I said it before, and I’ll say it again, Stasiun Srowot Klaten adalah tempat para monyet berkumpul.
Biar kalian paham apa maksud saya, lihat saat palang pintu stasiun ini ditutup. Dua jalur akan dipenuhi kendaraan yang sama-sama nggak sabar. Ketika palang pintu dibuka, nah, baru kalian paham maksud saya.
Jalanan langsung macet. Mobil tak bisa bergerak. Truk besar hanya bisa berjalan pelan banget atau memilih diam, karena salah gerak sedikit saja, bakal ada belasan motor ambruk secara domino. Itu beruntung kalau tak ada lagi kereta yang melintas. Kalau ada? Woh, ngeri. Chaos terjadi dan semua orang menahan nafas karena tegang.
Ya berharap apa anjing dari dua jalan arus berlawanan yang dipenuhi kendaraan? Yo macet karo kacau lah. Mosok TV OLED.
Saya melewati Stasiun Srowot Klaten setidaknya dua kali dalam seminggu. Pemandangan ini hampir selalu saya temui. Jika tidak, ya saya bersyukur sebab situasinya amat tidak menyenangkan. Saya tidak mau disebut si paling, tapi saya selalu memilih untuk tertib. Bukan karena saya tertib, tapi kalau saya ikut melanggar, nggak akan jadi lebih cepat juga. Malah ada kemungkinan ditabrak dan remuk. Mending saya tertib. Motor nggak lecet, sampe rumah utuh tak terluka. Aku ndue anak e.
Atraksi monyet di Stasiun Srowot Klaten
Sama seperti daerah lainnya, Stasiun Srowot ini selalu ramai di waktu sore. Jam kerja berakhir hampir mirip dengan jam KRL Jogja-Solo beroperasi. Jadi kemacetannya sudah pasti. Jam pertunjukan orang gobloknya juga ikutan pasti.
Saya jujur saja bingung. Jika memang jalan ramenya jam-jam itu, ya mbok orang itu tertib gitu lho. Wong kereta lewat paling butuh maksimal 5 menit. Kalau tertib, jalannya juga lebih cepet. Susahnya memang kadang ada truk yang lewat, tapi kan ya nggak selama itu.
Tapi saya herannya ya, nggak pernah sekali pun saya lihat orang tertib. Meski tak banyak kendaraan yang mengantre, tetep saja ada yang menunggu di arus berlawanan. Kan asu wong ngono kui, itu palang pintu stasiun dibuka 10 detik wis iso nyebrang ngan jingan.
Makanya saya bilang Stasiun Srowot tempat monyet berkumpul. Monyet-monyet begini, nggak paham kalau arus berlawanan itu diisi, meski nggak rame, bakal macet. Munyuk!
Penataan jalan yang aneh
Tapi jujur saja, jalan menuju palang Stasiun Srowot Klaten itu awkward. Ada 4 jalur yang bertemu di stasiun tersebut, dan tempat mengantrenya nggak panjang. Yang dari utara lebih aneh lagi. Yang datang dari jalan tembusan merasa konyol kalau mau mengantre, lha kalau dia nyebrang jelas nggak bisa ngantre (orang penuh). Kalau dia berhenti di jalan tembusan, bisa ditabrak dari belakang soalnya kecepatan pengendara di situ tinggi semua.
Kalau lewat jalur utara yang satunya, lebih konyol lagi. Misalnya ngantre, mereka bisa memenuhi jalan yang ujungnya bikin lumpuh jalur utara.
Selatan Stasiun Srowot lebih manusiawi. Jalan lurusnya lumayan panjang, jadi antre masih masuk akal. Masalahnya gini… monyetnya juga pada menuhin jalan di situ. Jadi ya, sama aja.
Saya jujur aja nggak tahu kudu ngasih solusi gimana buat Stasiun Srowot Klaten. Bukan tugas saya, itu urusan KAI sama Bupati Klaten. Tapi saran saya sih, tolonglah, antre bentar. Sabar. Kalau udah nggak sabar, maburo. Abis itu ditabrak KRL.
Melihat keadaan Stasiun Srowot, saya kadang setuju juga dengan usulan agar ujian SIM makin dipersulit. Tapi saya rasa ya sama aja. Orang boleh jago dalam tes SIM, tapi tetap saja, kalau nalarnya nggak jalan, tetep akan menyumbang kemacetan karena ulahnya. Dasar monyet!
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Klaten, Kota Indah yang (Sialnya) Terjepit Jogja dan Solo