Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Susahnya Bersepeda di Jogja, Kota Pendidikan yang Harusnya Ramah Sepeda

Abd. Muhaimin oleh Abd. Muhaimin
27 September 2023
A A
Susahnya Bersepeda di Jogja, Kota Pendidikan yang Harusnya Ramah Sepeda

Susahnya Bersepeda di Jogja, Kota Pendidikan yang Harusnya Ramah Sepeda (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Rasanya belum genap sebulan saya beli sepeda (dan itu bekas), sudah tiga kali saya dibuat kecewa. Andai saja saya mampu beli motor sendiri tanpa minta orang tua, tak bakal saya susah payah beli sepeda di Jogja.

Setahun lalu, Mbak Siwi Nur sudah menyampaikan keluhannya mengenai infrastruktur untuk pesepeda yang begitu minim di Jogja, yang katanya kota ramah sepeda. Ia juga menjelaskan bagaimana tren bersepeda harus dikampanyekan, melihat manuver harga BBM yang tak menentu kala itu. Sayang, itu hanyalah sebuah harapan; dan impiannya tentang bersepeda bak di jalanan Eropa hanya sebuah hayalan.

Saya kira bersepeda di kota akan menyenangkan, apalagi di kota pendidikan seperti Yogyakarta. Saya membayangkan, bahwa di kota yang disesaki oleh pelajar ini, sepeda-sepeda onthel akan berseliweran di jalanan. Kenapa? Karena onthel adalah lambang kesederhanaan; dan mahasiswa identik dengan ke-pas-pas-an dan kesederhanaan itu.

Tapi, dugaan saya keliru. Jogja tak lagi seromantis dulu, seperti yang diceritakan teman 5 tahun lalu. Dan itu saya akui benar, salah satunya bagi para pesepeda.

Jalur sepeda di Jogja beralih fungsi jadi parkir

Dari segi infrastruktur khusus sepeda mungkin bisa dikata nggak ada lagi harapan. Mau diharap gimana, yang diharap aja nggak mau jadi harapan. Setahun sudah Mba Siwi bilang bahwa infrastruktur untuk sepeda masih sangat minim. Dan ia harap pemerintah dapat mendengar itu. Nyatanya, hingga sekarang tak ada perkembangan dan kemajuan.

Mungkin di beberapa titik jalan di Jogja terdapat jalur khusus sepeda, salah satunya yang sering saya lewati di sekitar Stadion Mandala Krida. Untuk titik-titik lain saya belum mengetahuinya. Tapi, satu contoh sampel bisa jadi memberikan sedikit gambaran bagaimana lajur khusus sepeda benar-benar tidak berfaedah. Semua kendaraan bermotor, baik yang roda dua hingga yang empat, dengan tanpa dosa mereka mejeng di sepanjang lajur khusus kendaraan tak bermotor itu.

Saya tidak serta merta menyalahkan mereka. Di satu sisi mereka tidak salah, sebab daripada tak difungsikan, jarang juga pesepeda menggunakannya, ya, terserah lah. Kita juga sama-sama bayar pajak jalan kan. Di sisi lain, mereka juga tidak benar, sebab itu termasuk perbuatan zalim. Artinya, tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Saya juga begitu kesal akibat kezaliman-kezaliman itu, yang pada ujungnya membuat saya juga berbuat zalim. Sore itu, jalanan Jogja sudah cukup sesak oleh orang-orang yang pulang kerja. Dan hanya dua-tiga pesepeda, termasuk saya, yang nekat bersepeda sore-sore di jalanan kota. Jalur sepeda sudah dipenuhi mobil-motor yang parkir sembarangan. Motor-motor lain mulai meluap juga ke jalur sepeda akibat sesak. Saya terpaksa lewat trotoar, dan merasa berdosa akibat itu. saya merampas hak pejalan kaki.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Tak ada parkir khusus sepeda di Jogja

Selain jalur khusus, parkir khusus sepeda di Jogja juga perlu. Ketika pergi ke cafe, warkop, atau swalayan, saya sering merasa bingung di mana saya harus memarkir sepeda. Meskipun saya sendiri belum pernah kena teguran dan lain sebagainya, tapi saya overthinking sendiri saat ingin memarkir sepeda.

Saya takut kalo diletakkan berjejer dengan barisan motor, akan dianggap mengganggu. Atau kalo saya parkir di tempat yang menurut saya aman dan nyaman, jauh dari kumpulan motor, takut ditegur bahwa itu bukanlah tempat parkir. Saya merasa insekyur dan minoritas sekali. Apalagi, kalo parkir nggak usah dibayar. Apakah saya terlihat perlu dikasihani!? Memang saya minoritas, pak. Tapi, terima kasih loh. Hehe.

Tak semua jasa tambal ban bisa nambal ban sepeda

Tak hanya dianggap perlu dikasihani, pesepeda juga terdiskriminasi. Perkara tambal ban? Ya, betul. Saya merasa terpinggirkan sekali sebagai pesepeda. Bagaimana tidak, tepat ketika ban sepeda saya kempes, tak ada jasa tambal ban maupun bengkel yang mampu menolong hingga saya tiba di kontrakan saya di Jogja.

Memang nasib jadi minoritas, sudah kadang dianggap tak ada, kadang juga tidak diacuhkan dan dihina. Baru kali ini, saya merasa bahwa menjadi minoritas sangatlah menyakitkan dan mengganggu mental. Pernah saya ingin ngisi angin ban di sebuah bengkel motor. Kebetulan si empunya baru datang dari bersepeda ria. “Wah, klan saya ini” batin saya. Namun, rasa gembira itu tiba-tiba luntur mendengan jawabannya saat saya tanya, “Bisa isi angin”. Dengan ketus ia berkata “kamu tak liat saya baru datang!?” Sontak sakit hati saya dibuatnya. Padahal separuh pintu bengkel sudah dibukanya.

Di luar itu semua, saya hanya heran apakah ban sepeda berbeda dengan ban motor. Kayaknya sama saja. Lalu, apakah cara nambalnya lebih susah, saya rasa juga tidak sih. Tolonglah beri saya penjelasan, puh sepuh!

Mahasiswa+sepeda: Lu gak keren, tapi harus bangga!

Saya selalu membayangkan, bahwa mahasiswa (di Jogja) yang pakai sepeda ke kampus itu keren. Kita seakan-akan menjadi mahasiswa yang paling peduli terhadap lingkungan, terhadap pengurangan emisi karbon. Tapi, kita tidak sedang di Eropa, di mana orang yang bersepeda dianggap keren dan peduli lingkungan. Pemerintah di negara-negara Eropa juga mendukung budaya bersepeda itu sendiri, bahkan sampai-sampai rakyat dibayar hanya untuk mau pakai sepeda.

Kita memang tak keren sebagai pesepeda di negeri ini, seperti mahasiswa-mahasiswa Eropa. Namun, kita harus bangga karena menjadi sebentuk kampanye dan kritik sekaligus. Kampanye untuk membudayakan bersepeda seperti negara maju; dan kritik kepada pemerintah untuk mempunyai kesadaran misi seperti mereka. Bukankah pak Jokowi sering memberi hadiah sepeda, ya? Apakah itu bentuk kampanye lingkungan atau politik, sih, pak?

Penulis: Abd. Muhaimin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Romantisme Sepeda yang Selalu Beririsan dengan Kemiskinan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2023 oleh

Tags: Jogjakota pendidikansepeda
Abd. Muhaimin

Abd. Muhaimin

Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Bekerja di Penerbit Erlangga. Asli Sumenep, pemerhati isu sosial dan mahasiswa.

ArtikelTerkait

9 Kuliner Khas Bantul yang Perlu Dicoba terminal mojok.co

9 Kuliner Khas Bantul yang Perlu Dicoba

8 Februari 2022
UNY Bikin Mahasiswa UNJ Iri karena Sempitnya Gedung Kuliah (Unsplash)

Irinya Mahasiswa FIS UNJ Melihat FISHIPOL UNY: Ketika Luas Satu Fakultas Setara Satu Kampus

24 Juni 2024
Lampu Merah Simpang 5 UNY Samirono Jogja Nggak Guna, Lalu Lintasnya Masih Ruwet Mojok.co

Lampu Merah Simpang 5 UNY Samirono Jogja Nggak Guna, Lalu Lintasnya Masih Ruwet

9 Juli 2025
Selain Olive Chicken, Salon Flaurent Juga Jadi Harta Karun di Jogja terminal mojok.co

Selain Olive Chicken, Salon Flaurent Juga Jadi Harta Karun di Jogja

15 April 2021
Mencari Toko Buku di Banyuwangi seperti Jarum di Tumpukan Jerami, Sulit! Mojok.co

Mencari Toko Buku di Banyuwangi seperti Jarum di Tumpukan Jerami, Sulit!

5 November 2023
Stasiun Lempuyangan Lebih Pantas Dikenal karena 3 Hal Ini, Bukan karena Meme Roti'O

Stasiun Lempuyangan Lebih Pantas Dikenal karena 3 Hal Ini, Bukan karena Meme Roti’O

23 September 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.