Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Stereotip Keliru yang Sering Ditempelkan ke Anak Rohis

Akbar Malik Adi Nugraha oleh Akbar Malik Adi Nugraha
13 Mei 2020
A A
Pengalaman Nggak Enak Saat Kerja Jadi Marbot Masjid terminal mojok.co

Pengalaman Nggak Enak Saat Kerja Jadi Marbot Masjid

Share on FacebookShare on Twitter

Selepas berbuka, saya mengobrol dengan adik perempuan yang paling besar. Dia anak SMA yang ikut ekskul Rohis di sekolahnya. Dia sesekali memimpin teman-temannya membaca Al-Quran sebelum kegiatan belajar-mengajar. Tentu ada jadwalnya, dan biasanya yang mendapat tugas itu anak Rohis.

Adik saya bercerita, katanya pernah ada suatu waktu teman kelasnya bertanya perihal agama kepadanya. Adik saya yang ditanya malah bingung, kenapa bertanya pada dirinya, padahal dirinya sama sekali tidak merasa punya ilmu agama yang cukup untuk menjawab pertanyaan temannya itu.

Saya berkata, “Itu karena kamu menunjukkan diri kalau kamu religius.”

“Ih, nggak. Aku biasa aja kok di kelas,” kilahnya. “Dengan kamu ikut Rohis dan memimpin mengaji, itu sudah cukup untuk orang menilai kamu orang yang religius dan mungkin paham agama. Itu namanya persona, kamu mau secara sadar atau nggak mencitrakan itu,” jawab saya mencoba menjelaskan. Dia diam sebentar mencoba mencerna apa yang saya katakan, kemudian senyum mengiyakan.

Karena obrolan itu, saya jadi ingat masa-masa SMA saya. Kurang lebih posisi dan perannya sama dengan apa yang saat ini adik saya alami dan rasakan. Biasa ada teman yang tiba-tiba curhat, bertanya soal agama, meminta saran, dan lain sebagainya. Dulu, saya pun berpikir sama seperti adik saya, kenapa sih pada nanya saya, orang saya juga sama saja dengan mereka yang tidak bergabung dengan Rohis. Dulu saya berpikir seperti itu, tapi ketika sudah kuliah dan masuk Rohis di kampus dengan istilah Lembaga Dakwah Kampus (LDK), ditambah saya belajar ilmu budaya, saya mulai mengerti kenapa hal itu bisa terjadi.

Hipotesis sementara yang saya miliki adalah publik mempunyai persepsi yang keliru tentang Rohis. Orang-orang yang non-Rohis, sebagai orang “luar” memiliki asumsi bahwa anak Rohis itu pasti saleh, rajin ngaji, dan sedikit banyak lebih paham ilmu agama. Bagi mereka yang sebelumnya sudah pernah mengenyam pendidikan agama secara formal seperti menjadi santri di pondok pesantren mungkin anggapan itu benar, tapi belum tentu bagi kami yang hanya sekolah di negeri dan punya semangat lebih saja dalam belajar agama.

Punya semangat belajar agama disertai keinginan berkumpul dengan orang yang dalam pandangan kami saleh tidak menjamin ilmu agama kami mumpuni. Dengan kata lain, semangat beragama tidak berbanding lurus dengan pemahaman ilmu agama. Orang-orang yang baru bergabung Rohis dengan alasan ingin belajar lebih, memperbaiki diri, dan mencari teman yang satu visi tentu tidak bisa serta-merta diberi cap bahwa dia paham agama, bukan?

Nah, saya dan adik saya termasuk pada orang-orang yang berislam secara biasa saja, tidak dilahirkan dari keluarga yang religius-religius amat, tidak pernah nyantri, tidak ada garis keturunan ulama. Pokoknya murni ingin belajar saja. Kalaupun dalam proses belajar itu mulus, lancar, kemudian menjadi ada anggapan bahwa kami seperti punya ilmu agama yang lebih, saya kira itu lahir dari kemauan dalam mempelajari ilmu agama, berkumpul dengan orang-orang yang oleh orang lain dianggap berilmu agama pula, jadilah ada pandangan seperti itu. Padahal, nggak, biasa saja.

Baca Juga:

Pahitnya Lulusan SMA seperti Saya Cari Kerja, bak Mencari Jarum dalam Tumpukkan Jerami

Sekolah Hanya Bangga pada Muridnya yang Keterima di Kampus Negeri, Sisanya Remah-remah, Dianggap Saja Tidak!

Bahkan saya menganggap Rohis itu sama saja dengan ekskul lainnya, sama-sama ekskul. Kita kan memilih ekskul menurut preferensi kita, bukan? Saya join Rohis karena ingin belajar Islam. Teman yang lain memilih bergabung dengan ekskul futsal pun saya yakin bukan karena sudah merasa jago main futsal, tapi karena ingin mengembangkan minat. Tidak ada jaminan kalau anak futsal pasti jago main futsal sehingga dia layak dijadikan guru dalam main futsal, kan?

Bisa saja, anak yang tidak join ekskul futsal main futsalnya lebih jago daripada yang anak futsal. Begitu pun anak yang tidak bergabung dengan Rohis bisa jadi lebih dalam ilmu agamanya, lebih paham pengamalannya.

Intinya, ada stereotip yang keliru terhadap anak Rohis, baik itu di SMA ataupun di kuliah. Siapa pun berhak masuk Rohis sebagaimana siapa pun berhak masuk ekskul atau UKM seni musik. Tidak ada keharusan sudah paham ilmu agama sampai mana, tidak ada kewajiban sudah pandai main alat musik. Ekskul, UKM, dan organisasi atau kegiatan siswa/mahasiswa terbuka bagi siapa pun yang ingin masuk, tanpa ada kriteria khusus. Di dalamnya, berkegiatan bersama.

Pandangan bahwa anak Rohis sudah pasti saleh, paham ilmu agama, dan lain sebagainya sebenarnya tidak bisa disalahkan kepada mereka yang berpandangan seperti itu, karena memang ada konsekuensi status dan peran yang melekat setelah bergabung dengan organisasi tertentu. Tapi, hanya perlu diluruskan saja, agar lebih tegak memahami fenomena tersebut. Lebih dicerahkan dan dijernihkan supaya tidak bias dan kabur, apalagi perihal agama yang membawa ajaran Gusti Allah.

Kan ngeri kalau ada anak Rohis ditanyai urusan agama lalu dia sok tahu dan asal jeplak dalam menjawab. Malah sesat jadinya. Dan itu mungkin yang dikhawatirkan banyak pihak, semangat beragama dan belajar agama malah melahirkan pribadi yang sok alim, sok saleh, sok paling tahu dan mengerti.

Sumber gambar: Wikimedia Commons

BACA JUGA Mempertanyakan Aturan Jam Malam Kalau Lagi Rapat Proker Organisasi dan tulisan Akbar Malik Adi Nugraha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2020 oleh

Tags: Masa SMArohissma
Akbar Malik Adi Nugraha

Akbar Malik Adi Nugraha

Mahasiswa Universitas Diponegoro

ArtikelTerkait

Sekolah Hanya Bangga pada Muridnya yang Keterima di Kampus Negeri, Sisanya Remah-remah, Dianggap Saja Tidak!

Sekolah Hanya Bangga pada Muridnya yang Keterima di Kampus Negeri, Sisanya Remah-remah, Dianggap Saja Tidak!

10 Juni 2025
Jadi Fans Fanatik K-Pop Adalah Cara Saya Menjauhi Kenakalan Remaja terminal mojok.co

Jadi Fans Fanatik K-Pop Adalah Cara Saya Menjauhi Kenakalan Remaja

19 Mei 2021
UNBK 2020 lulus jalur corona suka duka anak sma kelas xii ketidakpastian snmptn sbmptn tanggal kapan berubah-ubah mojok.co.jpg

UNBK Batal Cuma Satu dari Sekian Penderitaan yang Dilalui Anak SMA Tahun Ini

13 April 2020
Lulusan SMK Sudah PKL, tapi Kalah Rebutan Kerja sama SMA (Unsplash)

Lulusan SMK Kalah Cepat Dapat Kerja Dibandingkan Lulusan SMA, meski Punya Pengalaman PKL dan Merasakan Dunia Kerja

10 April 2024
Mengenang RSBI di Masa SMA yang Bikin Kasta dalam Sistem Pendidikan terminal mojok.co

Mengenang RSBI di Masa SMA yang Bikin Kasta dalam Sistem Pendidikan

8 November 2020
Jurusan Teknik Sipil Tidak Cocok untuk Perempuan (Unsplash)

Jurusan Teknik Sipil Tidak Cocok untuk Perempuan

20 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.