Uniknya, ojol ini bisa kita lihat sisi manusianya. Tapi, kenapa ya hal tersebut nggak bisa terjadi sama sopir angkot?
Ada perasan bersalah ketika pesan? Hah?
Kita tentu ingat kasus ibu-ibu yang menghina kurir karena pesanan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Padahal, kan bukan salah kurirnya.
Enak, tapi haram, tapi enak.
Mungkinkah karena berada di "zona" yang sama? Atau karena pernah merasa susah juga?
Mau dipanggil "kak", "su", atau "yang mulia"