Ketika membicarakan kampus negeri di Semarang, mayoritas orang akan membahas UNDIP dan UNNES. Maklum saja, 2 kampus tersebut memang kampus negeri terbaik di sana. Sementara UIN Walisongo, kampus saya tercinta, belum termasuk kampus negeri yang diperhitungkan di Semarang.
Bahkan tak sedikit orang yang menyepelekan kampus ini. Sebenarnya memang kebanyakan UIN di Indonesia kadang dipandang sebelah mata.
Kendati demikian, terus terang, saya sulit membayangkan Semarang tanpa UIN Walisongo. Asal kalian tahu, banyak lho peran UIN Walisongo untuk ibu kota Jawa Tengah. Biar kalian tahu juga, sini saya jelaskan.
Daftar Isi
Planetarium terbesar di Asia Tenggara
Semarang pernah punya slogan Semarang Setara. UIN Walisongo membantu Kota Atlas untuk setara dengan daerah-daerah lain. Setidaknya dalam bidang astronomi.
UIN Walisongo memiliki sebuah planetarium. FYI, planetarium bukan sekadar planetarium asal ada ya. Kabarnya, Planetarium kampus ini adalah planetarium terbesar di Asia Tenggara. Bahkan disebut-sebut sebagai planetarium terbesar ketiga di dunia.
Menurut saya, ada 2 fungsi planetarium yang penting bagi masyarakat Semarang. Pertama, fungsi edukasi, masyarakat bisa dengan mudah mengakses edukasi tentang astronomi di sana. Kedua, fungsi hiburan, selain sisi edukasi, planetarium bisa jadi tempat rekreasi keluarga bagi masyarakat.
UIN Walisongo Semarang menjadi titik pemantauan hilal
Dalam 1 tahun minimal 3 kali pemantauan hilal menjadi perhatian netizen. Pertama, saat penentuan awal Ramadan. Kedua, saat penentuan Idul Fitri. Terakhir, ketika penentuan Idul Adha.
Salah satu titik pemantauan hilal di Indonesia adalah Kota Semarang. Tepatnya, di Planetarium UIN Walisongo. Meskipun pemantauan hilal hanya 3 kali dalam setahun menjadi perhatian netizen, keberadaan tempat pemantauan hilal tetap penting.
Memang soal pemantauan hilal ini kadang dianggap penting nggak penting oleh netizen. Malahan banyak yang menganggap remeh. Padahal, jika tahu sedikit saja ilmunya, pemantauan hilal itu termasuk hal vital.
UIN Walisongo berperan dalam kondisi pandemi di Semarang
Kota Semarang tanpa UIN Walisongo saat pandemi, duh kasihan banget deh. Mungkin itu ekspresi saya ketika membahas peran kampus ini saat pandemi. Saking lumayan besarnya peran UIN Walisongo ketika covid-19 kemarin.
Buat yang belum tahu, UIN Walisongo sempat menjadi tempat isolasi pasien Covid-19. Kala itu, gedung Ma’had Aly disulap menjadi alternatif ruang isolasi. Kalau nggak salah, kapasitas gedung tersebut sekitar 200 tempat tidur.
Bukan hanya itu, kampus ini juga pernah menjadi tempat vaksinasi Covid-19. Sebetulnya target utama vaksinasi di UIN adalah para mahasiswa. Akan tetapi, tak sedikit pula masyarakat Semarang yang melakukan vaksin di sana.
Perkembangan Ngaliyan dan sekitarnya nggak semasif sekarang
Dari kaca mata saya, cukup banyak kecamatan-kecamatan Kota Semarang yang perkembangannya masif. Khususnya kecamatan-kecamatan yang di sana berdiri perguruan tinggi. Lantaran perputaran ekonominya semakin cepat.
Salah satu di antaranya adalah Kecamatan Ngaliyan. Kecamatan Ngaliyan hari ini perkembangannya berlari. Saat saya masih kuliah, perkembangannya belum seradikal hari ini.
Saya percaya andai nggak ada UIN Walisongo, belum tentu Ngaliyan perkembangannya sepesat sekarang. Terlebih lokasi Ngaliyan ini nggak terlalu strategis ya. Mengingat Ngaliyan ini berada di pinggiran, bukan di pusat kota.
Bener toh kata saya bahwa UIN Walisongo berperan untuk Kota Semarang? maka jangan sekali-kali meremehkan kampus kami tercinta. Akan tetapi, kalau masih mau meremehkan sih terserah anda. Toh, itu hak anda berpendapat.
Saya memang nggak setuju pendapat itu, tapi saya akan bela mati-matian hak kamu berbicara.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA UIN Walisongo Semarang: Universitas Terbaik di Jawa Tengah Dilihat dari Letak dan Cabang Kampusnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.