Sudah bertahun-tahun Kota Batu dikenal sebagai wilayah yang punya sederet destinasi wisata. Sejak masih bergabung dengan Kabupaten Malang, hingga berdiri sendiri sebagai sebuah kota, Batu tidak pernah lepas dari embel-embel kota wisata. Ya meskipun julukan “kota wisata” baru resmi digunakan beberapa tahun terakhir. Namun, tanpa julukan resmi pun, Batu akan selalu identik dengan kota wisata.
Salah satu wisata yang punya sejarah panjang dan cukup identik dengan Kota Batu adalah Songgoriti. Songgoriti sendiri merupakan kawasan di bagian barat Kota Batu. Ia terkenal salah satunya dengan pemandiannya. Ada pemandian modern (kolam renang beserta taman bermainnya), ada pula pemandian air panas dari sumber belerang yang hingga kini masih sering dikunjungi orang-orang. Di sekitarnya, banyak terdapat vila-vila yang bisa digunakan para wisatawan untuk menginap.
Namun, di tulisan ini kita tidak akan membahas terlalu banyak tentang wisata Songgoriti. Tulisan ini akan membahas tentang stereotip negatif yang masih melekat pada Songgoriti, terutama daerah Gang Macan. Ia adalah salah satu nama gang di Jalan Durian, Songgoriti, yang juga merupakan titik legendaris yang ada di sini. Seperti diketahui bahwa Songgoriti dan Gang Macan adalah dua hal yang selalu terlintas ketika bicara soal Kota Batu. Bukan soal wisatanya. Ada hal lain yang menyebabkan dua nama ini sangat melekat di kepala banyak orang.
Kalau bicara soal Songgoriti dan Gang Macan, isi kepala orang langsung tertuju pada satu hal yang sama: prostitusi. Songgoriti, terutama di Gang Macan, menjadi sangat terkenal sebab di sana banyak terjadi praktik prostitusi. Lebih tepatnya, banyak sekali vila-vila di Songgoriti, terutama di Gang Macan, yang disewakan dan kerap menjadi tempat prostitusi. Meskipun yang kerap terjadi adalah adanya pasangan yang belum menikah, datang dan menginap di Gang Macan.
Jangan heran ketika kalian menjumpai vila-vila terutama di Gang Macan yang ditawarkan secara jangka pendek (short-time). Salah satu peruntukannya ya untuk pasangan (baik yang benar-benar pasangan atau sekadar one night stand) yang ingin memadu kasih. Bahkan vila-vila tersebut dibanderol dengan harga yang murah. Kita bisa dapat vila dengan harga di bawah Rp100 ribu (untuk short-time) dan harga Rp100-150 ribu (untuk long-time) per kamarnya. Sangat terjangkau, kan? Harganya pun bisa naik atau turun tergantung kualitas, fasilitas, serta bagaimana negosiasinya.
Praktik seperti ini sudah terjadi bertahun-tahun dan itu sudah jadi rahasia umum. Bahkan, dulu ada masa ketika polisi sering sekali melakukan razia di wilayah ini. Hasilnya, banyak sekali kasus-kasus prostitusi yang berhasil diungkap kepolisian yang terjadi di Songgoriti, terutama di Gang Macan.
Inilah yang mengakibatkan wilayah ini mendapatkan cap negatif dari banyak orang. Wilayah yang awalnya terkenal dengan wisata pemandiannya, lantas terkenal dengan hal-hal yang berbau prostitusi, atau “wisata lendir”, kalau kata orang-orang. Praktik prostitusi yang pernah (atau masih?) terjadi di Songgoriti dan Gang Macan menjadi alasan kuat mengapa cap negatif ini masih melekat bahkan hingga saat ini. Setiap pembicaraan mengenai Kota Batu, hal yang terlintas di kepala di antaranya ya Songgoriti, Gang Macan, beserta stereotip negatif yang tak kunjung lepas.
Sebagian warga Songgoriti mungkin sudah lelah dengan cap negatif ini. Mereka mungkin sudah tidak mau lagi jika wilayahnya selalu dikaitkan dengan prostitusi. Mereka mungkin capek dengan sematan itu, yang secara tidak langsung memuat citra daerah mereka jadi kurang baik. Namun, sebagian warga lainnya juga (mungkin) tidak terlalu peduli. Pasalnya, melalui jalan ini mereka bisa makan. Maksudnya, dengan adanya yang menyewa vila, baik itu untuk prostitusi atau bukan, itu berarti mereka mendapatkan penghasilan dan mereka bisa hidup.
Permasalahan ini memang bisa diatasi dengan menyaring pengunjung (menanyakan status hubungan jika yang datang adalah pasangan), dan itu sudah pernah dilakukan. Tapi, mengingat sekarang masih dalam masa pandemi, siapa pun yang datang tampaknya akan dipersilakan. Terpenting, si pemilik vila dapat penghasilan. Jadi, stereotip negatif yang melekat pada Songgoriti dan Gang Macan ini kemungkinan masih akan sulit untuk bisa terlepas.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Audian Laili