Tak ada negara yang berhasil “memoles diri” dengan sebegitu ciamik selain Korea Selatan. Negara ini berhasil menjadi begitu kuat citranya, dan dipercaya begitu sempurna oleh banyak orang. Keindahan, saya rasa, begitu lekat dengan Korea Selatan.
Tapi, apa yang indah, sering kali menutup logika.
Korea Selatan, sebenarnya, punya masalah mengerikan yang tak tampak mata. Setidaknya, tak terlihat pemujanya. Mungkin hal-hal buruk ini tak mengubah pandangan orang yang kadung cinta. Namun, hal ini bisa jadi pengingat, bahwa yang berkilau itu belum tentu indah.
Dan berikut sisi gelap Korea Selatan yang jarang diketahui orang.
#1 Molka
Molka adalah kasus kejahatan yang kerap terjadi tapi sulit untuk dibasmi. Molka ini adalah istilah yang menggambarkan situasi ketika orang-orang mesum dan jahat akan menaruh kamera tersembunyi (mollae kamera) di kamar mandi, ruangan di kampus khusus wanita, hingga motel.
Kamera ini dipasang secara terselubung di benda-benda yang memang umum untuk berada di tempat tersebut. Seperti di balik gagang pintu toilet, di bawah kap lampu, atau di bawah meja. Molka ini menayangkan secara real-time objek yang disorotnya di situs berbagi video porno.
Pada 2017, ada lebih dari 6.400 kasus molka di Korea Selatan. Data ini menunjukkan bahwa negara tersebut cenderung nggak aman bagi perempuan. Sisi gelap Korea Selatan yang satu ini kerap diangkat ke drama dan film, seperti drakor Business Proposal dan film Kim Ji Young: Born 1982, dengan harapan agar mengedukasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
#2 Sekte gereja sesat
Ketika kualitas hidup tak meningkat, sedangkan hidup makin hari makin berat, kadang bikin orang mencari cahaya dengan serampangan. Apa-apa yang dianggap memberi harapan hidup lebih baik (meski seringnya tidak), tanpa pikir panjang akan mereka ikuti. Beberapa orang, terjebak sekte sesat karena hal ini.
Sisi gelap Korea Selatan yang kedua ini pernah nyaris saya alami secara langsung. Sebelum kejadian tersebut, saya pernah mendengar soal sekte sesat dari penuturan mahasiswa asing di Korea. Bahkan drama Korea Save Me pun pernah mengangkat topik tentang sekte gereja sesat.
Sekte semacam ini umumnya merekrut anggota baru dari pintu ke pintu. Mereka biasanya mengajak mahasiswa asing, sebagai target paling mudah, dan masyarakat umum untuk bergabung dengan iming-iming mendapatkan eksposur budaya Korea Selatan. Setelah bergabung, anggota baru akan dicuci otaknya, persis seperti yang terjadi di drama Save Me.
Ngerinya, metode perekrutan anggota baru ini semakin gencar dengan memanfaatkan teknologi.
Gereja sesat ini mengajak KPopers di seluruh dunia untuk secara sukarela menjadi agen kampanye. Para agen kampanye ini lantas membagikan poster yang tampak seperti publikasi webinar biasa. Sebab di poster tersebut tercantum rangkaian acara webinar, seperti belajar budaya Korea dan berkeliling Korea secara virtual. Sekte ini memanfaatkan minat masyarakat global terhadap KPop yang sedang tinggi. Mereka yang lengah akan langsung mengisikan data diri melalui formulir online dan secara langsung terdaftar menjadi anggotanya.
Dan saya pernah hampir menjadi korbannya.
#3 Pelecehan seksual dan hubungan gelap yang melibatkan calon artis
Seperti yang sudah diketahui oleh orang banyak, seseorang yang bermimpi menjadi artis di Korea Selatan perlu melewati tahap training terlebih dahulu. Fase ini harus dilalui demi mengasah kemampuan para calon artis sebelum mulai masuk ke dunia hiburan.
Itu adalah tahapan paling ideal. Jadi trainee, debut, sukses. Mestinya begitu.
Namun, ada praktik ilegal di sini, yaitu hubungan gelap seorang trainee atau idol rookie dengan pria-pria hidung belang. Mereka dipaksa melayani bos-bos besar berkantong tebal atau ber-power agar dapat terjamin kesuksesannya. Mereka bisa tampil di acara musik, memiliki karier yang cemerlang, dan dipromosikan di banyak drama melalui para petinggi tadi.
Pada 2019 lalu, sempat ada kasus seorang aktris yang pernah tampil di drama Boys Before Flowers, Jang Ja-yeon, yang bunuh diri karena hal ini. Dalam surat yang ditinggalkannya, ia menyebutkan nama-nama para bos industri hiburan Korea Selatan yang pernah melecehkannya.
#4 Segregasi sosial yang sangat kentara
Ketika melihat masyarakat Korea, kadang kala kita menyukai cara mereka berpakaian karena tampak modis. Bahkan muncul pula gaya berpakaian ala Korea yang dikenal oleh khalayak. Namun, di balik itu terdapat segregasi sosial yang amat tampak di antara para masyarakat Korea.
Sebagian masyarakat Korea pilah-pilih teman, pasangan, hingga sekadar orang asing untuk diajak mengobrol berdasarkan cara berpakaiannya. Maka cukup masuk akal kalau masyarakat menengah ke bawah berlomba-lomba mengoleksi pakaian bermerek demi bisa diterima di masyarakat.
Selain dari segi penampilan, almamater sekolah juga menjadi salah satu parameter status sosial seseorang. Sekolah negeri di daerah cenderung dipandang sebelah mata oleh sekolah elite di ibu kota. Ditambah lagi, orang tua zaman sekarang berlomba-lomba mendaftarkan buah hati mereka ke sekolah elite. Dengan begitu, sekolah di pinggir kota cenderung kekurangan siswa atau menjadi gudangnya murid problematik.
Keempat sisi gelap Korea Selatan di atas nggak saya dapatkan secara instan. Ketika masih awal-awal berkenalan dengan Korea Selatan pun hanya hal-hal yang menyenangkan yang saya ketahui. Namun, semakin lama semakin dalam masuk ke dalam labirinnya dan bertukar pikiran dengan sesama penggemar Korea, teman yang tinggal di Korea Selatan, hingga orang asli Korea Selatan, terkuaklah sisi gelap itu.
Sisi gelap ini tak saya bagikan dengan tujuan untuk membenci Korea. Bukan, bukan itu. Segala sesuatu memang harus dipandang dari banyak sisi, agar kita tak terjerumus pada pikiran-pikiran yang pendek.
Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lookism: Webtun yang Menyajikan Sisi Gelap Korea Selatan dengan Gamblang