Sisi Gelap Jenang Apel, Oleh-oleh Khas Malang yang Bikin Pembeli Waswas

Sisi Gelap Jenang Apel, Oleh-oleh Khas Malang yang Bikin Pembeli Waswas

Sisi Gelap Jenang Apel, Oleh-oleh Khas Malang yang Bikin Pembeli Waswas (unsplash.com)

“Jenang apel? Apa itu?” Pertanyaan ini mungkin akan keluar dari mulut kalian saat pertama kali mendengar kata jenang apel. Apalagi kalau kalian bukan orang Batu, Malang, atau setidaknya bukan berasal dari tanah Jawa. Tapi kalau disebut dodol apel, mungkin kalian bakal langsung paham, ya. Iya, sederhananya jenang apel adalah dodol apel, kudapan manis yang terbuat dari apel.

Jenang apel, oleh-oleh khas dari daerah Batu dan Malang yang tidak setenar oleh-oleh lainnya

Sebagai oleh-oleh khas daerah Batu dan Malang, jenang apel memang nggak setenar oleh-oleh lainnya seperti sari apel atau keripik buah. Nama kudapan ini sebagai oleh-oleh seperti tersingkir begitu saja. Di berbagai toko oleh-oleh yang ada di Batu atau Malang misalnya, kudapan ini jadi salah satu item yang bisa dibilang jarang dijamah orang. Dari segi penjualan, sudah pasti kudapan ini nggak selaris sari apel atau keripik buah.

Padahal jenang apel adalah oleh-oleh yang menarik, lho. Secara harga nggak terlalu mahal dan rasanya pun enak. Ada perpaduan manis dan kecut dari gula serta apel saat dimakan. Kalau disuruh memilih antara jenang apel atau keripik buah, saya akan memilih jenang apel untuk dijadikan kudapan. Tapi itu dulu, sebelum saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kudapan satu ini dibuat.

Ceritanya sekitar dua tahun lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu pabrik jenang apel yang ada di Kota Batu. Pabrik ini sebenarnya pabrik rumahan dan nama mereknya pun bukan merek terkenal. Tapi pabrik rumahan ini sudah punya jaringan ke beberapa toko oleh-oleh di Batu dan Malang. Pabrik ini nggak hanya memproduksi jenang apel, tapi juga sari apel dan keripik buah.

Pengalaman datang ke pabrik yang kurang higienis

Ketika berkunjung, saya cukup senang ketika melihat bagaimana pabrik tersebut memiliki sirkulasi udara yang baik. Mungkin karena ukuran rumah yang dijadikan pabrik cukup luas, jadi berada di dalam nggak tidak terasa pengap.

Tiap section juga dikerjakan oleh orang yang berbeda. Maksudnya, tidak ada pekerja yang dobel pekerjaan. Itu membuat saya cukup lega. Akan tetapi salah satu yang saya garisbawahi dari pabrik tersebut adalah pabrik ini masih kurang higienis. Meskipun pabrik rumahan, aspek kebersihan harus jadi pertimbangan utama.

Saya melihat apel-apel yang sudah dikupas dan siap diparut untuk jadi bahan baku jenang apel tidak diletakkan dalam wadah yang bersih. Wadah untuk menampung apel terlihat bernoda di beberapa sisi. Selain itu, saya masih menemukan pegawai yang tidak menggunakan pelindung kepala (entah itu hairnet atau topi) ketika memproses bahan baku jenang apel. Bahkan ada juga pegawai yang tidak memakai sarung tangan ketika mengemas jenang yang sudah jadi.

Mungkin bagi beberapa orang masalah ini bukan sesuatu yang serius. Tapi bagi saya, ini jelas jadi urusan yang tidak main-main.

Baca halaman selanjutnya: Ada pegawai yang kerja sambil merokok…

Masih ada pegawai yang kerja sambil merokok

Inilah yang bikin saya malas makan jenang apel lagi. Saya mengetahuinya ketika pindah dari section pengupasan apel menuju ke tempat memasak jenang yang berada di ruangan yang berbeda. Ruangannya memang berada di ruangan semi-outdoor, dan ada satu panci otomatis untuk memasak jenang. Di situ, saya melihat ada seorang laki-laki yang sedang memasak jenang apel sambil merokok.

Iya, pegawai yang merokok sambil kerja. Ketika saya melihat kejadian itu, saya kaget. Kok pegawai tersebut pede banget merokok sambil memasak jenangnya. Memang tempat memasak jenang berada di tempat semi-outdoor, tapi bukan berarti dia bisa bekerja sambil merokok, dong. Rokok di dapur atau ruangan produksi makanan itu harusnya jadi barang yang haram. Tidak boleh ada.

Kejadian tersebut langsung membuat impresi saya terhadap kudapan satu ini berubah 180 derajat. Saya yang awalnya suka banget dengan jenang apel, jadi menghindari oleh-oleh khas daerah Malang dan Batu ini akibat kejadian tersebut. Bahkan saya jadi malas makan jenang apel tak hanya dari merek tersebut, tapi juga semua merek meskipun saya tidak tahu apakah pabrik merek lain ada kejadian serupa atau tidak.

Pembeli harus cermat memilih jenang apel yang terjamin aman produksinya

Tentu tulisan ini saya buat tanpa bermaksud memukul rata atau menjelek-jelekkan usaha jenang apel. Tidak sama sekali. Saya hanya menyampaikan pengalaman saya.

Saya pun berharap, setelah dua tahun sejak saya mengunjungi pabrik tersebut, sudah ada perubahan yang signifikan. Semoga kejadian yang saya lihat dengan mata kepala sendiri hanya kesilapan belaka. Sebagai konsumen, saya tentu berharap pabrik-pabrik jenang apel atau oleh-oleh lainnya memperhatikan kebersihan, higienitas, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak seharusnya ada di dalam ruang produksi.

Akan tetapi saya juga mengimbau kepada siapa pun yang datang ke Batu dan Malang dan membeli oleh-oleh, sebaiknya lebih berhati-hati. Kalau mau aman, pilih merek-merek terkenal saja. Toh saya juga cukup yakin saat ini diiringi dengan kemajuan wisata Batu dan Malang, para produsen oleh-oleh sudah semakin sadar akan pentingnya aspek kebersihan dan higienitas dalam pembuatan produk mereka.

Saat ini sudah banyak kok pabrik oleh-oleh seperti jenang apel yang tidak merahasiakan dapur dan cara pembuatannya. Jadi, sebagai pembeli kita tidak perlu khawatir berlebihan sebab kita bisa saja langsung berkunjung ke pabriknya dan melihat bagaimana oleh-oleh khas Batu dan Malang ini dibuat. Kita bisa membelinya langsung di tempat, fresh from the oven.

Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pia Cap Mangkok, Oleh-oleh Khas Malang yang Jarang Diketahui Orang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version