Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Keunikan Stasiun Lampegan, Stasiun dengan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Maryza Surya Andari oleh Maryza Surya Andari
28 Januari 2024
A A
Keunikan Stasiun Lampegan, Stasiun dengan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Keunikan Stasiun Lampegan, Stasiun dengan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Stasiun Lampegan Cianjur adalah stasiun penuh sejarah sekaligus tempat terowongan kereta api tertua di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara dengan sejarah kereta api tertua kedua di Asia, yang pertama adalah India. Jalur kereta api India dan Indonesia dulunya dibangun pemerintah kolonial untuk memudahkan pengiriman hasil bumi negara jajahan. Jalur rel dan stasiun tua bertebaran di seluruh wilayah Pulau Jawa, tetapi siapa yang mengira jika pada abad ke 19 di Indonesia sudah dibangun sebuah terowongan sepur menembus pegunungan.

Terowongan kereta api tertua itu terletak di wilayah Kabupaten Cianjur, tepatnya di Stasiun Lampegan. Saya mencatat bermacam fakta unik mengenai Stasiun Lampegan selama perjalanan saya mengunjungi situs cagar budaya peninggalan Hindia Belanda.

Perjalanan mendaki gunung dan lembah yang indah

Untuk mencapai Lampegan, perjalanan kereta api dimulai dari Stasiun Bogor menuju Sukabumi menggunakan Argo Parahyangan. Selama perjalanan mata saya dimanjakan dengan keindahan Bumi Priangan yang indah. Jalur rel Bogor-Sukabumi diapit Gunung Salak dan Pangrango. Kecantikan jalur kereta api bertambah dengan pesona liukan Sungai Ciliwung di tengah-tengahnya. Sesekali memandang ke luar jendela tampak ekor kereta api yang berkelok-kelok, menanjak melambat ke arah kaki gunung.

Kereta akhirnya berhenti di Stasiun Sukabumi yang bergaya Indies dengan langit-langit dan pintu yang tinggi besar. Sebagian besar bangunan stasiun masih asli dan orisinil. Stasiun Sukabumi sudah beroperasi sejak 1882, dulunya difungsikan sebagai stasiun kereta pengangkut barang dan orang. Tidaklah heran karena wilayah Sukabumi dan Cianjur saat itu merupakan area perkebunan yang luas.

Saya menunggu sekitar 30 menit sampai KA Siliwangi tiba, kereta ini melayani perjalanan Sukabumi-Cipatat. KA Siliwangi hanya memiliki kelas ekonomi lokal, sehingga saya turut duduk berhimpit-himpitan dengan dua orang lain dalam satu kursi panjang. Tapi tak mengapa, karena hanya melewati 2 stasiun, sampailah saya di Stasiun Lampegan Cianjur. Pun sepanjang perjalanan dari Stasiun Sukabumi ke Lampegan, netra ini dimanjakan hamparan sawah dan perbukitan yang hijau dan asri.

Terowongan kereta api pertama di Indonesia

Jika memulai perjalanan dari Sukabumi, sebelum mencapai Stasiun Lampegan Cianjur kita akan melalui terowongan Lampegan terlebih dulu. Walaupun alur ini adalah yang tertua di  Indonesia, tetapi bukan yang terpanjang. Terowongan tua terpanjang sesungguhnya ada di Pangandaran bernama Wilhelmina dengan panjang 1,2 kilometer. Sayangnya Terowongan Wilhelmina saat ini sudah tidak digunakan, warga lokal memanfaatkannya sebagai gudang. Sedangkan terusan rel tertua lainnya adalah Terowongan Sasaksaat yang terletak di Purwakarta, yang hingga kini masih aktif digunakan dengan panjang 950 meter.

Meski panjang terowongan Lampegan kurang dari satu kilometer, tetapi rasanya lama sekali melalui terowongan itu. Ketika saya keluar dari kereta api ternyata jalur rel berbelok cukup tajam, hal inilah yang menyebabkan laju kereta melambat ketika melalui terowongan. Terowongan Lampegan dibangun pada 1879-1882 membelah tiga gunung sekaligus yaitu Gunung Kencana, Kendeng, dan Lampegan. Bentuk terowongan oval bukan setengah lingkaran, ini karena teknologi yang digunakan kala itu masih sangat sederhana.

Baca Juga:

Cianjur Sisi Selatan Masih Bobrok dan Belum Layak Jadi Kabupaten Baru, Mending Dipikir Ulang

Keresahan Saya Jadi Orang Cianjur, Daerah dengan SDM Terendah di Jawa Barat: Nggak Terima, sekalipun Itu Benar

Asal-usul nama Stasiun Lampegan

Ada dua versi cerita nama Stasiun Lampegan Cianjur, keduanya cukup menarik. Pertama, konon kata Lampegan berasal dari teriakan mandor kepada para anak buahnya yang bekerja di terowongan. Karena kondisi gelap dan berbahaya, sang mandor akan berteriak “lampen aan” untuk mengingatkan pekerja menyalakan lampu. Kalimat “lampen aan” ini didengar oleh telinga warga lokal menjadi “lampegan”.

Versi kedua, nama lampegan berasal dari bahasa sunda “lamping” yang artinya gunung. Secara geografis, memang letak stasiun berada di antara pegunungan. Lamping-an atau lampegan bisa diartikan tempat yang berada di lereng gunung.

Stasiun Lampegan, kecil-kecil cabe rawit

Setibanya di Stasiun Lampegan, oksigen terasa jernih dengan sapuan angin yang sejuk. Ternyata stasiun kecil yang berdiri sejak 1879 terletak di tengah-tengah perkebunan teh. Sejarahnya, dahulu para pekerja perkebunan di sekitar stasiun dipekerjakan untuk turut menggali dan membangun terowongan. Sebagai imbalannya, pemilik perkebunan meminta ada stasiun kecil yang dibangun di sana untuk memudahkan pengiriman komoditas.

Keunikan lain dari Stasiun Lampegan terdapat fasilitas turn table. Turn table digunakan untuk memutar balik arah lokomotif dan biasanya hanya terdapat di stasiun terminus atau terujung saja. Kemungkinan turn table ini digunakan untuk pergantian lokomotif jenis tertentu sebab jalur Lampegan ke Padalarang akan mendaki lintasan ekstrim Cipatat.

Tahun 2001 Terowongan Lampegan tertutup longsor dan mengakibatkan rute kereta api ke Sukabumi terputus. Terowongan kemudian direnovasi, namun panjang terowongan terpaksa dipangkas menjadi 400-an meter dari semula 680 meter. Berkat restorasi, peninggalan cagar budaya stasiun dan terowongan Lampegan  masih lestari dan berfungsi hingga hari ini.

Saat ini Stasiun Lampegan menjadi satu-satunya stasiun yang terdekat dengan situs megalitikum terbesar se-Asia Tenggara, Gunung Padang. Dari Stasiun Lampegan menuju Gunung Padang, perjalanan dapat dilanjutkan dengan mini bus sekitar setengah jam. Moda kereta api via Stasiun Lampegan adalah opsi yang patut dipertimbangkan, karena letak Gunung Padang cukup jauh dan terpelosok.

Penulis: Maryza Surya Andari
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Stasiun Cipeundeuy: Beneran Sakti Atau Keselamatan Harga Mati?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Januari 2024 oleh

Tags: cianjurkebun tehstasiun lampegan cianjursukabumi
Maryza Surya Andari

Maryza Surya Andari

Ibu bekerja yang bercita-cita menjadi penulis.

ArtikelTerkait

Cianjur Berduka: Hancur oleh Gempa, Dikubur oleh SARA dan Preman

Cianjur Berduka: Hancur oleh Gempa, Dikubur oleh SARA dan Preman

1 Desember 2022
Bus Maya Gapura Intan Lebih, Pilihan Terbaik untuk Bepergian dari Sukabumi ke Bandung Mojok.co

Bus Maya Gapura Intan, Pilihan Terbaik untuk Bepergian dari Sukabumi ke Bandung

4 Juni 2024
Panduan Lengkap Menuju Situ Gunung Suspension Bridge Sukabumi: Rute, Transportasi, dan Biaya yang Harus Dikeluarkan Wisatawan

Panduan Lengkap Menuju Situ Gunung Suspension Bridge Sukabumi: Rute, Transportasi, dan Biaya yang Harus Dikeluarkan Wisatawan

15 Juli 2023
Fenomena Usaha Angkringan di Kota Sukabumi Terminal Mojok

Fenomena Usaha Angkringan di Kota Sukabumi, Serupa tapi Tak Sama

19 Februari 2021
Suka Duka Menjadi Orang Jampang Sukabumi, Daerah Paling Berbahaya di Tanah Sunda karena Jadi Pusat Praktik Ilmu Hitam

Suka Duka Menjadi Orang Jampang Sukabumi, Daerah Paling Berbahaya di Tanah Sunda karena Jadi Pusat Praktik Ilmu Hitam

26 Januari 2024
Geco makanan khas Cianjur

Geco, Makanan Khas Cianjur Perpaduan Tauge dan Tauco

8 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.