Dulu tiap kali ditanya apa pekerjaan yang paling enak, saya selalu menjawab, “Buka usaha rental PS.” Kenapa? Ya karena kerjaannya cuma duduk-duduk atau rebahan, tapi bisa dapat uang. Jadi, uang bisa datang sendiri tanpa perlu dicari. Wqwqwq. Begitu kira-kira pikiran saya saat itu.
Akhirnya setelah punya sedikit modal, saya pun menjajal membuka usaha rental PS di rumah. Ternyata anggapan awal saya soal usaha ini nggak sepenuhnya benar. Memang ada sukanya, tapi nggak sedikit juga duka dan kesulitan yang saya rasakan saat menjajal usaha ini. Berikut saya coba ceritakan suka duka membuka usaha rental PS di desa seperti yang saya lakukan.
Daftar Isi
Kerjaannya santai
Pikiran saya soal rebahan dapat uang itu beneran nyata, lho. Jadi, saat saya sedang duduk ngelamun atau rebahan mainan HP, tiba-tiba ada bocil memberikan uang untuk rental PS. Wah, waktu awal-awal membuka usaha ini, saya merasa uang datang dengan mudah. Kerjaan saya pun santai, nggak berat.
Saat ada yang main, saya hanya perlu menghidupkan PS dan memberi waktu berapa lama dia bisa bermain. Sisanya, bisa saya tinggal rebahan atau bahkan tidur! Nanti kalau waktunya sudah habis atau ada orang lain yang ingin rental, saya baru bergerak lagi. Yah, intinya, kerjaannya memang santai.
Hiburan untuk diri sendiri
Salah satu alasan saya membuka usaha rental PS ya karena saya juga suka main PS. Jadi, saat nggak ada yang sewa, saya bisa memainkannya sendiri. Alhasil saya jadi terhibur sendiri, deh.
Selain bisa menyalurkan hobi bermain PS, buka usaha ini juga bikin saya dapat uang daripada cuma beli PS tapi nggak disewain. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui lah. Wqwqwq.
Rumah jadi ramai
Salah satu hal yang bikin saya sebal tinggal di desa adalah sepi. Apalagi kalau malam sudah tiba, wah, desa tempat tinggal saya jadi seperti daerah mati. Kalau di kota, warga masih melakukan kegiatan pada jam 8 malam, sementara di desa, semua aktivitas warga telah berakhir. Makanya ketika saya membuka usaha rental PS di desa, banyak anak muda yang datang main di malam hari. Alhasil rumah saya jadi ramai.
Meski sesekali memang mengganggu karena kadang para anak muda ini main tanpa kenal waktu, tetap saja kedatangan mereka ke rumah bikin saya terhibur dan nggak kesepian lagi. Apalagi kalau besoknya adalah hari libur, wah, rumah saya dipenuhi bocil yang main PS. Adik-adik saya di rumah jadi punya teman tanpa harus keluar rumah.
Akan tetapi…
Untungnya nggak seberapa
Kebetulan rumah saya agak masuk ke dalam gang pedesaan. Yah, boleh dibilang lokasi ini kurang strategis untuk membuka usaha, sehingga nggak banyak orang yang tahu kalau saya membuka usaha rental PS. Jadinya usaha saya ini nggak seramai rental PS di kota yang letaknya di pinggir jalan raya.
Gara-gara lokasi yang kurang strategis ini, keuntungan yang saya dapatkan juga nggak seberapa. Maklum, yang datang untuk main ya itu-itu saja. Keuntungan yang tipis ini nggak cukup kalau harus dipakai untuk menutupi kebutuhan hidup saya sehari-hari. Paling cuma bisa menutupi biaya listrik dan perawatan PS-nya.
Stik PS sering rusak
Masalah stik memang hal yang paling menjengkelkan bagi pengusaha rental PS. Sebab, stik PS ini memang sering sekali rusak. Gimana nggak rusak, ha wong yang main para bocil, kok. Sering kali karena PS-nya bukan milik mereka, mereka jadi main seenaknya. Dipencet asal, kasar, ya lama-lama rusak toh. Apalagi PS-nya memang disewakan yang berarti dipakai banyak orang berkali-kali.
Stik PS rusak ini memang sudah konsekuensi yang harus saya tanggung sih sebagai pengusaha rental. Saat stik rusak, pilihannya ya harus diperbaiki atau beli baru. Biaya perawatan ini yang akhirnya menghabiskan keuntungan tipis yang saya terima dari membuka usaha rental PS di desa.
Saya pernah mencoba memperbaiki stik PS sendiri supaya bisa menekan biaya perawatan, eh, stiknya malah tambah rusak. Bisa dibongkar, tapi nggak bisa dipasang lagi. Malah makin rugi, deh. Hiks.
Tidur nggak nyenyak
Di bagian awal tulisan ini saya memang bilang kalau membuka usaha rental PS kerjanya santai. Tapi, bukan berarti santai yang tenang, ya. Saya memang masih bisa rebahan, tapi sewaktu-waktu bisa terganggu karena harus mengatasi kendala para bocil yang nggak mengerti cara mengatur permainan PS-nya. Alhasil tidur saya jadi nggak nyenyak karena sewaktu-waktu dibangunin. Tahu sendiri kalau sedang tidur terus tiba-tiba dibangunin rasanya kayak apa. Nggak enak, Bro!
Selain itu, nggak sedikit pula orang yang mau main PS di jam-jam tengah malam atau dini hari. Biasanya yang begini remaja atau anak muda. Alhasil tengah malam mereka bakal ketok-ketok pintu rumah saya agar bisa main. Padahal saya sudah bilang kalau jam 12 malam rental sudah tutup. Tapi namanya juga tinggal di desa, bujuk rayu sosial lebih diutamakan. Akhirnya saya turuti saja, toh mereka juga bayar. Tapi sebagai gantinya ya tidur saya jadi nggak bisa nyenyak.
Itulah suka duka yang saya alami ketika membuka usaha rental PS di desa. Barangkali pengalaman saya ini bisa jadi pertimbangan bagi jamaah mojokiyah yang tertarik untuk membuka usaha serupa. Semoga bermanfaat!
Penulis: Naufalul Ihya’ Ulumuddin
Editor: Intan Ekapratiwi