Setiap kali saya ngomongin Stasiun Lempuyangan bareng teman-teman, yang selalu mereka ingat adalah meme Roti’O yang sempat viral di media sosial. Meski awalnya pernah ikutan ketawa saat lihat memenya, lama-lama saya merasa biasa saja menanggapinya. Entah bagaimana guyonan itu bisa membuat orang-orang jadi kenal dengan Stasiun Lempuyangan walaupun belum pernah ke sana.
Sejujurnya agak disayangkan melihat Stasiun Lempuyangan lebih banyak dikenal lewat sebuah meme. Padahal ada beberapa fakta unik yang lebih layak untuk diingat oleh khalayak dari stasiun di daerah Kelurahan Bausasran ini. Mulai dari sejarahnya yang berpengaruh bagi Kota Jogja hingga deretan penjual makanan maknyus yang cuma sepelemparan batu dari stasiun.
Daftar Isi
Stasiun Lempuyangan, stasiun kereta api tertua seantero Kota Jogja
Kalau kalian mengira bahwa Stasiun Tugu adalah stasiun tertua di Jogja, artinya pengetahuan sejarah kalian perlu ditambah. Stasiun sepur pertama dan tertua di Jogja adalah Stasiun Lempuyangan. Arsip-arsip sejarah mencatat kehadiran Stasiun Lempuyangan berkaitan dengan pembangunan jalur kereta api pertama di Indonesia.
Semua berawal saat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sebuah perusahaan kereta api swasta di Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Semarang-Tanggung. Penggarapan proyek dimulai pada 17 Juni 1864 dan dinyatakan rampung pada 10 Agustus 1867 dengan panjang rel mencapai 26 kilometer. Ini menjadi tonggak awal bagi jaringan kereta api di Hindia-Belanda terutama di Pulau Jawa.
Selepas tahun 1867, NIS segera melanjutkan penyambungan rel kereta api hingga ke Vorstenlanden (Surakarta dan Jogjakarta) melewati Kedungjati. Setelah melalui proses pembangunan yang panjang dari tahun 1868, akhirnya jalur kereta api NIS mulai dioperasikan di wilayah Jogja pada tahun 1874. Total jalur kereta yang dioperasikan oleh NIS dari Semarang-Jogja sepanjang 110 km.
Stasiun Lempuyangan awalnya didirikan sebagai Halte Djocja Lempoejangan pada tanggal 2 Maret 1872 oleh NIS sebagai pemberhentian terakhir dari rute Semarang-Jogja. Nama Lempuyangan diambil dari nama kampung yang terletak di selatan halte, yakni Kampung Tegal Lempuyangan.
Seiring dengan posisinya sebagai pintu masuk bagi orang-orang yang datang ke Jogja menggunakan kereta api, bangunan Halte Lempuyangan kemudian dirombak menjadi sebuah stasiun pada tahun 1918. Stasiun Lempuyangan didesain dengan nuansa kolonial berupa atap yang tinggi, jendela besar, dan kolom-kolom klasik yang menghiasi. Stasiun ini pernah dua kali direnovasi skala besar yakni pertama pada tahun 1927 dan kedua pada tahun 2008.
Bukti sejarah di atas sudah jelas mengatakan bahwa Stasiun Lempuyangan adalah stasiun pertama di Jogja. Sebagai informasi, Stasiun Tugu baru dibuka oleh Staatsspoorwegen (SS) pada 20 Juli 1887 dengan nama Stasiun Djocja Toegoe. Itu artinya kelahiran Stasiun Tugu terpaut 15 tahun dari kakaknya, Stasiun Lempuyangan.
Andalan bagi wisatawan minim budget yang liburan ke Jogja
Sejak Indonesia merdeka, Stasiun Lempuyangan ditunjuk sebagai tempat keberangkatan dan kedatangan dari kereta kelas ekonomi dan campuran (gabungan kelas eksekutif dan ekonomi). Ini menjadi ciri khas dari Stasiun Lempuyangan yang membedakannya dengan Stasiun Tugu. Stasiun Tugu sendiri ditugaskan khusus untuk melayani perjalanan kereta api kelas eksekutif saja.
Berdasarkan data GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api) 2023 ada 13 kereta kelas ekonomi dan campuran yang dilayani di Stasiun Lempuyangan. Ada KA Progo, KA Jaka Tingkir, KA Bengawan, KA Logawa, KA Jayakarta Premium, KA Sri Tanjung, KA Kahuripan, dan KA Pasundan di kelas ekonomi. Sementara di kelas campuran ada KA Gajahwong, KA Gaya Baru Malam Selatan, KA Bogowonto, KA Singasari, dan KA Joglosemarkerto.
Bila dibandingkan dengan harga tiket kereta eksekutif yang berhenti di Stasiun Tugu, jelas lebih murah tiket kereta ekonomi atau campuran yang berhenti di Stasiun Lempuyangan. Nggak heran jika banyak wisatawan berbudget minim yang memilih turun di Lempuyangan saat liburan ke Jogja. Sebetulnya bukan hanya wisatawan saja, tapi juga penumpang lain yang hendak mudik atau sowan ke Jogja dari kota lain.
Aktivitas lalu lalang penumpang yang naik dan turun dalam jumlah banyak adalah pemandangan sehari-hari yang dijumpai di stasiun ini. Ada yang hanya membawa tas punggung sampai kardus-kardus berisi penuh oleh-oleh. Ada yang bepergian sendiri sampai membawa rombongan. Potret kesibukan Stasiun Lempuyangan yang semakin padat ketika musim liburan telah tiba.
Dekat dengan berbagai spot kuliner yang nggak kalah sedap
Siapa bilang cuma Stasiun Tugu saja yang dekat dengan wisata kuliner enak di Jogja? Meski lokasinya nggak di tengah kota banget, masih dapat dijumpai dengan mudah deretan bakul makanan dan minuman di sekitar Stasiun Lempuyangan. Bagi penumpang kereta yang baru saja tiba di Lempuyangan, ini bisa dijadikan tujuan untuk mencicipi aneka macam sajian kuliner yang sedap.
Jika butuh asupan yang bikin badan hangat, bisa mampir ke warung Soto Ayam Lenthok Pak Yono. Terletak di Pasar Lempuyangan, warung ini menyajikan soto dengan cita rasa kuah yang gurih dan seger. Tipikal soto di sini menggunakan isian nasi, bihun putih, suwiran ayam kampung, taoge, tahu, seledri, dan lenthok. Terdapat pula pelengkap seperti aneka sate-satean.
Cari jajanan untuk ganjal perut? Sekitar Stasiun Lempuyangan biasa mangkal penjual kue putu, lumpia goreng, cenil, sampai klepon. Soal harga nggak usah khawatir, dijamin ramah di kantong.
Belum afdal rasanya kalau ke Jogja tapi ora mangan gudeg. Tepat di seberang pintu masuk stasiun ada warung Gudeg Bu Kamsi yang menjual gudeg kering. Kita bisa memilih beragam lauk dari telur, ati ampela, sampai ayam. Jangan lupa juga untuk menikmati gudeg mercon yang pedas di mulut.
Masih banyak lagi pilihan kuliner di sekitar Stasiun Lempuyangan yang perlu dicoba. Pokoknya jangan takut kelaparan kalau lagi di sekitar sini.
Itu tadi 3 hal yang seharusnya lebih dikenal orang dari Stasiun Lempuyangan. Dengan perannya yang besar dalam perjalanan Kota Jogja sejak masa lampau, kurang elok rasanya bila Stasiun Lempuyangan hanya diingat lewat meme di dunia maya. Stasiun Lempuyangan pantas untuk dikenal dengan cara yang istimewa.
Penulis: Muhammad Luthfi Lazuardi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Stasiun Lempuyangan: Stasiun yang Unik dan Paling Ikonik di Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.