Guru bukanlah profesi yang mudah untuk dijalankan. Banyak tuntutan yang harus dikerjakan oleh guru sebagai pendidik bangsa. Dalam sebuah institusi pendidikan, ada yang dikenal dengan guru honorer. Guru honorer merupakan guru yang belum diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam satuan institusi pendidikan formal.
Sama halnya dengan guru tetap, guru honorer juga bertugas untuk memberikan pembelajaran pada siswa, mengawasi siswa, mengerjakan administrasi, dan segala tetek bengeknya. Yang menjadi perbedaan adalah perkara gaji. Guru honorer digaji tidak tetap beda dengan guru yang sudah menjadi PNS. Guru honorer biasanya digaji melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) atau ada pula yang dibayar berdasarkan jam mengajar.
Dengan gaji yang tak seberapa dan kadang telat turun, membuat guru honorer harus berpikir keras untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Terlebih mereka yang sudah berkeluarga, terutama guru laki-laki yang harus menafkahi anak dan istrinya. Hingga terciptalah beberapa sisi gelap dari guru honorer yang tidak diketahui oleh banyak orang seperti berikut ini.
Daftar Isi
Banyak yang terjerat pinjol
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2021, guru menjadi profesi yang paling banyak terjerat pinjol (pinjaman online), yakni sebesar 42%. Posisi kedua ditempati oleh pekerja yang baru saja terkena PHK sebesar 21%. Ini membuktikan bahwa kesejahteraan guru itu amatlah miris di tengah tugasnya sebagai pendidik bangsa.
Sebagian besar guru yang terjerat pinjol adalah mereka yang belum diangkat menjadi PNS. Sebab, guru honorer gajinya sangat kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Gaji yang diterima dari BOP biasanya akan turun setiap tiga bulan sekali, itu pun masih sering telat dengan nominal yang juga tidak seberapa. Nasib mereka memang begitu memprihatinkan yang harus menjadi perhatian serius bagi negara.
Baca halaman selanjutnya: Jadi kerjaan sampingan…
Jadi guru hanyalah kerja sampingan
Kebanyakan guru honorer biasanya menjadikan guru hanya sebagai kerja sampingan sebab pendapatan yang kecil. Mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari hanya dengan mengandalkan gaji dari mengajar. Makanya mereka tiada hentinya mencari pemasukan lain yang dapat menutupi biaya kehidupan selama sebulan penuh. Apalagi bagi mereka yang posisinya sedang merantau.
Beberapa di antara mereka bahkan ada yang berjualan sepulang mengajar. Bahkan, pendapatan dari hasil berjualan jauh lebih besar ketimbang mengajar di sekolah. Beberapa waktu lalu sempat viral seorang guru honorer yang sudah mengabdi puluhan tahun namun belum juga diangkat sebagai PNS. Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, beliau memilih untuk mencari rongsokan untuk dijual tanpa pernah malu atau gengsi.
Beberapa guru honorer mengeluarkan dana sendiri untuk biaya operasional sekolah
Sudah mah gaji kecil dan telat dibayar, beberapa guru honorer ada yang harus mengeluarkan dana sendiri untuk biaya operasional sekolah seperti mencetak soal di tukang fotokopi. Biasanya hal ini terjadi di beberapa sekolah yang ada di daerah pelosok. Sekolah tidak memfasilitasi gurunya dengan alat penunjang seperti printer. Dana untuk mendukung kinerja guru pun tidak ada atau mungkin “ditiadakan”.
Karena permasalahan tersebut, guru terpaksa harus mengeluarkan dana sendiri demi semua muridnya dapat mengerjakan soal ujian. Kalau tidak begitu, murid tidak akan bisa ujian. Mending kalau ada reimburse dari pihak sekolah, tapi kalau tidak kasihan juga guru tersebut karena harus tekor mengeluarkan uang pribadi.
Menjadi guru memang lebih banyak membatinnya ketimbang senang-senangnya, terutama bagi mereka yang masih menjadi guru honorer. Dengan gaji yang tidak seberapa, mereka harus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang semakin meningkat. Saya harap, pemerintah jauh lebih memerhatikan kesejahteraan guru di masa depan, dan bukan hanya omon-omon belaka.
Penulis: Erfransdo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Cleansing Guru Honorer, Kado Pahit Guru pada Awal Tahun Ajaran Baru, “Dibasmi” Seakan Bukan Manusia.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.