Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Stolen Generation: Sejarah Diskriminasi Rasial di Australia

Frisca Alexandra oleh Frisca Alexandra
22 Juni 2020
A A
stolen generation mojok.co

stolen generation mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Apabila kita berbicara tentang isu diskriminasi rasial, maka negara pertama yang terlintas adalah Amerika Serikat. Hal ini karena Amerika Serikat memang memiliki sejarah panjang terkait isu diskriminasi rasial. Ketika Amerika secara resmi dipimpin Barack Obama, banyak pihak yang merasa bahwa diskriminasi rasial bukan lagi menjadi momok di Amerika. Namun, masalah diskriminasi rasial ternyata masih menjadi suatu isu penting di Amerika sampai sekarang.

Amerika Serikat bukanlah satu-satunya negara yang harus bergelut dengan isu diskriminasi rasial. Negara tetangga Indonesia, yakni Australia, juga memiliki sejarah panjang terkait diskriminasi rasial terhadap suku Aborigin. Praktik diskriminasi tersebut dikenal dengan Stolen Generation atau generasi yang terampas.

Permasalahan diskriminasi rasial di Australia tidak terlepas dari status negara Australia yang merupakan salah satu negara koloni Inggris. Tahun 1770 Kapten James Cook, seorang armada dari Inggris berlayar menelusuri sepanjang pantai timur dan berhenti di Botany Bay. Ia kemudian mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayah Kerajaan Inggris dan memberinya nama New South Wales sebelum akhirnya berubah nama menjadi Australia.

Wilayah Australia dahulu dimanfaatkan oleh pemerintah Inggris sebagai solusi untuk mengatasi kepadatan di penjara-penjara Inggris. Tahun 1787, armada pertama yang membawa sekitar 700 narapidana berlayar menuju Australia dan secara resmi Inggris pun mengkolonialisasi Australia. Masyarakat asli Australia yakni suku Aborigin harus hidup berdampingan dengan pendatang kulit putih dari Inggris yang secara perlahan tidak hanya tinggal di wilayah mereka tetapi juga membangun sistem pemerintahan.

Dengan terbentuknya sistem pemerintahan, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Pemerintah Australia pun berkeinginan untuk mensejahterakan anak-anak suku Aborigin. Pemerintah Australia melihat ada banyak anak suku Aborigin yang tidak terurus, hidup di alam terbuka dan tidak mendapatkan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kebersihan. Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk melakukan penertiban anak-anak suku Aborigin. Niat baik pemerintah Australia ini didukung oleh para tokoh masyarakat pada saat itu. Penertiban anak-anak suku Aborigin dilakukan tidak hanya agar mereka mendapatkan pendidikan dan akses terhadap kesehatan tetapi juga agar mereka dapat berbaur dengan anak-anak kulit putih.

Niat awal pemerintah Australia yang tergolong baik ini justru berubah dalam proses pelaksanaannya. Pemerintah Australia tidak hanya mengumpulkan anak-anak yang tidak terurus tetapi semua anak suku Aborigin diambil paksa dan dipisahkan dari orang tuanya. Anak-anak yang sudah diambil oleh pemerintah Australia tidak akan bisa lagi bertemu dengan orang tua mereka. Anak-anak tersebut kemudian dikumpulkan dalam sebuah kamp, untuk nantinya diberikan edukasi tentang gaya hidup orang kulit putih.

Apabila anak-anak suku Aborigin tersebut telah memasuki usia dewasa, maka mereka akan keluar dari kamp untuk selanjutnya dipekerjakan sebagai budak bagi keluarga kulit putih di Australia. Hal inilah yang menyebabkan banyak pihak mengklaim bahwa Stolen Generation bukan hanya sekedar bentuk diskriminasi rasial tetapi juga perbudakan serta cultural genocide atau genosida budaya yakni sebuah upaya pembersihan budaya.

Pemerintah Australia juga membuat serangkaian aturan hukum yang mengatur tentang Stolen Generation. Aturan hukum ini dibuat oleh masing-masing negara bagian di Australia, antara lain, di tahun 1905 dikeluarkan The Western Australia Aborigines Act. Aturan hukum ini melegalkan negara memisahkan seorang anak Aborigin di bawah usia 16 tahun dengan keluarganya untuk menjalani program pemerintah

Baca Juga:

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Kebohongan WHV Australia yang Terlanjur Dipercaya Pencari Kerja Indonesia

Kemudian di tahun 1911, dikeluarkan lagi aturan hukum The South Australian Aborigines Act yang melegalkan negara memisahkan anak Aborigin yang berusia di bawah 21 tahun dari keluarganya. Terakhir ada pula aturan Northern Territory Aboriginals Ordinance yang melegalkan pemisahan anak Aborigin di bawah usia 18 tahun dengan keluarganya

Pada akhir tahun 1950-an, masyarakat suku Aborigin yang didukung pula oleh aktivis hak asasi manusia bersama-sama mengkampanyekan hak-hak sipil yang sama untuk penduduk asli Australia yakni suku Aborigin, dan berjuang untuk pencabutan serangkaian aturan hukum yang merampas kebebasan sipil bagi masyarakat suku Aborigin.

Perjuangan ini terus berlanjut hingga tahun 1958, di mana pada bulan Februari, sejumlah aktivis membentuk kelompok kepentingan yang mereka namai Federal Council for Aboriginal Advancement (FCAA) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak sipil serta kebebasan bagi masyarakat Aborigin serta mencabut semua peraturan yang mendiskriminasi suku Aborigin dan melakukan amandemen terhadap undang-undang.

Perjuangan panjang masyarakat Aborigin mulai menemukan titik terang di tahun 1967. Pada tanggal 27 Mei 1967, pemerintah federal Australia menggelar referendum. Referendum tersebut dicetuskan untuk menerapkan kebijakan atas dasar persamaan bagi setiap warga Australia. Tahun 1991, pemerintah federal Australia membentuk The Council for Aboriginal Reconciliation, yang kemudian berganti nama menjadi Reconciliation Australia pada tahun 2000, yang bertugas untuk mempromosikan adat dan kebudayaan suku Aborigin.

 

Puncak perjuangan masyarakat Aborigin dalam memperjuangkan tanggung jawab pemerintah atas Stolen Generation terjadi pada tahun 2008 silam. Perdana Menteri Australia kala itu Kevin Rudd menyampaikan sebuah pidato permintaan maaf atas segala dosa masa lalu yang dilakukan oleh pemerintah Australia terdahulu kepada masyarakat Aborigin. Permintaan maaf ini disampaikan khususnya kepada para generasi dari Stolen Generation. Rudd mengatakan bahwa apa yang telah pemerintah Australia perbuat di masa lalu berangkat dari asumsi-asumsi rasial terhadap suku Aborigin. Oleh karenanya berbagai kebijakan yang dibuat di masa lalu kerap memarginalkan masyarakat Aborigin. Dalam pidatonya, Rudd juga mengungkapkan harapannya untuk mensejajarkan masyarakat Aborigin dengan masyarakat kulit putih sebagai masyarakat Australia yang setara.

“we today take this first step by acknowledging the past and laying claim to a future that embraces all Australians”

Begitulah sepenggal kutipan dari pidato permintaan maaf Kevin Rudd yang ia sampaikan di hadapan parlemen Australia. Pidato tersebut juga dihadiri sejumlah aktivis hak asasi manusia serta masyarakat suku Aborigin pada tanggal 13 Februari 2008. Dalam kesempatan yang sama, Kevin Rudd juga menetapkan tanggal 26 Mei sebagai National Sorry Day. National Sorry Day adalah hari untuk mengenang masyarakat suku Aborigin yang termarginalkan karena kebijakan masa lampau pemerintah Australia. Tahun ini, National Sorry Day dirayakan dengan mengambil tema “In This Together”. Tema ini memiliki makna yang mendalam karena menyiratkan harapan agar seluruh masyarakat Australia dapat bersatu. Persatuan yang dimaksud tidak hanya dalam hal mengatasi diskriminasi rasial tetapi juga dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang turut melanda Australia.

BACA JUGA Sistem Ujian di Sekolah yang Ada di Australia dan Jerman.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Juni 2020 oleh

Tags: aboriginaustraliarasismestolen generation
Frisca Alexandra

Frisca Alexandra

Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Mulawarman

ArtikelTerkait

Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia terminal mojok.co

Perkara Croissant di Jakarta yang Tampak Lebih Mahal daripada di Australia

10 Juli 2021
TNI AU oknum rasis penganiayaan mojok

TNI AU Minta Maaf Pake Kata Oknum buat Anggotanya yang Rasis itu Udah Paling Bener

29 Juli 2021
Melepas Penat dengan Berkemah ala Warlok Queensland Australia Mojok.co

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

6 Oktober 2025
fans inggris yang memuakkan football is coming home gareth southgate timnas inggris overrated mojok

Kelakuan Fans Inggris yang Memuakkan dan Sikap Tahu Diri yang Langka

13 Juli 2021
Australia, Pilihan Tepat bagi Mahasiswa Indonesia yang Mau Lanjut Kuliah S2 di Luar Negeri

Australia, Pilihan Tepat bagi Mahasiswa Indonesia yang Mau Lanjut Kuliah S2 di Luar Negeri

17 Mei 2025
Karakter Ikonik Diperankan oleh POC, Perjuangan Kesetaraan yang Nanggung

Karakter Ikonik Diperankan oleh POC, Perjuangan Kesetaraan yang Nanggung

15 September 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.