kayak biji buah nangka, eh tapi direbus dulu ya hehehe. Tapi ada juga biji buah yang berbahaya dan jangan sampai ketelen, biji salak dan biji alpokat.
Ya namanya juga masih bocil. Sebagai bocil tingkat kognitifnya masih jauh daripada orang dewasa. Sebagai bocil kita pasti pernah percaya dengan mitos-mitos yang ada di cerita dongeng atau cerita rakyat. Apalagi kalau mitos biji buah yang tertelan sudah divalidasi oleh kakak sendiri yang pastinya lebih dipercayai daripada teman bocil saya manapun.
Tapi kenapa sih kita yang bocil dulu percaya sama mitos yang ngawurnya divalidasi sama orang-orang dewasa? Karena di waktu masih bocil kita lagi seneng-senengnya belajar tentang tumbuh-tumbuhan. Melihat bagaimana biji di tanam di dalam tanah terus tumbuh, menjadi sebuah kepercayaan bahwa semua biji akan tumbuh.
Apalagi pas di bangku sekolah dasar kita belajar tentang fotosintesis. Semua dari kita pasti pernah menanam biji kacang hijau dengan kapas. Dalam waktu satu malam, simsalabim tumbuh membuat kita yang bocil semakin mempercayai mitos.
Padahal pas udah dewasa atau seenggaknya pas udah belajar struktur tubuh manusia, mitos itu akan luntur dengan sendirinya. Dan kita cuma bisa mbatin “walah, kenapa pas bocil bodoh banget ya bisa percaya mitos itu”. Nggak apa-apa, aku bersama kalian~
Tapi mitos itu ada manfaatnya juga lho. Kali ini kita harus sedikit berhusnudzon dengan orang dewasa yang telah menyebarkan mitos ini dikalangan bocil. Barangkali orang dewasa takut kalau para bocil nantinya makan buah dengan biji-bijinya karena saking lahapnya.
Selain itu, orang dewasa khawatir jika menelan biji buah bisa menyebabkan usus buntu. Padahal itu cuma mitos belaka. Makanan termasuk biji yang nggak sengaja ketelen pas masuk ke mulut pasti akan melakukan tur keliling ke kerongkongan, lambung, usus besar dan usus halus. Semuanya lho ya, tidak memandang ras atau agama makanan.
Kalau sudah sampai lambung, makanan akan dicerna. Sisanya dibuang dan kita setorkan setiap pagi dengan penuh kelegaan. Jadi menelan biji terus usus buntu itu mitos. Mitos yang menghasilkan mitos murahan lainnya.
Tapi berhubung saya sudah dewasa, dan pernah ketipu sama mitos ini, maka saya akan melanjutkan mitos itu. Biarin, biar keponakan-keponakan saya tahu rasanya percaya mitos yang bikin kelihatan bodoh. Biar tahu rasanya kalau ketelen biji semangka panik dan takut nanti keluar daun dari telinga. Ditungguin berhari-hari mana daunnya? Dan mikir “oh, kayaknya udah mati di dalam perut. Syukurlah”.
BACA JUGA Menebak Motif Munculnya Grup WhatsApp SMP padahal Sebelumnya Nggak Pernah Ada dan tulisan Mas Uliatul Hikmah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.