Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Tak Perlu Kaget Keraton Surakarta Memberi Gelar kepada Gus Samsudin

Christianto Dedy Setyawan oleh Christianto Dedy Setyawan
30 Desember 2022
A A
Tak Perlu Kaget Keraton Surakarta Memberi Gelar kepada Gus Samsudin

Tak Perlu Kaget Keraton Surakarta Memberi Gelar kepada Gus Samsudin (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kabar diberikannya gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) oleh Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta kepada Gus Samsudin memang mengejutkan bagi banyak orang. Mayoritas masyarakat tidak habis pikir bagaimana bisa Keraton memberikan gelar kepada orang yang dipandang kontroversial. Ungkapan ini mudah dijumpai di kolom komentar akun Instagram yang memuat berita tersebut. Komentar tidak percaya dan heran jamak didapati. Lain bagi saya yang tinggal di Solo dan ndilalahe berlatar akademis di bidang Sejarah, kontroversi gelar ini sesungguhnya biasa saja dan wajar terjadi. Nggak percaya? Coba kita flashback ke beberapa tahun silam.

Pertama, kita harus pahami dulu kenapa Keraton Solo ini sering geger gedhen. Kerap terjadi konflik internal di keraton. Ini sudah berlangsung lama lho. Kericuhan bermula pasca wafatnya Raja Pakubuwono XII (PB XII) pada tanggal 12 Juni 2004. Mengacu pada tradisi kerajaan Jawa, penerus raja yang meninggal lazimnya adalah putra tertua dari permaisuri. Berhubung PB XII tidak mengangkat permaisuri, dari sini perang saudara muncul.

Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi dan KGPH Tedjowulan yang berasal dari ibu yang berbeda ini sama-sama mengklaim sebagai raja yang baru. Singkat cerita, mereka mengklaim dirinya sebagai PB XIII. Konflik ini seakan menjadi pemandangan umum bagi warga Solo. Lha wong sudah 18 tahun bergulir dan jalan ceritanya mbulet. Pihak kepolisian, wali kota, hingga pemerintah sudah bersikap memediasi kedua pihak namun hasilnya nihil. Kalau dibuat sinetron, yakinlah bahwa panjangnya episode Tersanjung, Cinta Fitri, atau Ikatan Cinta nggak ada apa-apanya dibanding konflik raja kembar ini. Kekisruhan ini pernah ditulis pula di Koran Solopos terbitan 23 April 2017 yang masih saya simpan.

Rumitnya konflik ini juga berdampak pada pengelolaan Keraton Surakarta yang kurang optimal. Untuk waktu yang lama, Alun-alun Utara Keraton saja rumputnya pernah tumbuh tinggi-tinggi dan kurang terawat. Kesan kurang terawat ini dapat kita lihat juga saat ke keraton sebagai wisatawan. Jangankan terawat, akses pengunjung ke beberapa lokasi saja ditutup gara-gara konflik ini. Wajar banget jika publik kini lebih familiar dengan Puro Mangkunegaran. Selain ngehits karena digunakan sebagai tempat pernikahannya Kaesang-Erina, kondisi internal Mangkunegaran yang relatif kondusif, serta keterbukaan pihak Mangkunegaran yang mengizinkan lahannya dipakai arena konser musik kian mengukuhkan citra tersebut.

Kedua, penganugerahan gelar yang dirasa janggal oleh masyarakat bukan pertama ini terjadi. Rubrik In Depth Report-nya Koran Tribun Jogja edisi 3 Juli 2011 pernah mengulasnya dengan judul “Pak Bayan Diminta Bayar Rp. 1,7 Juta.” Dalam artikel tersebut ditulis bahwa seorang bayan di Karanganyar ditawari gelar Raden Tumenggung namun diminta bayar Rp1,7 juta. Dikatakan bahwa uang tersebut untuk mengurus sertifikat dan administrasi. Istilahnya adalah uang lelah untuk orang yang wira-wiri.

Menariknya terdapat temuan unik di sini, salah seorang anggota keluarga Keraton Surakarta menuturkan bahwa keraton tidak memungut biaya. Orang yang ingin mendapat gelar itu datang ke keraton atas kemauannya sendiri. Mereka datang dengan biaya sendiri, keperluan konsumsi sendiri, dan cetak sertifikat sendiri. Namun jika ada kelebihan rezeki dan diulurkan ya tetap diterima, sebab keraton juga perlu untuk aspek pembinaan keraton. Istilahnya subsidi silang. Sampai sini di sudah bingung? Mari lanjut.

Masih menurut sumber yang sama, dikatakan pula bahwa pihak keraton menerima dana sebab pemberian gelar kebangsawanan tidak lepas dari biaya merawat situs keraton. Poin ini lantas mengarah ke perbandingan bahwa sebelum keraton menyatakan bergabung dengan negara Republik Indonesia, seluruh potensi ekonomi daerah masuk ke keraton. Lain halnya dengan kini. Ada ungkapan yang menarik di sini, yakni, “Kalau pun dikatakan menjual (gelar), yang bisa saya lakukan cuma itu sekarang, saya nggak bisa menjual Pasar Gedhe dan Balapan yang dulu itu ciptaan eyang saya.”

Jadi, jika mau dibilang janggal terkait pemberian gelar pada Gus Samsudin ya janggal. Namun sebagai wong Solo yang terkenal berbudi pekerti halus, saya memilih untuk nggih sampun, yowes lah. Kalau ditanya apakah beliau ini satu dari sedikit orang tenar yang diberi gelar oleh keraton juga enggak. Cukup banyak public figure yang diberikan gelar mulai dari Rossa, Syahrini, Manohara, hingga mendiang Julia Perez.

Baca Juga:

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Ketika naskah ini akan selesai ditulis, saya membaca berita terbaru bahwa terdapat pernyataan dari pihak keraton bahwa gelar Gus Samsudin tidak sah sebab pemberian gelarnya diadakan di luar acara resmi keraton dan di luar perintah raja yang dibuktikan surat legalitasnya berupa surat kekancingan dari raja. Tapi, raja mana yang dimaksud? Entah siapa yang salah. Apakah Gus Samsudin kena prank? Nggak tahu juga saya.

Urusan seputar internal Keraton Surakarta memang membingungkan dan menimbulkan beragam tanya. Kita tidak perlu ikut-ikutan mumet. Yang penting kita sambut tahun 2023 dengan menangis optimis. Setuju?

Penulis: Christianto Dedy Setyawan
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Geger Cagar Budaya Tembok Keraton Kartasura Dijebol Warga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 Desember 2022 oleh

Tags: gelargus samsudinkeraton surakartakonflikpilihan redaksi
Christianto Dedy Setyawan

Christianto Dedy Setyawan

Pencinta literatur yang hobi blusukan sejarah

ArtikelTerkait

Cerita di Balik Sekolah Teologi_ Calon Pendeta Juga Manusia Biasa terminal mojok

Cerita di Balik Sekolah Teologi: Calon Pendeta Juga Manusia Biasa

1 Oktober 2021
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Kenapa Bapak-bapak Suka Pakai Helm Motor Gratisan dari Dealer Terminal Mojok

Kenapa Bapak-bapak Suka Pakai Helm Motor Gratisan dari Dealer?

6 Juni 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022
Tri, Operator Seluler dengan Layanan Customer Service Paling Ribet se-Indonesia. Juaranya Bikin Pelanggan Emosi

Tri, Operator Seluler dengan Layanan Customer Service Paling Ribet se-Indonesia. Juaranya Bikin Pelanggan Emosi!

23 Februari 2024
10 Serial Netflix yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup Terminal Mojok

10 Serial Netflix yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup

14 Juli 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.