Percaya atau tidak, Instagram merupakan platform yang paling berpengaruh dalam menentukan gaya hidup hajat orang banyak, khususnya pada masyarakat +62. Pasalnya, platform ini dapat menjadi ajang saling sharing pengalaman (ya agak menjurus ke pamer sih) pada fiturnya yang bernama instagram stories. Dari mulai urusan traveling, makanan, hingga perbucinan duniawi dapat dipertontonkan disini.
Jika urusan-urusan itu diunggah oleh influencer kita dan menghasilkan suatu keganjilan baru, nggak kurang nggak lebih bakal viral, dong? Seperti munculnya polemik netizen mengenai permasalahan instagram stories Awkarin. Pasalnya, unggahan repost-an tersebut berisikan ucapan ulang tahun yang kebilang banyak dalam satu hari penuh. (Suwer deh, nggak jauh beda kayak melihat bubaran buruh pabrik). Followers yang melihat pun jadinya mangkel dan adapun yang mengikuti hal tersebut (yaaa pastinya haters fansnya dong)
Tradisi mengucapkan ulang tahun memang mengalami perkembangan yang begitu panjang. Dari mulai memakai surat kertas yang kebilang kuno banget, lalu beranjak ucapan via telepon koin seperti yang biasa dilakukan dilan ke milea, hingga sekarang beranjak ke digital yang notabene mempunyai kemudahan untuk mengirim pesan dan lebih cepat untuk dilihat (oleh siapa pun dan di mana pun). Salah satu caranya melalui instagram stories pada fitur Instagram.
Tunggu! untuk meluruskan pembahasan ini, kita mesti tahu “Apa sih repost itu?”. Oke saya jelaskan, repost itu merupakan unggahan kembali dari apa yang telah seseorang kirim di tautannya atau tepatnya di fitur instagram stories.
Entah dari mana virus repost-merepost tersebut bermula, sehingga influencer sekelas Awkarin pun melakukan hal tersebut. Aktivitas itu lalu mulai marak menyebar di kalangan pengguna Instagram, yang tak kenal usia, preferensi makan soto, apalagi pandangan politik seseorang. Penyebaran virus ucap-mengucap ulang tahun yang cepat (lebih cepat daripada penyebaran virus corona) memakan banyak korban, dari mulai teman terdekat hingga pembantu saya sendiri pun kena virus tersebut.
Sebenarnya, respons saya sih biasa-biasa saja ngelihat instagram storiese teman ketika melakukan hal tersebut, tetapi lama-kelamaan saya menjadi mangkel dan heran pula. Pasalnya, ketika kemarin sahabat dalam satu circle pertemanan saya sedang berulang-tahun, ia mulai melakukan kegiatan repost-merepost di seluruh postingan yang ditandainya, agar terlihat instagram-able banget, lalu terjadilah Perang Dunia ke-3 ketika satu teman terdekatnya nggak mau mecoba tuk ikut-ikutan hal begituan, ia beranggapan bahwa tidak ada faedahnya melakukan hal begituan alias alay. Hari ulang tahun yang seharusnya terjadi keharmonisan, malah menjadi suatu ajang sambat-menyambat.
Maka dari itu, saya melakukan survei kecil-kecilan mengenai kegiatan ini. Agar para mojokiyah pun nggak secara gamblang menambahkan kegiatan ini masuk ke dalam klasemen 5 teratas pengguna instagram stories paling memuakkan dan dapat memahami rasanya memerankan diri dari ketiga posisi ini; yaitu si orang yang nge-tag, si orang yang di-tag dan si yang melihat unggahan tersebut.
Satu: Orang yang ngasih ucapan ulang tahun di Instagram Stories
Ketika ditanya “kenapa sih harus nge-tag unggahan untuk yang sedang berulang-tahun?” Jawaban yang paling mendominasi adalah suatu ketulusan. Iya ketulusan dari seorang teman yang ingin panjat sosial mengucapkan selamat ulang tahun. Usut punya usut, beberapa teman pun mengaku ikut-ikutan saja karena demi sebuah pengakuan bahwa dia benar-benar temannya, apalagi jika yang ulang tahunnya itu merupakan ambassador sekolah, pastinya bakal naik derajat langsung deh nama kalian.
Faktor lain juga berasal dari kemajuan teknologi. Di dunia nyata kita telah terpisah dari badan dan ucapan, maka instagram adalah kiatan teranyar untuk melakukan silatuhrami jarak jauh dengan menguggah suatu momen yang menyertakan kenangannya.
Dua: Orang yang dikasih ucapan ulang tahun di Instagram Stories
Layaknya yang lagi sedang merayakan ulang tahun, pastinya senang tujuh turunan jika ada seseorang yang mengucapkan ulang tahun di Instagram Stories dan lalu ngetag namanya dengan harapan untuk di repost di akun si yang ulang tahun tersebut. Tapi kenapa harus dengan cara merepost sih? Kenapa nggak seukur mengucap terima kasih di pesan?
Yaps, jawabannya adalah “apresiasi”. Pepatah pernah mengatakan bahwa “Matahari tidak pernah memilih siapa yang harus diberikan sinar”. Maka kita harus menghargai semua orang yang telah bersusah payah untuk mengunggah foto atau video ketika hari ulang tahun lengkap dengan hasil editan oleh jari-jari kreatifnya. Lain halnya jika postingan yang ditandai tersebut jatuhnya menghina dan dampaknya nggak bagus-bagus amat untuk privasi diri kita (ucapan insta stories dari mantan misalnya?). Daripada diapresiasi mending kalian blokir aja deh instagramnnya!
Tiga: Orang-orang yang melihat repost ucapan ulang tahun di Instagram Stories
Saya bagi menjadi lima jenis orang. Mulai dari si snob, mereka menganggap merekalah yang paling tahu. Biasanya mereka hanya berargumen dan selalu memberikan komentar negatif. Mereka juga mereka sering mengharam-haramkan kegiatan yang ada saat ini. Kemudian ada si bodo amat, mereka beranggapan bahwa teserah saja asal hidupnya nggak keganggu.
Setelah itu ada si filsuf, jenis orang ini bukannya mengasih komentar yang aneh-aneh tapi selalu mempertanyakan sesuatu yang terjadi, seperti “ih, kok dia punya banyak temen banyak, nemu dari mana sih? Ih, kok tuhan bisa menciptakan ulang tahun?”. Kemudian ada si panjat sosial, ialah jenis orang yang selalu ambil kesempatan dalam kesempitan dengan tujuan menaikan derajat sosialitanya.
Saya telah menyusun beberapa pernyataan untuk memberikan pembenaran yang jelas dari suatu pertanyaan, “Kenapa sih budaya repost itu nggak usah diperdebatkan dan kita maklumi saja?”.
Pertama, selagi kegiatan repost ucapan ulang tahun tersebut nggak mengganggu dan merugikan aktivitas kalian, kenapa harus misuh? Karena kita pun telah dilengkapi fitur mute pada instagram stories, di mana kalian nggak usah cape-cape lagi untuk melihat satu per satu unggahan instagram stories teman kalian. Kedua, faktanya, kita telah dibatasi selama 100 (seratus) kali untuk nge-posting unggahan pada instagram stories, semisal ada kesempatan, ya kenapa nggak dipakai? Ketiga. Berdebat itu capek, mending hijrah yang udah jelas-jelas baik untuk kita
Demikian artikel yang dapat menjadi rujukan untuk yang lagi ulang tahun, yang mau ngetag si ulang tahun, dan yang lagi melihatnya. Inti dari artikel ini ialah menjauhi persepsi negatif kita ketika melihat seseorang yang sedang berulang-tahun karena kesuksesan kita sebagai teman khususnya di instagram adalah ketika kita membuat orang lain bahagia.
BACA JUGA 3 Alasan Kenapa Filter Truth or Dare dan Head Quiz di Instagram Story Diciptakan atau tulisan Fathur Rachman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.