Listrik di Kecamatan Munjungan melalui jalur yang amat panjang. Tiang listrik dan kabelnya melintasi jalur pegunungan. Jika hujan deras disertai angin kencang, dapat dipastikan pemadaman akan terjadi. Tentu saja tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya.
Pemadaman listrik juga bisa juga terjadi meski siang terang benderang nggak ada angin maupun hujan. Suatu kali penyebabnya ada monyet yang tersetrum kabel saat berloncatan di pepohonan. Hmmm, kasihan juga ya, ruang hidup si monyet terjajah gara-gara manusia.
Tempo pemadaman listrik di sini juga nggak main-main. Pernah hampir 12 jam lamanya listrik tak kunjung menyala. Pemadaman bahkan juga pernah terjadi saat bencana banjir singgah di Munjungan saat tengah malam. Kebayang nggak gimana repotnya?
Berbekal pengalaman ini, tiap sore saya jadi selalu waswas. Buru-buru mengisi daya laptop, hape, senter, mengisi tandon air, masak nasi, dan selalu berusaha untuk nggak menyetrika mendadak.
Daftar Isi
Nggak ada kos-kosan
Mencari kos-kosan seperti di kota besar adalah hil yang mustahal di kecamatan ini. Tahun lalu, baru saja ada kos-kosan buat laki-laki. Jumlahnya hanya ada satu di sini, lho. Sementara buat perempuan sama sekali nggak ada.
Biasanya pendatang akan mengontrak rumah bersama kawan lain. Namun, hal itu juga sulit dilakukan karena jika rekan satu kontrakan pindah kerja, otomatis dia sendirian di rumah itu. Dan itu nggak enak.
Opsi lain adalah tinggal serumah dengan warga lokal, seperti yang saya pilih empat tahun belakangan. Saya tinggal serumah dengan salah satu warga lokal di sini. Saya menyewa kamar dan juga membayar untuk makan. Kami tinggal seatap. Kadang menonton TV bareng, memasak sama-sama, dan menggunakan toilet yang sama. Tak jarang “ibuk kos” mengajak saya ikut pengajian atau kegiatan warga lain. Jadi semacam kayak anak angkat gitu, hehehe.
Perbedaan cuaca ekstrem
Kecamatan Munjungan berbatasan langsung dengan laut selatan. Bahkan “kosan” tempat saya tinggal, jaraknya hanya lima menit jalan kaki ke bibir pantai. Di malam hari saat bulan purnama ada di atas kepala, suara ombaknya yang menggelegar sampai di telinga saya. Serem, Gaes. Dan yang lebih seram lagi saat musim ombak dan angin kencang, bau amis dari lautan tersebar hingga permukiman warga dalam radius 500 meter. Titik air nampak jelas mengambang di sekitar lampu yang menyala di malam hari.
Cuaca di Munjungan juga cukup ekstrem. Hari ini panas terang hingga membakar tulang dan bikin mata silau, eh esoknya bisa turun hujan seharian dari pagi hingga malam. Setelah hujan berhari-hari hingga cucian susah keringnya, tiba-tiba panas datang dan kembali membakar kulit. Menurut pengamatan saya, nampaknya penyebabnya adalah siklus air di Munjungan yang berjalan dengan cepat karena wilayahnya sangat dekat dengan laut.
Nggak ada toko yang buka 24 jam
Mirip sama keadaan beberapa kecamatan pelosok lain, di Kecamatan Munjungan, Trenggalek, nggak ada toko maupun apotek yang buka 24 jam. Sebenarnya sudah ada dua Indomaret di sini, tapi sering kali Indomaret ini sudah tutup jam 9 malam. Ada juga minimarket yang lumayan komplet, namun mereka sudah tutup jam 8 malam.
ATM terbatas
Dalam satu Kecamatan Munjungan yang luasnya kira-kira 154 kilometer persegi, hanya ada dua ATM yang ada di sini, yakni ATM BRI dan ATM Bank Jatim. ATM BRI punya tiga mesin yang berada dalam satu pintu, sementara ATM Bank Jatim hanya ada satu mesin. Sudah gitu, di pertengahan bulan tak jarang stok uang di ATM Bank Jatim sudah habis dan baru bisa beroperasi kembali tiga hingga empat hari kemudian.
Hanya ada satu SPBU
Iya, kalian nggak salah baca, hanya ada satu SPBU dengan ukuran standar di Kecamatan Munjungan, Trenggalek. SPBU ini nggak pernah buka malam hari, jadi kalau mau isi bensin, sebaiknya di pagi atau sore hari. Apalagi kalau sedang bulan Ramadan kayak sekarang ini, jam 4 sore biasanya sudah mulai tutup.
SPBU ini juga sering kali kehabisan stok BBM. Mungkin karena pengirimannya terlambat. Namun, anehnya saat stok BBM di SPBU habis, bensin-bensin di toko eceran masih banyak yang tersedia. Untungnya baru-baru ini nampak ada satu pom mini yang mulai dibangun.
Nah, itulah sebagian kesusahan yang saya rasakan sebagai pendatang di Kecamatan Munjungan, Trenggalek. Saya nggak memungkiri kesulitan-kesulitan di atas juga pasti dirasakan oleh warga lokal yang ada di sini.
Penulis: Rezha Rizqy Novitasary
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kabupaten Trenggalek Juga Punya Banyak Pendekar dan Sisi Gelap Ini Pernah Ada.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.