Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sebagai Orang Bandung, Saya Bersyukur Bisa Merantau dan Kuliah ke Jogja

Lintang Pramudia Swara oleh Lintang Pramudia Swara
17 Mei 2025
A A
Sisi Terang Jogja di Mata Orang Bandung (unsplash)

Sisi Terang Jogja di Mata Orang Bandung (unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Selama menetap di Jogja lebih dari 3 tahun, saya bersyukur tidak memilih kuliah di Bandung. Meski sama-sama menyandang status sebagai kota pelajar, di Jogja langkah saya lebih besar. 

Selain jauh dari orang tua sehingga bisa membuat saya lebih mandiri, ada begitu banyak yang bisa saya syukuri selama merantau dan berkuliah di sini. Meski cuacanya memang redflag no debat fix pasti bikin orang Bandung megap-megap, Jogja masih bisa dimaafkan.

Kemacetan Bandung yang nggak ada obat, Jogja lebih bisa ditoleransi

Sudah menjadi rahasia umum kemacetan di Bandung sangatlah parah. Mulai dari Buah Batu, Ujungberung, Tamansari, hingga Dago. Bahkan masih seluruh jalan utama bersahabat karib dengan gilanya kemacetan. 

Hampir setiap hari warga Bandung harus mengalah dengan macetnya jalanan, belum lagi saat akhir pekan. Kendaraan berplat B memenuhi jalanan, berlomba-lomba untuk paling cepat sampai ke Dago dan ke Lembang. Ini sudah menjadi pemandangan lazim. 

Semacet-macetnya Jogja, saya jarang (walau pernah) mengutuk pengendara lain atau tersulut karena panasnya cuaca. Kemacetan Jogja lebih bisa diterima kalau saya. Polanya sudah terbaca, termasuk hari-hari ketika di sekitar Ngabean atau Giwangan dipenuhi bus pariwisata. Kita sudah tahu bagaimana cara harus mencari celah.

Jalanan Jogja mudah dihafal

Awalnya saya kira bakalan sulit untuk menghafal jalanan di Jogja. Ternyata saya salah. Jalanan utama Jogja tidaklah berkelok-kelok seperti di Bandung. Tidak pula nanjak dan turun, apalagi sempit. Sebut saja Cigadung, Sekeloa, Gagak, dan Cisitu yang ukurannya sempit tapi malah jadi jalan utama yang aktif dilewati

Jalan raya besar di pusat kota Jogja relatif mudah untuk diingat. Kalaupun salah dan nyasar sudah pasti ada penunjuk jalan. Begitu juga akamsi yang siap menavigasi. Keberadaan Ringroad juga mempermudah perjalanan. 

Banyak alternatif jalan yang bisa digunakan tergantung kebutuhan. Misalnya mau ke Sleman, katakanlah Palagan atau Concat, bisa melewati kota kalau sedang santai. Bisa juga lewat Ringroad kalau sedang buru-buru dan butuh ngebut.

Baca Juga:

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

4 Kasta Tertinggi Varian Rasa Brownies Amanda yang Nggak Bikin Kecewa

Serba cepat dan dekat

Kalkulator jarak di Jogja dan di Bandung harus dibedakan dan diukur lewat tabel konversi. Saya serius. Di Bandung, 6 sampai 7 kilometer saja bisa terasa jauh. 

Dari Dago ke Setiabudi bisa lebih dari setengah jam sendiri kalau jalanan ramai. Nyetir motor atau mobil juga paling mentok di kecepatan 40 km/jam.

Padahal kalau di Jogja, jarak segitu cuma ibarat dari XT Square ke UKDW. Di sini bahkan 10 kilometer aja terasa deketnya pol-polan kalau naik motor. Nggak nyampe 30 menit sudah sampai kalau jalanan lancar. 

Setiap hari saya nyetir motor 9 kilometer dari Sewon ke Kotagede cuma memakan 20 menitan. Itu saja nyetirnya nyantai, paling cepat 50 km/jam. Di Bandung hal ini mana mungkin berlaku.

Masih banyak warung makan yang terbilang murah

Terakhir saya pulang ke Bandung, kalau mau makan dengan benar minimal harus keluar uang Rp20 ribu. Mau minum es kopi susu yang proper harus di atas Rp25 ribu. Selain itu, nggak mungkin ada soto 5000-an atau es teh manis jumbo 2500-an. Semua itu hanya mitos.  

Sedangkan di Jogja, dengan uang Rp15 ribu, banyak pilihan yang masuk di kantong. Mulai dari warmindo, nasi gudeg, ramesan, gado-gado sampai soto yang jadi teman setia sobat pengiritan. Es kopi susu juga ada yang Rp20 ribuan. Terpujilah Couvee dan sejawat franchise coffee shop lainnya. 

Orang-orangnya ramah

Kalau membandingkan level keramahan dan kesantunan orang Bandung dan Jogja, saya berani bilang si kota Dilan itu tidak ada apa-apanya. Awalnya saya pikir bakal jadi outsider dan nggak punya siapa-siapa selama di Jogja. Ternyata saya salah, 

Setiap nanya jalan, warga selalu memberi tahu dengan terperinci supaya kita tidak kesasar. Pedagang di pasar juga banyak yang supel dan murah senyum. 

Soal mengaspal juga saya punya pengalaman haru. Beberapa kali motor saya kehabisan bensin, ban bocor atau mogok. Selalu ada yang berhenti mau membantu untuk nyetep atau mencarikan bengkel. 

Mereka senang menolong jika ada yang kesusahan. Sudah seperti ibadah. Berbeda dengan Bandung yang bagi saya sebagai warloknya tidaklah seramah.

Membandingkan Kota Jokpin dan Kota Dilan memang tidak akan pernah ada habisnya. Mulai dari tingkat kemacetannya, pesona wisatanya yang bersaing, sampai keramahan warga. 

Kemiripan dua kota ini adalah sama-sama menjadi idaman Plat B. Khususnya untuk healing dan menghabiskan libur panjang.

Penulis: Lintang Pramudia Swara

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Nasib Bandung dan Jogja, Kota Salah Urus yang Bersembunyi di Balik Romantisasi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 17 Mei 2025 oleh

Tags: BandungdagoJogjaKotagedeplat bsetiabudisewon
Lintang Pramudia Swara

Lintang Pramudia Swara

Sarjana seni kelahiran Kota Kembang, kini mengasuh toko buku di Kota Pelajar

ArtikelTerkait

Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh Obsesi yang Dipaksakan (Unsplash)

Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh Hanya Sebatas Ambisi yang Manfaatnya Sangat Minim dan Kerugian yang Dirasakan Indonesia Bisa Sampai Kiamat

23 April 2024
Bandung Memang Indah (Syarat dan Ketentuan Berlaku)

Bandung Memang Indah (Syarat dan Ketentuan Berlaku)

21 Juni 2022
Mitos di Jogja yang Terbukti Bohong, dari Hantu Bunderan Teknik UGM sampai Suara Drum Band Gaib, Semuanya Hoax!

Mitos di Jogja yang Terbukti Bohong, dari Hantu Bunderan Teknik UGM sampai Suara Drum Band Gaib, Semuanya Hoax!

5 Agustus 2024
Calon Mahasiswa Perlu Mempertimbangkan 5 Hal Ini Sebelum Memutuskan Kuliah di UPI Bandung biar Nggak Kecewa

Calon Mahasiswa Perlu Mempertimbangkan 5 Hal Ini sebelum Memutuskan Kuliah di UPI Bandung biar Nggak Kecewa

16 Mei 2024
Mitos Legenda Sangkuriang dan Kaitannya dengan Sesar Lembang

Mitos Legenda Sangkuriang dan Kaitannya dengan Sesar Lembang

1 November 2022
Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa Lebih "Menyala" biaya hidup di malang

Malang Tak Perlu Meniru Jogja yang (Katanya) Istimewa karena Lebih “Menyala”

14 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.