Superindo menuai pujian karena memasang indikator kandungan gula minuman kemasan. Efektif nggak ya cara itu untuk membantu masyarakat membatasi konsumsi gula harian?
Isu kesehatan semakin menjadi titik fokus masyarakat beberapa tahun belakangan ini. Salah satu topik yang paling banyak diperbincangkan adalah tentang meningkatnya jumlah pengidap diabetes. Pasalnya, nggak sedikit kasus diabetes ditemukan pada pasien yang masuk dalam kategori anak-anak. Ngerinya, penyakit tersebut bahkan merambah sampai pada penderita di rentang usia balita.
Melansir dari situs cnbcindonesia.com, pasien anak berumur 0-4 tahun menyumbang angka sekitar 19% dari kasus diabetes yang mencuat awal 2023 kemarin. Tentu saja fakta ini sedikit mengejutkan lantaran dulunya penyakit yang dikenal juga dengan julukan “kencing manis” tersebut identik dengan penyakit orang lanjut usia. Padahal kalau menilik gaya hidup masyarakat sekarang ini, meningkatnya kasus diabetes bisa dibilang nggak terjadi tiba-tiba.
Menjamurnya minuman populer seperti kopi kekinian atau boba lantas menjadi kambing hitam atas hadirnya penyakit diabetes dalam diri seseorang. Sebenarnya kalau boleh jujur, bukan salah jajanannya, melainkan lebih kepada manajemen konsumsi gula seseorang. Toh, sesekali menyesap minuman yang dikata jahat tersebut juga bukan merupakan dosa, asalkan kita tahu bagaimana harus mengendalikan daily sugar intake.
Daftar Isi
Superindo memasang indikator kandungan gula minuman kemasan
Seolah tahu bagaimana caranya membangun citra baik perusahaan di tengah kericuhan tersebut, Superindo mengambil langkah yang cukup mencuri perhatian. Buktinya, baru-baru ini Superindo sukses menuai banyak pujian atas tindakan mereka memasang indikator kandungan gula dalam minuman kemasan. Walaupun Superindo nggak menjual minuman racikan ala barista, mereka cukup sadar diri sudah turut ambil bagian dalam mendistribusikan minuman tinggi gula juga ke tangan masyarakat.
Apalagi produk minuman semacam itu gampang diperoleh di mana saja, mulai dari supermarket besar hingga toko kelontong. Selain itu harga yang dibanderol minuman kemasan juga terjangkau bagi sebagian besar konsumen. Akibatnya, nggak sedikit orang memilih menenggak minuman kemasan demi menuntaskan dahaga. Toh, dengan mengeluarkan kocek hampir setara untuk air mineral dalam botol, pembeli bisa menikmati rasa minuman yang lebih memanjakan lidah ketimbang air putih yang tawar. Sayangnya, tanpa disadari, kebiasaan tersebut telah menjerumuskan kita semua dalam mengonsumsi gula melebihi batas anjuran harian.
Langkah sederhana tetapi cerdas yang diterapkan oleh Superindo tadi dianggap keren oleh netizen yang berkomentar di jagat Twitter. Mengapa cerdas? Soalnya sebelum ini, masyarakat nggak menemukan hal serupa yang dilakukan oleh perusahaan lain atau penjual minuman kekinian di Indonesia. Jadi, di mata publik, Superindo ini berhasil meraih imej sebagai perusahaan yang peduli terhadap kesehatan konsumen. Namun, pertanyaannya, apakah benar cara ini mampu menekan konsumsi gula berlebih?
bukan minuman kekinian, tapi Superindo sudah pasang peringatan tentang gula di minuman kemasan https://t.co/OMnTp237sJ pic.twitter.com/4RPg4pc2xL
— txtdaribrand (@txtfrombrand) May 21, 2023
Seberapa efektif indikator kandungan gula minuman kemasan?
Oke, nggak bisa disangkal bahwa panduan indikator gula berdasarkan warna label yang dipasang oleh Superindo ini bisa sedikit membantu konsumen. Konsumen dapat mengidentifikasi kandungan gula dalam minuman kemasan yang akan dibeli. Parameter indikator buatan Superindo ini cukup mudah dipahami karena hanya terdiri dari empat warna yaitu kuning, jingga muda, jingga tua, dan merah. Semakin gelap warna labelnya, semakin tinggi kandungan gulanya. Tanpa perlu berpikir keras pun, pembeli sudah mendapat gambaran produk mana saja yang mempunyai kandungan gula paling rendah atau sebaliknya.
Sialnya, gambaran kasar tersebut sesungguhnya tak cukup efektif dalam mengurangi angka diabetes di Indonesia. Tak dimungkiri masih banyak orang kurang familier dalam membaca tabel informasi nilai gizi yang biasa tercantum pada label kemasan makanan atau minuman pabrikan. Bahkan, merujuk pada utas dari akun @txtfrombrand di Twitter, masih ada warganet yang belum dapat membedakan perbedaan antara satu takaran saji dengan satu produk.
Jika hanya berpatokan dari label warna yang dipasang oleh Superindo, dikhawatirkan nantinya akan timbul salah penafsiran dari sejumlah pembeli yang awam tersebut. Perlu diingat bahwa indikator gula yang ditampilkan Superindo adalah per 100 ml minuman. Bukan nggak mungkin seseorang akan merasa aman-aman saja mengambil produk minuman berlabel warna jingga tua atau yang mengisyaratkan kandungan gula 6-12 gram per 100 ml isi bersih produk.
Padahal, bisa jadi satu produk memiliki netto 300 ml. Artinya, dalam sekali minum dan habis, seseorang berpeluang mengkonsumsi gula 18-36 gram hanya dari sebotol minuman kemasan. Angka tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan kebutuhan gula harian seseorang yaitu 50 gram atau setara kurang lebih empat sendok makan. Bukankah hampir mustahil seseorang mengkonsumsi makanan atau minuman berkandungan gula hanya dalam sekali kesempatan itu saja per hari?
Publik juga harus sadar pentingnya membatasi asupan gula harian
Rasanya nggak berlebihan bila mengatakan bahwa edukasi diet seimbang berikut cara membaca tabel informasi gizi masih menjadi kebutuhan utama dalam mengatasi persoalan penyakit diabetes. Gula memang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, tetapi tentu saja jumlahnya dibatasi. Apa yang dilakukan oleh Superindo mungkin nggak signifikan. Akan tetapi, indikator kandungan gula ikut membantu membangun kesadaran publik akan pentingnya membatasi asupan gula.
Sebagai alternatif yang lebih mudah dalam mengecek kandungan gula minuman keluaran pabrik, kita bisa menggunakan cara lain. Misalnya dengan memanfaatkan situs www.cari-manis.my.id yang dapat diakses secara gratis. Dalam situs tersebut, tedapat keterangan mengenai berapa kali kesempatan suatu produk sebaiknya dihabiskan atau dengan kata lain jumlah takaran saji secara lebih gamblang. Dengan demikian, tanpa bersusah payah, kita dapat memperkirakan porsi yang boleh dikonsumsi selama satu hari sekaligus takaran kandungan gulanya.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Kesalahan Orang Berbelanja di Superindo, Hindari biar Nggak Kalap!