Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Suka Duka Menjadi Mahasiswa Jurusan Antropologi

Achmad Bayu Setyawan oleh Achmad Bayu Setyawan
6 Juli 2020
A A
antropologi mojok.co

antropologi mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Izinkan saya berbagi cerita mengenai jurusan kuliah saya yaitu antropologi, ya walaupun baru PDKT selama dua semester. Saya mendapatkan kesan betapa sulitnya menjelaskan apa itu jurusan antropologi kepada orang awam dan juga sering tertukar antara Antropologi dengan Arkeologi, Antropologi dengan Astronomi.

‘Owalah Antropologi itu yang neliti benda-benda prasejarah itu, ya?’ atau ‘Owalah Antropologi itu belajar tentang perbintangan, ya?’.

Iya memang sih ada sekilas sub-bidang dari Arkeologi yaitu mata kuliah prasejarah, tentu itu hanya secuil saja pembahasannya, tidak mendetail karena berbeda lingkup kajian. Lha kalo Astronomi, kok malah bisa njladur ke perbintangan toh, ya. Mon maap Bapak/Ibu yang salah kaprah, kita ini belajar tentang manusia, bukan belajar bintang-bintangan. Make sense sekilas karena sama-sama awalan huruf A.

Kalau persepsi orang awam saja sudah keliru sejak nama, lha gimana mau jelasin prospek jurusan, bisa-bisa dicap jurusan yang madesu.

Menjelaskan kekeliruan trio A itu tidak seberapa sulit, yang sulit itu waktu ditanya ‘Memangnya kuliah antropologi belajar apa aja?”.Nah itu baru saya setengah mampus buat jawabnya, entah memang benar-benar sulit atau saya yang suka bolos mata kuliah pengantar jadinya gagal paham.

Secara etimologis, Antropologi itu ya ilmu yang mempelajari tentang manusia. Nah loh mampus kan, karena semua ilmu sosial itu objeknya juga manusia. Kalau Psikologi ya jelas mempelajari psikologi manusia, kalau Sosiologi ya mempelajari interaksi sosial, nah kalau Antropologi mempelajari dari sisi mananya hayo? Ya semuanya, baik manusia sebagai mahluk sosial ataupun fisik manusia. Sampai ada guyonan kalau jurusan Antropologi itu nggak akan tutup selagi masih ada manusia, kalau manusia hilang di muka bumi baru jurusan Antropologi tutup.

Jadi akan lebih mudah buat saya untuk menjelaskan kalau Antropologi itu belajar tentang budaya. Walau pun itu seakan mempersempit kajian dari Antropologi tapi untuk menjawab pertanyaan dari awam secara singkat bisa menjadi pilihan.

Tapi setelah ini jangan dianggap antropologi sekadar ilmu untuk mempelajari budaya doang loh. Jadi terkesan menyempitkan ruang lingkup Antropologi, karena dewasa ini berkembang kajian Antropologi Ragawi atau Forensik yang mempelajari bentuk fisik manusia, tidak hanya mempelajari budaya. Jadi diharapkan mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai manusia dari segi fisik maupun budaya.

Baca Juga:

7 Barang “Agak Lain” yang Sering Dibawa Mahasiswa Jurusan Arkeologi

Fakta Pahit Jurusan Arkeologi yang Memikat tapi Sepi Peminat

Selain itu, ilmu ini bisa juga dijadikan alternatif prospek kerja menjadi tim forensik bagi yang mengambil peminatan Ragawi, tapi lagi-lagi karena salah persepsi yang mengira belajar Antropologi Forensik itu sama dengan Ilmu Kedokteran atau Kesehatan. Saya sih enak-enak saja disandingkan dengan teman-teman FK, mungkin yang dari FK yang ndak terima. Bedo kasta jeh.

Jadi bagi orang awam lebih baik saya tetap jawab Antropologi belajar tentang kebudayaan, ya walaupun nanti juga bingung waktu ditanyain mau kerja jadi apa. Tapi kita hidup di Indonesia toh? gelar apapun yang penting sarjana, toh lulusan pertanian aja bisa daftar ke bank, eh.

Sebetulnya peran antropolog dalam masyarakat itu dibutuhkan, lihat saja bahkan Pak Jokowi membutuhkan peran Antropolog di era pandemik ini.

“Kemudian, pelibatan tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, budayawan, sosiolog, antropolog dalam komunikasi publik harus secara besar-besaran kita libatkan.”

Tapi ya begitu, coba sebutkan Antropolog atau ahli Antropologi yang dikenal luas. Mungkin ada, tapi biasanya tidak dikenal sebagai antropolog, atau hanya dikenal dalam lingkup akademik saja. Padahal kan ilmu sosial harus memiliki dampak ke masyarakat, bagaimana bisa memiliki dampak kalau dikenal saja tidak.

Ilmu ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk penyelesaian banyak masalah di Indonesia. Contohnya, Saya mendengar dari dosen dan berita, sebetulnya konflik Papua itu dapat diselesaikan dengan pendekatan kultural, bukan dengan pendekatan militer.

Jadi dibutuhkan seorang antropolog untuk memahami mereka, melihat dari dalam, bukan hanya menghujat dari luar untuk mendapatkan kesepakatan. Tentu dibutuhkan seorang yang ahli, karena pembelajaran di strata satu lebih general dan tidak spesifik.

Tapi tetap saja, mau dijelaskan kek apa pun orang tetep susah ngeh dan nggak tertarik sama ilmu ini. Selain karena nggak familier, juga karena begitu lulus nggak banyak lowongan pekerjaannya. Nggak usah jurusan ini deh, jurusan macem sastra aja bakal mumet kalau ditanyain kalau lulus ntar jadi apa. Mau dijawab serius nanti nggak paham dan ngece, dijawab becandaan ujungnya tetep nggak paham dan dibilang ngece.

Jurusan tyda populer memang deritanya tiada akhir.

Sebetulnya, problem di semua jurusan hampir sama, semua ingin pendidikan setinggi-tingginya. Tapi kalau keahliannya terbentur oleh realitas minim penyerapan tenaga ahli, yang ujung ujungnya menjadi dosen atau guru ya sama aja.

Mohon maaf kalau saya terlalu idealisme, khas seperti maba-maba jurusan lainnya. Kan kita masih dalam euforia “agent of change”. Paling nanti semester 6 udah mulai mengoleksi panduan ternak lele atau gurameh. Tapi pada akhirnya saya harus realistis, perjalanan masih panjang dan yang penting lulus dulu lalu daftar jadi peenes. Yang penting mah tetep santai, seperti gelarnya, S.Ant(uy).

Hehe. Maaf.

BACA JUGA Demi Kebaikan, Sebaiknya Pedagang Jangan Menerapkan Tarif Seikhlasnya atau tulisan-tulisan Achmad Bayu Setyawan lainnya di Terminal Mojok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Juli 2020 oleh

Tags: antropologiarkeologi
Achmad Bayu Setyawan

Achmad Bayu Setyawan

Mahasiswa Antropologi UNAIR. Ingin menjadi manusia yang berguna. Bisa diajak berdiskusi melalui ig @setyawan_bayy.

ArtikelTerkait

Fakta Pahit Jurusan Arkeologi yang Memikat tapi Sepi Peminat

Fakta Pahit Jurusan Arkeologi yang Memikat tapi Sepi Peminat

9 Januari 2023
7 Barang “Agak Lain” yang Sering Dibawa Mahasiswa Jurusan Arkeologi Mojok.co

7 Barang “Agak Lain” yang Sering Dibawa Mahasiswa Jurusan Arkeologi

23 Januari 2024
penjarahan artefak indonesia mojok

Penjarahan Artefak Nusantara: Maling yang Terlalu Pintar atau Kita yang Konsisten Abai?

28 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.