Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Skripsi Nggak Kunjung Selesai? Mari Contoh Kisah Pewayangan Bambang Ekalaya

Aly Reza oleh Aly Reza
12 Agustus 2020
A A
mengerjakan skripsi kuliah sidang skripsi Kiat Merampungkan Skripsi dari Kisah Pewayangan Bambang Ekalaya MOJOK.CO

Kiat Merampungkan Skripsi dari Kisah Pewayangan Bambang Ekalaya MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Pas awal-awal kuliah dulu, saya yang sok ngintelek emang sering banget sinis sama kakak-kakak tingkat yang kuliahnya molor. Ada yang nyampe 12 semester, ada juga yang lebih. Padahal rerata kakak tingkat yang saya kenal ini cuma tinggal merampungkan skripsi. Cuma itu, hanya beberapa saja yang emang masih harus nambal mata kuliah yang belum lulus.

Rerata dari mereka juga tiap saya tanya, “Kenapa nggak segera diselesaiin?”, jawabannya pun seragam, “Males.”

Pikiran saya waktu itu, yaelah, males kok diturutin, nggak kasian sama orang tua apa yang masih harus biayain kuliah selama itu. Sementara yang dibiayain malah nggak tahu diri. Untuk kesinisan saya yang ini, ada dua jawaban dari mereka.

Pertama, dari golongan mahasiswa pengangguran. Jawabannya, di satu titik kadang ngerasa bersalah emang kalau nggak segera menyelesaikan kuliah. Padahal toh nggak ada hambatan finansial maupun yang lain. Semua lancar-lancar saja. Hla wong tiap malem masih rutin ngopi, ogg.

Kalau emang ada kendala ekonomi dan kendala teknis ya mungkin bisa dimaklumi. Lah ini, emang males aja buat segera nyentuh skripsi. Males ngadepin dosen pembimbing yang ruwetnya kayak hidupmu. Males revisa-revisi teroooss, dan yang paling fundamental; males mikir.

Yang paling lucu, menunda skripsi adalah jalan ninja untuk menunda jadi pengangguran setelah wisuda. Hadeuh. Biasanya yang kayak gini ini dari golongan para aktivis kampus (ngakunya sih, gitu). Dalih mereka tiap ditanya, “Kapan lulus?” Jawabannya, “Ah masa aktivis lulus cepet. Aktivis itu ya lulusnya belakangan.” Hash, sungguh jawaban yang nggak bungkusable.

Terus terang aja udah, kalau belum siap ngadepin dunia nyata yang amat kontradikif dengan dunia teoretis ndakik-ndakik seperti yang sering mereka obrolin sambil berbusa-busa di meja tongkrongan.

Masalahnya, situ uang jajan masih minta transferan dari orang tua, Kumprung. Kecuali kalau situ dapet beasiswa atau emang udah punya ladang cuan sendiri.

Baca Juga:

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

4 Aturan Tidak Tertulis Saat Menulis Kata Pengantar Skripsi agar Nggak Jadi Bom Waktu di Kemudian Hari

Kedua, dari kelompok mahasiswa yang udah cukup mapan dengan pekerjaannya. Ijazah kuliah, bagi mereka, hanya perangkat tersier buat menunjang masa depan. Terutama urusan cuan. Nggak penting-penting amat. Alhasil, niat buat merampungkan skripsi cuma seperempat hati saja.

Ya pantes aja, Rek, berpandangan gitu. Kan emang udah punya kerjaan mapan. Udah nggak bergantung pada orang tua, kuliah dibiayain sendiri, jajan pakai duit sendiri. Hla wong yang masih bergantung aja—kayak golongan pertama tadi—bisa sesantuy itu. Apalagi mereka yang udah bener-bener mandiri. Ya suka-suka, dong, Buoss.

Tapi saya—pada saat itu—tetep aja sangsi. Bagi saya, nggak ada alasan buat nggak segera mengerjakan skripsi. Bagi saya, wisuda cepet tetep jadi dambaan orang tua. Minimal buat majang foto wisuda di ruang tamu untuk kemudian diceritain ke tetangga-tetangga atau siapa pun yang datang bertamu.

“Udah lah, Li. Kamu kuliah itu kan biar dapet ijazah, dan ijazah itu ya ujung-ujungnya buat nyari kerja juga,” ucap kakak tingkat saya. “Kalau udah dapet kerja, cuannya lumayan lagi, ya ngapain ngoyo-ngoyo ngerjain skripsi.”

Karena saya masih terus saja nggak puas dengan jawabannya, dia pun mengeluarkan kalimat pamungkas, “Ntar kalau kamu udah tahu gimana rasanya megang duit sendiri, kamu pasti bakal ngerasain apa yang saya rasain sekarang.”

Ah sialnya, jawaban demi jawaban yang saya anggap bualan itu, ternyata benar saya alami sendiri sekarang ini. Saya dulu emang bertekad buat nggak menunda-nunda apa pun dalam perkuliahan. Penginnya cepet skripsi, cepet lulus, cepet los dari kampus. Eh giliran sekarang udah waktunya ngadepin skripsi, hla kok malesnya ampun-ampunan. Ini kalau saya biarkan terus-terusan ya repot, Slur. Malu juga kemakan sama omongan sendiri.

Di titik inilah saya kemudian teringat dengan salah satu tokoh wayang dalam epos Mahabharata bernama Bambang Ekalaya. Ada banyak versi tafsiran mengenai kisah dramatisnya untuk menjadi seorang pemanah terbaik sekaligus sebagai murid yang takzim pada titah gurunya. Tapi kali ini saya coba mengambil poin lain agar saya termotivasi untuk merampungkan skripsi dan nggak males-malesan.

Jadi, Bambang Ekalaya ini merupakan keturunan kasta Nishada, kasta pemburu—yang tentu juga kasta rendahan. Tapi dia bercita-cita ingin menjadi pemanah andal. Untuk itu dia kemudian sowan kepada Resi Drona, gurunya Pandawa.

Resi Drona sebenernya tahu, bahwa Bambang Ekalaya punya potensi untuk jadi pemanah andal. Secara kesehariannya sebagai pemburu memungkinkan kelihaiannya membidik sasaran terasah dengan sangat baik. Bahkan sangat mungkin mengalahkan keterampilan panah Arjuna, murid yang sudah digadang-gadang akan menjadi pemanah tanpa tandingan.

Karena Resi Drona khawatir Bambang Ekalaya ini jadi ancaman buat masa depan Arjuna, akhirnya pengajuan Bambang Ekalaya untuk menjadi murid Resi Drona ditolak mentah-mentah.

Bambang Ekalaya nggak menyerah begitu saja. Alih-alih kecewa, dia justru tertantang untuk membuktikan bahwa dirinya layak. Maka, di tengah hutan tempatnya tinggal, dia membuat sebuah patung replika dari wujud Resi Drona.

Di hadapan patung guru idolanya itu dia terus berlatih hingga akhirnya bener-bener jadi sosok yang mahir memainkan anak panah. Yah, meskipun akhirnya tetep Arjuna yang dinobatkan sebagai pemanah terbaik karena Bambang Ekalaya disuruh Resi Drona untuk memotong jempol tangannya. Agar kemahirannya hilang.

Poin yang coba saya ambil, yaitu pada bagian ketika Bambang Ekalaya membuat patung replika Resi Drona. Ini menarik. Karena sehari-hari selama dia latihan, dia hanya latihan di hadapan sebuah patung. Tapi dia menganggapnya seolah-olah Resi Drona bener-bener memantau keseriusannya selama berlatih.

Saya kemudian berpikir, ah barangkali saya emang harus mencetak besar-besar foto ibu saya untuk saya pasang di kamar kosan. Lebih-lebih foto yang posenya sangat intimidatif. Dengan begitu, setiap saya sedang males-malesan, pas ngelihat foto itu pasti langsung mobat-mabit nyari laptop. Atau biar lebih efektif, fotonya saya pasang juga sebagai wallpaper ponsel. Wis, wis, nggak ada kesempatan buat berleha-lehe pokoknya sebelum urusan skripsi bener-bener kelar.

Kalau mau yang lebih efektif lagi, coba aja pasang foto ibunya pacar. Terus bayangin, ibunya pacar ngawasin sambil bilang, “Males-malesan gitu berani-beraninya macarin anak saya?!” Dan saya—atau Anda sekalian—langsung mak njegagik petentengan depan laptop. Pokoknya pantang ke rumah pacar sebelum skripsi selesai.

BACA JUGA Selain Ken Arok, Milenial Emang ‘Doyan’ Kena Tipu Penguasa dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 September 2020 oleh

Tags: bambang ekalayamahabharataSkripsitips mengerjakan skripsiwayang
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

Tips Bagi Pejuang Skripsi biar Nggak Kehilangan File Kayak RM BTS terminal mojok

Tips Bagi Pejuang Skripsi biar Nggak Kehilangan File Kayak RM BTS

13 November 2021
Sidang Skripsi Nggak Perlu Dirayakan Berlebihan, Ingat Ada Revisi Mojok.co

Nonton Sidang Skripsi Adalah Hiburan yang Harusnya Dipilih Mahasiswa Semester Tanggung biar Ada Gambaran dan Lebih Siap!

14 Oktober 2025
Nggak Bisa Ngerjain Skripsi karena Nggak Punya Laptop? Itu Cuma Pembenaran untuk Malasmu! Buktinya Saya Bisa Ngerjain Skripsi dan Lulus Kuliah Modal HP doang

Nggak Bisa Ngerjain Skripsi karena Nggak Punya Laptop? Itu Cuma Pembenaran untuk Malasmu! Saya Bisa Lulus Kuliah Modal HP doang

14 September 2023
mahasiswa skripsi

Mahasiswa Skripsi: Abadi Atau Berhenti

27 Juni 2019
kapan wisuda

Mahasiswa Tingkat Akhir dan Pertanyaan Kapan Wisuda

20 Mei 2019
dosen pembimbing, dosbing resek

Surat Terbuka Untuk Dosen Pembimbing

6 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.