Sisi Gelap Trans Jateng Solo-Sumberlawang yang Belum Diketahui Banyak Orang

Sisi Gelap Trans Jateng Solo-Sumberlawang yang Belum Diketahui Banyak Orang

Sisi Gelap Trans Jateng Solo-Sumberlawang yang Belum Diketahui Banyak Orang (Satelit BM via Wikimedia Commons)

Sebagai penumpang Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang, saya punya beberapa keluhan terkait bus satu ini.

Sebagai pengguna moda transportasi umum, saya cukup mengapresiasi program Pemprov Jawa Tengah dalam menghadirkan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng di Provinsi Jawa Tengah. Baru-baru ini, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, bahkan telah meresmikan Trans Jateng dengan rute Solo-Wonogiri yang sebelumnya hanya dilayani bus bumel legendaris khas Wonogiri.

Sebagai pengguna Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang, saya merasa cukup senang. Sebab, trayek bus Trans Jateng kini telah banyak yang terintegrasi. Harga tiket bus yang terjangkau dan kondisi bus yang lebih baik dari bus bumel membuat penumpang senang. Selain itu, bus ini juga mengedukasi masyarakat karena sistemnya nggak menaikturunkan penumpang sembarangan, melainkan di halte bus yang telah ditentukan.

Akan tetapi sejak diresmikan beberapa waktu lalu, saya mengamati kondisi bus Trans Jateng Solo-Sumberlawang dan kualitas pelayanannya lambat laun makin menurun. Bukan karena saya nggak bersyukur atas hadirnya Trans Jateng, tapi karena performa yang mulai menurun ini bisa berpeluang merugikan penumpang maupun pengguna jalan raya lainnya.

Kondisi bus Trans Jateng kurang diperhatikan

Saat ini, kondisi interior bus tampak kurang terawat. Sebagai penumpang, saya kerap menjumpai banyak pamflet yang ditempel di dalam bus menggunakan isolasi karena sudah tidak melekat. Di celah-celah kursi penumpang juga tak jarang terlihat debu pekat seperti jarang dibersihkan. Saya bahkan pernah menemukan bus yang di bagian kemudi sopir berceceran barang-barang sehingga kurang sedap dipandang mata.

Kondisi interior bus yang seperti ini harusnya menjadi PR bagi Trans Jateng. Sebaiknya bagian dalam bus juga dibersihkan secara rutin mengingat setiap hari penumpang bus ini makin banyak.

Kalau dari segi pelayanannya sih berdasarkan pengalaman saya sudah cukup baik. Nggak ada petugas bus yang bikin penumpang kecewa.

Baca halaman selanjutnya: Masih ada sopir yang ugal-ugalan…

Masih ada sopir yang ugal-ugalan

Ketika naik Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang, saya masih menemui ada sopir yang ugal-ugalan di jalan. Bahkan, saya pernah melihat bus yang bermanuver sangat kencang ketika berpapasan dengan bus pedesaan dengan rute sama. Entah karena sopir yang direkrut merupakan eks sopir bus bumel yang memang terkenal begajulan di jalanan sehingga terbiasa berkendara ugal-ugalan, atau memang sopirnya sedang buru-buru.

Ada juga sopir yang nggak melakukan SOP dalam menurunkan penumpang. Biasanya ini terjadi pada jam pulang kerja. Saya menduga sopir Trans Jateng kasihan dengan para penumpang, makanya mereka menurunkan penumpang justru bukan di tempat-tempat yang sudah ditentukan. Atau memang ada hal-hal lain yang membuat sopir tak bisa menurunkan penumpang di halte. Yah, saya sih mencoba berpikiran positif aja, Gaes.

Semoga saja pihak-pihak terkait bisa mengevaluasi beberapa hal yang kurang dari Trans Jateng trayek Solo-Sumberlawang. Saya nggak bermaksud menjatuhkan program bus yang nyatanya sangat bermanfaat dan membantu banyak warga untuk bermobilisasi dari satu tempat ke tempat lain. Harapan saya, semoga kekurangan dari bus ini bisa diperbaiki sehingga makin banyak warga yang tertarik menggunakan transportasi umum.

Penulis: Fajar Novianto Alfitroh
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kapok Naik Trans Jogja Setelah Satu Kali Mencobanya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version