Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sungguh Menyesal Orang-orang yang Belum Merasakan Nikmatnya Kol Goreng

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
27 Januari 2021
A A
Sungguh Menyesal Orang-orang yang Belum Merasakan Nikmatnya Kol Goreng terminal mojok.co

Sungguh Menyesal Orang-orang yang Belum Merasakan Nikmatnya Kol Goreng terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam hidangan ayam hingga lele, awalnya saya adalah orang yang cukup sinis dengan lalapan, terutama kol. Lalapan tak lebih penting dari ayam dan lele sebagai hidangan utama, serta tak lebih penting dari sambal. Bahkan kalau disuruh menghabiskan lalapan, saya sendiri lebih memilih timun yang cukup memberikan kesegaran di mulut. Sedangkan kol sering saya sisihkan karena bagi saya kol tak menambah kenikmatan apa pun. Awalnya…Sebelum satu peristiwa menjadi titik balik ini semua.

Sekitar 2018-an lalu, di sore hari menjelang senja. Saya kebingungan menentukan menu makan sore sebagai anak kos. Sayangnya, kala itu bukanlah akhir bulan, hingga memilih menu makan bukan lagi perkara mudah. Lebih lagi, saya cukup bosan dengan hidangan burjo, pokwe serta ayam geprek. Sadar atau tidak sadar, saya akhirnya memutuskan mendamparkan diri ke salah satu warung penyetan yang tidak saya sebutkan namanya.

Menariknya, setelah beberapa kali mampir lagi ke warung penyetan ini, saya menyadari bahwa si ibu pemilik warung memiliki tabiat buruk saat berjualan. Ia selalu melebihkan orderan pelanggan, sering salah order pula. Kala itu saya memesan dada dan nasi. Ketika si ibu bertanya, “Tambah apalagi? Kol, tahu, tempe?” Saya hanya mengatakan, “Tambah timun saja, Bu, kalau ada.” Betapa kagetnya saya, tiba-tiba saya dihidangkan menu komplet, pun salah order lagi: sayap ayam (seharusnya dada), tahu, kol goreng. Hash. Dalam hati saya menggerutu karena menyadari saya akan dikenakan biaya tambahan, sekalipun waktu itu bukan akhir bulan.

Yang jelas ada dua hal yang tidak pernah saya sesali dari tabiat buruk si ibu. Pertama, soal mashok-nya masakan si ibu, hingga membuat saya pada akhirnya sering kembali tempat itu lagi. Kedua, olahan kol goreng yang meleleh dalam pedas manisnya sambal tomat. Ya, serius! Dulu saya pembenci kol garis keras, setelah merasakan kol goreng, saya malah jadi maniak kol. Saya merasakan kembali kegirangan ketika baru pertama kali merasakan rendang Padang, dan saya meyakini kol goreng adalah inovasi terbesar kedua setelah penemuan bumbu Indomie goreng pada tahun 1983. 

Hidangan yang harusnya pernah dirasakan Barack Obama di Indonesia, dan mungkin pidatonya menjadi, “Saya suka, kol goreng” heuheu. Hidangan yang membuat saya menyesal baru merasakan olahan underrated ini di tahun 2018. Dan ternyata saya tidak sendiri, dan rasanya saya harus menuliskan ini kembali walau telat, setelah menyadari: ternyata ada, ya, yang belum pernah merasakan nikmatnya kol goreng?

Itu terjadi ketika saya baru saja kelar mendengarkan Podcast Mendoan alias Mendengarkan Dono dan Tian. Dua pria Surabaya ini membuat pengakuan di salah satu episode terbarunya di tahun 2021. Dono, dengan logat suroboyoan-nya mengatakan, “Aku lagi ngerti, ternyata kol goreng iku ueeennakkk polll.” Pernyataan Dono juga diamini Tian, “Aku juga baru nyoba kemarin, ternyata ueeenaaakkk,” Lebih lagi, Tian merasakan kol goreng dalam keadaan kurang fresh via abang ojol. Bisa dibayangkan betapa mantapnya kol goreng, hingga masih terasa nikmat walau dalam keadaan layu diantar abang ojol. Bisa dibayangkan, bagaimana rasanya ketika ia dalam keadaan baru diangkat dari penggorengan. Beuh.

Kesaksian Dono dan Tian juga mengingatkan kembali pada peristiwa akhir tahun 2020 lalu. Ketika muncul wacana kulineran sore di tengah obrolan anak kos, maka saya memegang kendali merekomendasikan makanan, dan kembali ke warung penyetan.

Awalnya saya hanya ingin mengejutkan betapa mashoknya makanan si ibu, dan tentu dengan tagihan yang tidak sesuai dengan pesanan. Sayangnya, masakan si ibu kala itu sedang tidak on-fire alias tak seenak biasanya, hingga saya cuma bisa mengejutkan teman saya oleh orderan ngawur si ibu dengan tabiatnya. Namun, kol goreng menyelamatkan itu. Teman saya dengan logat Jakarta-nya mengatakan, “Gue baru tau, ternyata kol goreng enak juga anjir.” Yah, kol goreng tak pernah mengecewakan.

Baca Juga:

Sebagai Tempat Makan, Warung Penyetan Lebih Worth It daripada Warmindo, Jauh Lebih Segar dan Enak!

Makanan Surabaya Bikin Mahasiswa Jabodetabek Kaget: Ada Nasi Goreng Warna Merah, Ada Bihun Warna Biru

Saya menyadari di era 4.0 dan di era kejayaan Fourtwnty ini, masih ada orang yang belum merasakan nikmatnya inovasi kol goreng. Sungguh menyesal manusia-manusia seperti itu. Sayangnya, di balik nikmatnya kol goreng, ada banyak bahaya di dalamnya. Misalnya kolesterol karena minyak goreng, menghilangkan beberapa jenis vitamin, hingga dapat memicu kanker. Namun, kol goreng tetaplah kenikmatan duniawi yang seharusnya tak pernah kalian lewatkan selama hidup, asal dikonsumsi secukupnya saja. 

Dan jika kalian membaca ini, bergegaslah mencari warung-warung ayam, lele, bebek di sekitar Anda. Katakan: “Gorengkan saya kol!” Rasakan nikmatnya, Percayalah! Tapi, jangan sering-sering, ya.

BACA JUGA Nasi Goreng Paling Enak Tercipta dari Olahan Nasi Sisa Semalam atau tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Januari 2021 oleh

Tags: kol gorengpenyetan
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Warung Penyetan Jauh Lebih Worth It ketimbang Warmindo, Lebih Segar!

Sebagai Tempat Makan, Warung Penyetan Lebih Worth It daripada Warmindo, Jauh Lebih Segar dan Enak!

27 Juli 2025
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Manis Pahit Pengalaman Mencicipi Kol Goreng Terminal Mojok

Manis Pahit Pengalaman Mencicipi Kol Goreng

28 Januari 2021
4 Warung Ayam Penyet Favorit Mahasiswa UNS Terminal Mojok

4 Warung Ayam Penyet Favorit Mahasiswa UNS

15 Desember 2022
Makanan Surabaya Bikin Mahasiswa Jabodetabek Kaget: Ada Nasi Goreng Warna Merah, Ada Bihun Warna Biru

Makanan Surabaya Bikin Mahasiswa Jabodetabek Kaget: Ada Nasi Goreng Warna Merah, Ada Bihun Warna Biru

4 Maret 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.