Jogja setelah 250 Tahun
Sejauh ini, Kraton Jogja sebagai entitas monarki tetap eksis. Meskipun ada konsekuensi seperti reduksi kekuasaan dari monarki absolut menjadi gubernur, tapi Jogja tetap ada (dan istimewa) sampai ulang tahun 250 tahun. Tapi apa saja yang terjadi setelah usia Kota Istimewa melebihi angka dari mitos usia bangsa tadi? Mari bercocoklogi sedikit.
Ulang tahun ke-250 tahun Jogja jatuh pada 2005. Setahun setelahnya, terjadi gempa besar yang meluluhlantakkan Kota Istimewa ini. Kemudian muncul wacana penghapusan status keistimewaan Jogja. Akhirnya disempurnakan dengan gonjang-ganjing suksesi takhta Kraton Jogja. Selain itu, relevansi monarki Jogja di masa sekarang mulai dipertanyakan. Banyak orang yang berani melempar kritik tajam ke Kraton Jogja tanpa takut kualat, ahkan mulai jadi gunjingan banyak orang.
Gelombang kritik dan penolakan pada Kraton Jogja makin kencang ketika isu kesejahteraan mulai membara. Banyak yang menilai Kraton Jogja tidak peduli dengan situasi masyarakat, dan hanya menggenjot investasi dan romantisasi belaka. Belum lagi beberapa statement Sri Sultan HB X yang dipandang tidak membumi dan mengabaikan situasi Jogja yang mbuh ini.
Namun, Jogja masih eksis sampai sekarang. Masih dipuja dan dibela keistimewaannya. Bahkan terkesan makin ngoyo dalam pembangunan estetika. Menunjukkan eksistensi sebuah monarki di dalam negara demokratis. Sepertinya juga masih jauh dari kata bubar. Jadi, apakah Jogja akan lestari sampai kiamat?
Sudah bagus masih bertahan, entah sampai kapan
Mengingat usia Jogja dan teori tadi, saya cukup kagum dengan Kota Istimewa ini. Mampu bertahan sampai detik ini adalah pencapaian besar. Akhirnya ini membuat saya maklum pada situasi Kota Istimewa ini. Tidak perlu bermimpi Kota Istimewa ini bisa menyejahterakan rakyat. Lha wong bisa bertahan saja sudah ajaib. Bahkan dengan sikap pongah pada kesejahteraan, Kraton masih dibela rakyatnya. Entah rakyat yang mana sih.
Tapi sebentar. Bukankah angka 250 tahun ini hanya perkiraan atas 10 generasi? Berarti 10 penguasa dong. Lho, ada apa setelah sepuluh penguasa memimpin? Ah mbuh wes. Kita lihat saja apa yang terjadi kelak. Paling juga bu…
..tuh pembangunan yang masif lagi. Kalian pikir bakal bubar? Ngawur tenan prediksine.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka