Hallo Jürgen Klopp und natürlich die Spieler des FC Liverpool insgesamt. Stell dir vor, ich bin einer deiner Fans. Für Jürgen bin ich jemand, der es mag, wie er mit Spieler besonders auf dem Feld anspricht, besonders wenn er ein Dortmunder Trainer ist.
Bahasa Jerman saya tuliskan di awal agar lebih terkesan akrab dengan Jürgen Klopp, terima kasih untuk teman saya yang sudah membantu dalam mentranslate. Kurang lebih, jika dalam Bahasa Indonesia seperti ini:
Halo, Jürgen Klopp dan tentunya pemain Liverpool FC secara keseluruhan. Perkenalkan, saya adalah salah satu dari penggemar kalian. Untuk Jürgen, saya menjadi seseorang yang menyukai bagaimana cara Anda dalam melakukan pendekatan kepada pemain khususnya saat di lapangan, ekspresif, khususnya saat menjadi pelatih di Dortmund.
Liverpool? Saya sudah menjadi pendukung sekitar dari tahun 2000-an. Mungkin belum lama dibandingkan dengan fans lain, tapi percayalah, saya tidak mungkin berpaling, dengan atau tanpa gelar yang diraih pada tiap gelaran musim Liga Premier Inggris. Gelar Liga Champions dengan Steven Gerrard menjadi salah satu pahlawannya adalah yang paling saya ingat, sebab saya menonton secara langsung bagaimana drama terjadi.
Terlihat frustrasi di babak pertama (tertinggal 3-0) sampai akhirnya menyamakan kedudukan, lalu akhirnya menyegel gelar juara melalui titik putih. Betul-betul drama yang epic dan patut dikenang oleh seantero bumi—bagi fans maupun lawan.
Setelahnya—meski sudah bergonta-ganti pelatih, mengubah strategi, bahkan memiliki pemain kelas dunia sekali pun—Liverpool belum juga merasakan bagaimana ada dalam euforia menjadi juara Liga Inggris, yang mana fans juga ingin merasakan euforianya, khususnya saya agar bisa membalas banter dari fans lain.
Pernah, ketika kedatangan Brendan Rogers Liverpool hampir saja juara jika memenangkan beberapa pertandingan terakhir, sampai akhirnya Gerrard, yang kita kenal sebagai Legenda hidup Liverpool, jatuh terpeleset di pertandingan penting dalam memperebutkan gelar Liga Inggris. Sudah, lupakan. Itu hanya sebagian dari kenangan kelam, masih banyak kenangan kelam lainnya.
Lalu, setelah memutuskan kontrak dengan Borussia Dortmund, akhirnya Liverpool mendapatkan angin segar, mendapatkan service dari pelatih yang saya kagumi seperti Anda, Jürgen Klopp. Taktik, passion, juga emosional yang selalu menarik untuk dilihat dari layar kaca—oh iya, saya merupakan salah satu fans Liverpool dari Indonesia.
Sungguh, sangat luar biasa pencapaian Anda di musim pertama bersama Liverpool (atau waktu itu hanya baru separuh musim?) karena baru saja menjabat sebagai pelatih, langsung menembus partai final di europa league bertemu dengan Sevilla. Meski pada akhirnya harus bertekuk lutut karena kalah dengan skor 1-3.
Pada waktu itu, saya pikir tidak apa. Anggaplah sebagai pemanasan. Belum lagi, para pemain yang ada saat itu tidak semuanya menjadi bagian dari rencana Anda, itu hanya sisaan pemain dari pelatih sebelumnya.
Toh, pemanasan saja sudah membuat gebrakan yang sangat baik, besar kemungkinan prospek setelahnya akan jauh lebih baik, tidak menutup kemungkinan mendapatkan gelar Liga Inggris, yang pastinya ditunggu oleh para staff, pemain, juga fans Liverpool yang ada di seluruh dunia. Harapannya demikian.
Musim terus berganti, gelar juara pun belum didapat, entah dari kompetisi domestik maupun di Benua Eropa, Liga Champions. Musim 2017/2018 harapan sempat terwujud saat Liverpool bisa melenggang sampai dengan partai final dan bertemu dengan raksasa dari Spanyol, Real Madrid.
Namun, dewi keberuntungan belum memihak pada Liverpool saat sejak awal Mohamed Salah cedera bahu dan hanya bermain beberapa menit, ditambah blunder dari Karius yang membuat asa fans Liverpool makin sirna. Walau setelahnya Karius meminta maaf dan menangis, tetap saja Liverpool harus puas di posisi kedua.
Bicara soal posisi kedua, pada musim 2018/2019 ini di Liga Premier Inggris, poin Liverpool sempat jauh di atas Manchester City, seakan jadi kutukan, tetap saja Liverpool gagal juara dan menegaskan Anda, Jürgen Klopp, sebagai pelatih spesialis juara 2 -paling tidak selama melatih Liverpool.
Pada surat terbuka ini, saya juga ingin menyampaikan keluh kesah saya kepada Anda, Jürgen Klopp dan Liverpool. Sebagai fans yang sudah muak dengan ledekan “next year is our year”, rasanya wajar jika saya mulai menuntut agar Anda juga Liverpool segera mendapatkan gelar. Baik domestik maupun di kompetisi eropa. Walaupun saya bukan fans garis keras, tentu rasa iri tetap menyelimuti saya saat tim lain mendapat gelar, khususnya tim dari Inggris.
Kali ini, pada Minggu 02 Juni 2019 (02.00 WIB), Anda dan Liverpool akan melakonin kembali partai puncak Liga Champions. Rasanya saya tidak ingin berharap banyak, khawatir kecewa atau terlalu larut dalam euforia.
Yah, masuk partai final saja sudah senang, meski hal itu belum cukup untuk membungkam jari-jemari para fans tim lain di media sosial yang akan menyindir dan meledek kami sebagai fans, jika kembali gagal juara.
Saya sempat mencoba beralih mendukung tim lain yang kemungkinan juaranya besar, sehingga saya bisa berkata kepada fans lain bahwa, tim saya baru saja mendapat gelar. Apa Anda tahu, berapa kali pun saya mencoba beralih, tetap saja tidak bisa. Di kepala dan di hati saya, tetap lebih suka mendukung Anda juga Liverpool. Baik menang, seri, atau pun kalah.
Selamat berjuang di final Liga Champions melawan Tottenham Hotspurs, Liverpool. Du wirst niemals alleine gehen (You’ll never walk alone), Jürgen!
Dari salah satu fans yang ingin sekali Liverpool mendapat gelar Liga Champions musim ini.