Setiap orang tentu pernah yang namanya terluka atau kecewa akan suatu hal. Luka yang terlalu dalam, kadang tak hanya membuat kita sedih, namun juga membuat kita trauma. Ada banyak ketakutan untuk memulai atau percaya dengan orang lain, setelah kita pernah disakiti. Hal itu wajar sih.
Pasca terluka, tentunya mereka akan lebih selektif dalam memilih dan akan lebih berhati-hati di kemudian hari. Seperti kata orang bijak, jangan sampai mereka jatuh pada lubang yang sama. Cukup sekali saja
Tak salah memang untuk belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Hal itu sebagai bentuk membentengi diri agar tidak tersakiti untuk kedua kalinya. Tapi jangan sampai karena luka yang kita alami itu, kita lantas memukul rata semua hal di dunia ini secara sepihak. Ingat, yang menyakiti kita itu hanyalah oknum, jadi jangan menghakimi sebuah golongan karena kelakuan satu orang yang menyakiti kita.
Misalnya saja seorang wanita yang terluka karena diselingkuhi kekasihnya, lantas berkata dengan lantang bahwa semua lelaki di dunia ini buaya darat dan tukang selingkuh semua. Padahal pada kenyataannya, masih banyak kok lelaki yang setia pada pasangannya. Bahkan ada juga lelaki yang meski dikianati oleh wanitanya, tetap bertahan untuk terus mencintai wanita tersebut.
Seorang lelaki yang ditinggalkan pacarnya hanya karena si lelaki ini miskin dan si perempuan memilih pacar yang lebih kaya darinya, kemudian dia menilai bahwa semua wanita dari Sabang hingga Merauke ini semuanya matrealistis. Padahal di Indonesia ini ada begitu banyak perempuan sederhana yang bahkan seumur hidupnya belum pernah masuk ke gerai Elizabet.
Meski pada kenyataannya uang itu penting, tapi masih banyak kok perempuan yang benar-benar tulus dalam hal mencintai. Mereka bahkan rela menghabiskan sisa hidupnya untuk hidup miskin asal bersama orang yang dicintainya.
Seseorang yang pernah ditikung atau dihianati sahabatnya sendiri, lantas ia memutuskan untuk tidak mau berteman dengan satu orang pun. Dia selalu merasa, bahwa tak ada sebuah persahabatan yang abadi dan semua bentuk persahabatan akan berakhir dengan sebuah penghianatan yang keji.
Padahal di luar sana ada para sahabat yang rela membuang waktunya hanya untuk menyemangati sahabatnya yang akan mengikuti sidang. Ada banyak sahabat yang rela tidak tidur semalaman hanya untuk mendengarkan curhatan dan keluhan sahabatnya. Ada banyak sahabat yang diam-diam menyiapkan kejutan sederhana di hari ulang tahun sahabatnya.
Seorang anak yang pernah dianiaya dan ditinggalkan orangtuanya, selalu beranggapan bahwa semua orang tua di dunia ini jahat. Padahal ada banyak orang tua yang rela tak makan hanya demi anaknya bisa makan. Ada orang tua yang rela berhari-hari tak tidur hanya untuk menunggui anaknya yang terbaring di rumah sakit. Ada orang tua yang rela kepanasan dan kehujanan setiap hari hanya agar anaknya bisa terus sekolah.
Begitulah cara semesta ini bekerja. Tidak semua hal di dunia ini sama. Begitu juga dengan prilaku orang. Jangan pernah hanya karena ada satu manusia yang mencuri di rumah kita, kita lantas membenci semua manusia di muka Bumi ini.
Kita mungkin pernah merasa sakit karena luka, tapi bukan berarti semua orang di dunia ini harus bertanggung jawab pada luka yang kita alami. Jangan sampai kita menyalahkan orang yang tak tahu apa-apa. Dan berpikiran buruk pada seseorang yang sebenarnya merupakan orang baik.
Bila mana kita memang selalu dihadapkan dengan orang jahat, bukan berarti tak ada stok orang baik di kehidupan ini. Itu hanya masalah waktu saja. Mungkin begitulah takdirnya, kita belum dipertemukan dengan orang yang baik.
Ingat ya, luka kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Jangan melimpahkan rasa sakit ini pada semua orang yang ada. Percayalah bahwa sesungguhnya tak semua orang itu seburuk seperti apa yang dipikirkan.
Jadi, mari berpikiran terbuka. Jangan suka menilai sesuatu dengan sudut pandang searah. Semua orang punya karakter masing-masing yang harus diperankan. Jadi, tak semua golongan itu punya sifat dan sikap yang sama persis.