Universitas Terbuka (UT) dikenal sebagai kampus yang menawarkan biaya terjangkau kepada mahasiswanya. Bahkan dengan uang Rp100.000 pun dan sudah lulus SMA atau sederajat, sangat bisa kuliah di Universitas Terbuka.
Berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan oleh pimpinan Universitas Terbuka, mahasiswa tidak akan membayar lebih dari Rp3 jutaan sekalipun memilih banyak mata kuliah. Paling mentok-mentok Rp2,5 jutaan sudah bisa kuliah di UT.
Tapi karena kita tinggal di Indonesia, aturan hanyalah aturan. Aturan sebagus apa pun dari atas, kalau sudah di bawah (hampir) pasti terjadi penyelewengan.
Bagi mahasiswa yang mendaftar secara online, kemungkinan besar tidak merasakan pungli karena pembayarannya langsung ke pusat. Berbeda halnya dengan mahasiswa UT yang ada di daerah yang kesulitan mendaftar secara online, mau tidak mau mereka harus bayar ke pihak ketiga yang dikenal dengan sebutan Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) dan Pokjar.
Sayangnya beberapa pihak SALUT dan Pokjar di beberapa daerah ini meminta biaya jasa yang terlalu tinggi kepada mahasiswanya. Jika harga uang kuliah normal Rp1.500.000, kalau sudah bayar lewat SALUT mahasiswa harus keluar uang Rp2.500.000-3.000.000.
Memang tidak ada salahnya memungut biaya jasa, ya tapi jangan terlalu besar juga dong. Mentok-mentok Rp500.000 itu sudah sangat cukup.
Uang “operasional” ujian
Tidak cukup sampai di situ saja, pungutan liar biasanya dilakukan saat menjelang UAS. Mahasiswa diminta sejumlah uang dengan dalih untuk operasional ujian. Padahal semuanya sudah ditanggung oleh Universitas Terbuka. Bahkan di beberapa media lain sudah pernah diberitakan, dan hal ini sangat memalukan bagi kampus kita.
Baca halaman selanjutnya
Kampus Universitas Terbuka terkenal sebagai kampus murah. Kalau banyak sekali pungutan…