Daftar Isi
Cuma ada 2 mall yang ramai
Sebenarnya ada banyak mall di Malang. Misalnya ada Araya, Transmart, Sarinah, Cyber Mall, Gajah Mada, Matos, MOG, dan Transmart. Dulu, ada Malang Plaza, tapi lumpuh sejak kebakaran pada tanggal 2 Mei 2023.
Di antara banyak mall tersebut, hanya Matos dan MOG yang ramai karena sangat strategis di tengah hunian, pusat pendidikan, dan sentra ekonomi. Sisanya biasa saja. Araya sepi, Sarinah dan Gajah Mada nggak ramai, tapi susah kalau dibilang sepi. Transmart kalah saing dengan Matos, persis di sebelahnya. Menurut saya, Malang kebanyakan mall, tapi cuma 2 yang ramai.
Kuliner lokal berjuang melawan kuliner impor
Malang punya bakso dan pangsit untuk makanan berat. Yang nggak kalah enak adalah tempenya, termasuk keripik tempe Sanan yang jadi oleh-oleh dan sempol, jajanan yang sering ditemui di pinggir jalan atau destinasi wisata.
Tapi, eksistensinya mulai terancam. Beda banget sama kuliner Semarang dan Surabaya yang seperti kuat bertahan.
Misalnya ada Mie Gacoan yang lebih sering digandrungi masyarakat golongan muda. Ada juga tenar ayam geprek yang aslinya dari Jogja. Pecel Madiun atau kawasan pelat AG yang mulai merajalela. Bahkan ada juga resto Jepang dan Korea yang mulai unjuk gigi di Malang.
Arema dan dualisme, harusnya malu sama Surabaya
Beda dengan PSIS yang eksis dan Persebaya yang mulai berjaya, Arema FC jadi bulan-bulanan. Lihat saja, dari 3 pertandingan awal Liga 1 sekarang malah di ranking 17 dari 18 klub, terancam degradasi.
Lesunya Arema FC memuncak selepas Tragedi Kanjuruhan yang belum mendapatkan kata adil. Arema FC jadi klub nirempati sejak enggan memberi bantuan hukum pada 135 korban jiwa plus korban selamatnya.
Belum lagi soal dualisme yang tanpa berkesudahan: Arema FC yang dituduh eks Pelita Jaya vs Arema Indonesia sejak munculnya IPL. Pemkot Malang berjanji turun tangan menyelesaikan dualisme, nyatanya hanya angin lalu.
Ya, fakta Kota Malang, kota kecil yang wajar kalo diasapi Semarang dan Surabaya. Bahkan menurut saya masih mendingan Jogja untuk sekarang ini. Yah, sebagai warga sini, saya hanya bisa berdamai dengan segala masalah. Sedih juga ya cuma bisa pasrah.
Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 6 Fakta Lumpia Semarang yang Mungkin Nggak Kamu Ketahui