Setelah mewacanakan akan membangun kereta tanpa rel seperti di IKN, Wali Kota Surabaya juga berencana membuat transportasi umum berbasis air atau taksi air. Menurut Pak Wali Kota Eri Cahyadi, taksi air bisa menjadi solusi kemacetan sekaligus dapat digunakan untuk pengembangan wisata dan logistik.
Warga Surabaya patut bangga memiliki wali kota yang banyak ide dan rencana. Luar biasa memang pemimpin kita yang satu ini, pantas saja semua partai politik mendukung Pak Eri pada Pilkada Surabaya 2024. Ha wong memang beliau ini banyak sekali gebrakannya.
Sebagai warga Surabaya, saya senang-senang saja memiliki wali kota yang banyak ide dan program kerja. Hanya saja, kalau boleh saran, khusus untuk taksi air ini, sebaiknya rencana tersebut tidak perlu direalisasikan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
Daftar Isi
Jalur taksi air sudah dilewati Suroboyo Bus dan Trans Semanggi
Taksi air rencananya akan beroperasi dari Gunungsari ke Petekan. Masalahnya, jalur tersebut sudah dicover oleh Suroboyo Bus dan Trans Semanggi. Ngapain membuat rute transportasi umum yang sudah dicover oleh bus? Kan tidak efektif, malah berpotensi buang-buang uang dan anggaran.
Kalaupun taksi air ini sekedar dibuat hiburan, bukan difungsikan untuk transportasi umum, hal tersebut tetap tidak masuk akal juga lantaran selama ini di sungai Kali Mas sudah ada hiburan yang sejenis.
Sedimentasi sungai di Surabaya tinggi
Kondisi sungai-sungai di Surabaya sedimentasinya tinggi, rawan bencana. Kalau musim hujan airnya meluap sehingga menyebabkan banjir. Di Sungai Kalimas yang notabene sungai terluas, sekaligus sungai yang rencananya dilewati taksi air, kedalamannya kurang lebih 30 cm saat surut, sementara saat pasang hanya sebatas lutut orang dewasa.
Dengan kondisi tersebut, jika Pemkot Surabaya mengoperasikan taksi air, misalnya menggunakan speedboat akan sulit direalisasikan karena sungainya kurang dalam, yang ada speedboatnya nyangkut tanah, nggak bisa jalan. Masa mau menggunakan gondola seperti di Venesia? Siapa yang kuat mendayung perahu di sepanjang sungai Kali Mas?
Sebenarnya bisa sih, sungainya direvitalisasi terlebih dahulu meskipun biayanya pasti mahal. Masalahnya, Pemkot harus menentukan skala prioritas, tidak mungkin merevitalisasi sungai Kalimas demi taksi air, padahal ada sungai-sungai lain yang kondisinya jauh lebih buruk dan sering meluap ketika musim hujan datang seperti Sungai Jagir dan Rolak.
Masalah lain, yang mungkin luput dari pengamatan pemkot adalah jalur sungai di Surabaya tidak semuanya bebas hambatan. Sudah ada banyak sungai yang di atasnya dilalui jalan atau jembatan. Kalau misalnya ada taksi air (speedboat atau perahu ketinting) masa jalan di atasnya harus dirobohkan terlebih dahulu. Kan ndak mungkin, to?
Kalaupun tidak dirobohkan, ya masa taksi airnya hanya beroperasi saat musim kemarau (airnya agak surut) saja? Kan malah nggak efektif juga.
Demi urai kemacetan atau demi pencitraan?
Salah satu alasan dibangun taksi air adalah untuk mengurai kemacetan di Kota Pahlawan. Aduh, alasan tersebut terdengar seperti dibuat-buat dan nggak masuk akal. Saya tidak percaya proyek ini demi kemaslahatan umat.
Kalau Pemkot dan Dishub Surabaya sudah memaksimalkan transportasi umum di darat, lalu membangun taksi air demi mengurangi kemacetan mungkin saya percaya. Lah ini, transportasi darat saja masih awut-awutan (tidak diprioritaskan), lha kok malah mau membangun taksi air demi urai kemacetan. Bilang saja mau pencitraan, pamer kemajuan kalau Surabaya memiliki semua mode transportasi umum di darat, udara, dan air.
Lagipula Surabaya bukan kota terapung atau kota air seperti Venesia, ngapain menyusahkan diri dengan membangun transportasi berbasis air?
Memaksimalkan transportasi umum darat Surabaya dulu bisa kan?
Transportasi umum darat (Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan feeder Wara Wiri) mulai mengalami peningkatan jumlah penumpang. Sayangnya, perkembangan positif tersebut tidak diimbangi dengan kualitas pelayanan. Armada bus sering mogok, AC mati, sopir ugal-ugalan, dan kondisi halte yang tidak layak masih menjadi masalah yang belum terselesaikan.
Ketimbang menghabiskan anggaran dalam jumlah besar untuk membangun mode transportasi berbasis air dari nol, mengapa tidak mengalokasikan dana tersebut untuk perbaikan transportasi darat yang sudah ada. Jangan sampai Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan Warawiri yang sudah mulai diminati warga menjadi semakin sepi dan kembali ditinggalkan karena infastrukturnya tidak ditingkatkan.
Sejujurnya, saya suka-suka saja kalau Surabaya memiliki taksi air. Namun, dalam hal pembangunan transportasi umum, saya masih sepakat dengan pernyataan Pak Jonan (Mantan Dirut PT KAI) bahwa transportasi umum itu kebutuhan dasar warga untuk bermobilitas sama seperti kesehatan dan pendidikan.
Menjadi tanggung jawab pemerintah untuk membangun transportasi umum, minimal harus merata dan aksesibel. Oleh karena itu, Jonan tak setuju dengan kereta cepat karena Jawasentris (rute kereta cepat sudah dicover kereta api dan pesawat). Akan lebih baik jika uangnya digunakan membangun kereta api di luar pulau Jawa demi kemerataan akses transportasi.
Fokus yang lebih urgent
Dengan logika yang sama, saya juga merasa taksi air belum dibutuhkan dan tidak urgent dibangun. Ketimbang fokus pada pasar yang belum jelas, kenapa tidak memfokuskan diri untuk mengembangkan transportasi darat yang jelas-jelas sudah mulai diminati masyarakat dengan menambah rute agar merata di seluruh area Surabaya.
Transportasi umum itu bukan perkara keren-kerenan, tapi soal mampu atau tidaknya menjadi solusi mobilitas warga. Setelah transportasi darat terpenuhi (merata dan aksesibel), silakan membangun transportasi umum yang hebat-hebat. Ha ini, Halte Pasar Ikan Gunungsari saja cuma modal palang doang, reko-reko bangun taksi air. Ra masuk blas!
Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Surabaya Mau Bikin Transportasi Air Niru Belanda, Padahal Kalinya Butek dan Belum Aman