Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Tak Perlu Bela atau Benci Faye Simanjuntak: Ia Memang Sukses karena Privilese

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
31 Oktober 2021
A A
Tak Perlu Bela atau Benci Faye Simanjuntak: Ia Memang Sukses karena Privilese terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Sebenarnya, saya agak deg deg ser ketika menulis ini. Pasalnya, saya akan membahas cucu dari seorang Luhut Binsar Pandjaitan. Sang perdana menteri eh menteri serba bisa kebanggaan kabinet Jokowi. Namun, karena banyak warganet yang menggunjingkan serta mendukung cucu blio, nggak apa-apa, lah saya ikut nyemplung.

Cucu opung Luhut yang dibahas itu adalah Faye Simanjuntak. Ia sedang jadi buah bibir karena pencapaian besarnya. Selain terlibat di kegiatan UNESCO, Kak Faye mendirikan Rumah Faye bersama mamaknya untuk melawan eksploitasi anak. Untuk menyempurnakan pencapaian, Kak Faye termasuk dalam Forbes 30 under 30.

Seperti biasa, polemik muncul. Separuh nyinyir karena memandang Faye Simanjuntak sukses karena privilese sebagai anggota keluarga kaya raya dan berpengaruh. Sisanya, membela dengan argumen bahwa tidak semua anak orang kaya bisa sesukses Kak Faye. Bahkan ia menjadi trending karena debat kusir yang membosankan ini.

Kalau dengan analisis saya yang sekenanya, mayoritas pendukung Faye Simanjuntak berasal dari kelas menengah ke atas. Mereka yang akun Twitter-nya penuh cuitan tentang membangun start up dan rencana liburan yang terhalang tes PCR. Sedangkan mayoritas pembenci Faye Simanjuntak adalah kelas menengah ke bawah. Mereka yang Twitter-nya sering membagikan tentang isu sosial dan rencana rolling kota-kota. Namun, itu cuma bicara mayoritas, ya. 

Kalau saya sendiri berusaha berada di tengah-tengah. Mau benci, tapi kok beneran sukses. Mau kritik, tapi memang punya bukti pencapaian. Mau nyinyir tapi kok cucu Opung Luhut, ya. 

Baiklah, kita bicara dengan positif vibes dulu. Faye Simanjuntak memang punya segudang pencapaian. Lulusan Georgetown University Amerika Serikat ini memang sudah banyak berkecimpung dalam masalah HAM. Ia punya pengalaman dalam gerakan antiprostitusi anak sejak kecil.

Rumah Faye di Batam sendiri resmi berdiri untuk dikelola sebagai rumah aman bagi anak-anak korban prostitusi. Bersama dengan menjalankan Rumah Faye, Faye Simanjuntak juga mengampanyekan hak anak di bawah umur. Seluruh pencapaian besar ini diapresiasi dengan masuknya Kak Faye dalam Forbes 30 under 30.

Memang benar argumen para pembelanya, banyak anak berprivilese lebih yang tidak punya pencapaian sepertinya. Jadi, kalau Anda sekalian mau membenci Kak Faye, mohon jangan berlebihan. 

Baca Juga:

4 Privilese yang Kamu Rasakan Ketika Tinggal di Surabaya Timur

YOLO Sekarang, Menangis Kemudian: Anak Muda Tanpa Privilese Jangan Coba-coba Gaya Hidup Ini!

Nah, saatnya saya bahas dari sisi yang lebih saya sukai: negatif vibes. Apakah semua orang bisa masuk ke Forbes 30 under 30? Tentu saja tidak! Mereka yang bisa masuk daftar ini adalah manusia yang punya akses luas ke sumber daya. Dalam hal ini, tentu relasi skala internasional dan/atau aset kekayaan melimpah. Apabila Anda tidak memiliki keduanya sejak lahir, hanya keberuntungan yang bisa membantu Anda. Dan Anda tahu, kan, perkara keberuntungan? Itu hanya mitos.

Untuk bisa aktif dalam gerakan sosial selevel Faye Simanjuntak, dua privilese di atas harus dipegang. Apalagi Kak Faye bergerak di bidang nirlaba dan NGO. Sudah pasti, ia akan butuh biaya sangat besar agar punya dampak yang sampai dilirik mata Forbes.

Apakah hanya Kak Faye yang punya semangat berbagi sebesar itu? Tentu saja tidak. Banyak anak muda yang bergerak di bidang sosial sepertinya. Baik yang dikelola sendiri alias swakelola, atau dikerjakan dengan bersenjata proposal. Namun, apakah mereka mencapai level seperti Kak Faye? Tentu tidak mudah! 

Untuk aktif di kegiatan sosial saja, anak-anak muda ini harus membagi diri antara kerja dan aksi sosialnya. Uang yang tak seberapa harus dibagi demi memenuhi kebutuhan hidup dan aksinya. Waktu yang cuma 24/7 harus dibagi pula. Jadi kalau Anda tidak punya privilese ke potensi ekonomi dan relasi lebih, aksi Anda ya cuma semampunya. Sebenarnya, Kak Faye juga bekerja sosial semampunya. Tapi, ya, memang semampunya sebesar itu.

Nah, pada titik ini, saya pikir tidak perlu berlebihan membela Kak Faye. Dia memang badai yang sempurna. Segala privilese besar ini kebetulan dipegang seseorang yang punya jiwa sosial besar. Meskipun saya selalu skeptis dengan aksi filantropis kelompok ekonomi atas demi “menyelamatkan” kelompok tersingkir.

Namun, sebelum saya mulai ngerujak perkara mental messiah dalam aksi filantropis, saya akhiri saja artikel ini. Ni lho Opung Luhut, saya nggak ngerujak berlebihan! Pokoknya selamat, ya Opung Luhut, Anda punya cucu yang memiliki pencapaian besar. Meskipun pencapaian sebesar itu karena, ya, sudahlah pokoknya karena itu!

Sumber Gambar: Unsplash.com

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 31 Oktober 2021 oleh

Tags: Faye Simanjuntakluhut binsar panjaitanPrivilese
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Tak Ada Salahnya Anak Presiden Menjadi Pemimpin Daerah

Tak Ada Salahnya Anak Presiden Menjadi Pemimpin Daerah

7 Februari 2023
5 Kemungkinan yang Bikin Pak Jokowi Nggak Turun Langsung Pimpin Penanganan Covid-19 terminal mojok.co

5 Kemungkinan yang Bikin Pak Jokowi Nggak Turun Langsung Pimpin Penanganan Covid-19

17 Juli 2021
Hikmah yang Bisa Dipetik dari Perlakuan Istimewa yang Sri Mulyani Dapatkan di Bandara (Pixabay.com)

Hikmah yang Bisa Dipetik dari Perlakuan Istimewa yang Sri Mulyani Dapatkan di Bandara

27 Maret 2023
luhut mahfud md meme

Luhut, Mahfud MD, dan Upaya Menghibur Diri dengan Meme

4 Juni 2020
privilese mojok.co

Privilese para Feodal yang Melahirkan Budaya Patronasi

16 Juni 2020
3 Privilese Kendaraan Pelat Merah yang Nggak Bisa Didapatkan Kendaraan Mewah

3 Privilese Kendaraan Pelat Merah yang Nggak Bisa Didapatkan Kendaraan Mewah

26 September 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.