Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen yang Keterlaluan

Butet RSM oleh Butet RSM
8 Maret 2021
A A
Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen bisa Berbuah Keji terminal mojok.co

Serial Dokumenter Kematian Elisa Lam Menunjukkan Tingkat Kepo Netizen bisa Berbuah Keji terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi dan saya masih susah tidur meski sudah menyantap sepiring mi goreng ala Korea lengkap dengan acar buatan sendiri karena tak bisa membuat kimchi. Saya pun memutuskan untuk membuka Netflix lewat ponsel saya, inilah awal mula saya menemukan serial dokumenter tentang kematian Elisa Lam. Seperti ibu-ibu yang sering ketiduran saat menonton sinetron, saya juga sering ketiduran menonton serial apa pun. 

Sempat ingin menonton drakor baru yang sedang trending, yaitu Vincenzo, tapi saat menelusuri layar, jari saya malah terhenti pada serial dokumenter berjudul Crime Scene: The Vanishing at the Cecil Hotel. Jiwa detektif saya berkata, saya harus menontonnya saat itu juga. 

Serial dokumenter ini ternyata gagal membuat saya ketiduran sampai pulas. Sekalipun sesekali mak tekluk, saya tetap melanjutkan menontonnya hingga selesai pada sekitar pukul tujuh pagi. Setiap episodenya berdurasi antara 54 hingga 58 menit, artinya durasi ketiduran saya hanya satu jam. Harga yang pantas saya bayar untuk sebuah serial dokumenter sebagus ini. 

Episode pertama diawali dengan hilangnya  perempuan berusia 21 tahun bernama Elisa Lam di Hotel Cecil, Los Angeles. Selanjutnya diketahui bahwa Elisa Lam bukan hilang, tapi mati. Mayatnya ditemukan dalam tandon air Hotel Cecil, setelah sebelumnya para tamu mengeluhkan bau dan warna air. 

Sungguh tak hanya tragis, tapi juga memilukan dan menjijikkan saat bagian keluhan para tamu hotel itu diceritakan. Kejadian itu terjadi pada 2013, saat itu, Hotel Cecil ini serupa dengan hotel kelas melati, bahkan menurut saya lebih buruk lagi. Tipikal hotel yang terlihat mewah di lobi hingga meja resepsionis, namun payah karena tak terawat dan bau dalam kamar dan lorong-lorongnya. 

Tak salah, hotel ini dianggap sebagai hotel angker yang penuh kutukan. Bukan hanya nama Elisa Lam yang mengalami kematian tragis di sana dan difilmkan oleh Joe Berlinger dengan jenius, ada juga kisah tentang Elizabeth Short (Black Dahlia) yang juga difilmkan oleh Ryan Murphy and Brad Falchuk dalam American Horror Story season 5. 

Tentu saja apa yang jadi sudut pandang dalam kedua serial sungguh berbeda, yang satu menelisik sisi horor dan yang satu lagi justru menarik isu kesehatan mental sebagai penyebab kutukan pada Hotel Cecil. Joe Berlinger menampilkan sudut pandang yang lebih kelam dari sekadar misteri penyebab kematian Elisa Lam. 

Penonton disuguhi dengan paparan para tokoh yang terlibat dalam investigasi kematian Elisa Lam, mulai dari manajer hotel saat itu, penyidik, penemu mayat hingga para youtuber yang berperan besar dalam memviralkan video saat Elisa Lam berperilaku ganjil di lift setelah video tersebut dirilis oleh pihak kepolisian. 

Baca Juga:

Lingkungan Kerja Toxic Membuat Karyawan Tidak Sejahtera Jiwa dan Raga

Ketika ODGJ Harus Merawat Orang Sakit: Berusaha Tetap Tegar meski Diri Benar-benar Ambyar

Saat video itu ditampilkan, disebutkan bahwa Elisa Lam adalah penderita bipolar. Pikiran saya bagaikan mendapat kesimpulan bahkan sebelum berhasil menyelesaikan serial itu. Perasaan saya sungguh tak karuan. Bukan karena saya penderita bipolar dan merasa relate atau karena saya teringat akan Marshanda yang juga pernah menghebohkan Indonesia ketika publik akhirnya tahu bahwa ia adalah seorang dengan bipolar, tapi karena saya punya sahabat seorang ibu dengan bipolar. Meski, tipe bipolarnya berbeda dengan Elisa Lam yang didiagnosa menderita bipolar tipe 1. 

Alih-alih berpikir bahwa Elisa Lam sedang dikuntit atau berpikir bahwa lift hotel tersebut beraura mistis, saya bertanya-tanya, apakah Elisa Lam rutin meminum obatnya? Saya sadar, pemikiran saya ini terjadi karena basis pengetahuan soal bipolar yang pernah sahabat saya bagikan. Bukan karena banyaknya postingan soal bipolar yang kadang justru membuat saya bertanya-tanya, apakah jika berciri moody berat, kadang betah tidak tidur, di saat lain justru tidur terus, kadang nafsu menulis banyak sekali, kadang mak pet sama sekali tidak bisa produktif, lantas saya ini autobipolar? Ya, tentu saja tidak. 

Polah saya mirip dengan beberapa oknum remaja yang masih meraba-raba apakah dirinya menderita gangguan mental atau sebenarnya hanya bingung saja dengan segala perubahan yang dijalani sebelum masuk fase dewasa (yang membosankan) ya? Cocoklogi dan mendiagnosa diri dengan hanya melahap postingan infografis soal kesehatan mental yang sebaiknya nggak dilakukan oleh siapa pun. Hehehe. Bukan mau nyindir lho, ini. Fakta aja. 

Setelah tuntas menonton, air mata saya tumpah di bantal, serius, bukan iler. Segera saya seka, kemudian saya usap ponsel saya dan menghubungi sahabat saya yang beberapa hari tak terlihat online. “Mbak, kamu baik-baik aja, kan?” Hampir satu jam pesan saya belum juga dibalas, maka saya mengirim lagi, “Baek-baek ya Mbak, obatmu diminum nggak?” Ia pun membalas saya, tampaknya ia tahu saya khawatir. Lalu, saya memberitahu kalau saya habis menonton film yang membuat saya teringat tentangnya. 

Meski begitu, sampai hari ini, saya belum beritahukan judul film yang saya lihat. Saya takut, film ini dapat memicu ketidakstabilan moodnya. Jika kamu punya teman yang juga mengalami masalah kesehatan mental, sempatkan diri untuk menyapanya, ya. Kita tidak ingin mendengar kisah pilu Elisa Lam, yang terpaksa berada dalam kesendirian saat serangan halusinasi datang terjadi pada kawan dekat kita. 

Selesai menonton film tersebut, saya tak bisa segera move on. Terpikir tentang tokoh lain yang tak menjadi bagian utama film, Pablo C. Vergara. Saat ini, dia adalah seorang pembuat film. Dalam serial, diceritakan bahwa dulu ia adalah musisi musik metal. Ia adalah tokoh lain yang menjadi korban dari “kutukan” Hotel Cecil secara tidak langsung. Ia sempat menjadi tertuduh atas kematian Elisa Lam. Tuduhan keji yang dilontarkan kepadanya oleh warganet yang kala itu menjadi detektif sekaligus hakim digital. 

Menuduh seseorang sebagai pembunuh, memviralkan dan membuat opini-opini tentang seseorang hanya berbekal dari investigasi digital sesungguhnya adalah perbuatan keji, seperti yang terjadi pada Pablo yang diceritakan sempat pula berpikir untuk bunuh diri akibat tekanan yang didapatkan meski sudah terbukti bahwa ia tidak bersalah. 

Kesadaran akan pentingnya perihal kesehatan mental dapat menjadi benteng buat kita, para aktivis media digital dalam berperilaku. Perihal kesehatan mental seharusnya ada dalam pembekalan pranikah. Seperti halnya soal pengetahuan seksual, perencanaan berkeluarga, kehamilan, ASI, tumbuh kembang anak dan finansial, pengetahuan tentang kesehatan mental juga sangat penting menjadi pengetahuan umum yang dimiliki oleh setiap orang. 

Dari wajah ibu Elisa Lam yang ditampilkan dalam serial itu, saya tahu, betapa menyesalnya ia yang tak bisa ada di sana menemani anaknya saat serangan halusinasi itu datang. Bagian ini juga menghentikan jiwa detektif saya yang ingin menelusuri lebih jauh soal bagaimana kondisi keluarga Lam sekarang, bagaimana Sarah Lam setelah kematian kakaknya. Ah, sudahlah. Saya pun harus berhenti main detektif-detektifan sebagai wujud sikap menghormati kematian Elisa Lam yang sudah membuat publik mengenal lebih jauh tentang bipolar. 

BACA JUGA Rasanya Didiagnosis Menderita Bipolar dan Mendengar Tanggapan Orang yang Ora Mashok dan tulisan Butet Rachmawati Sailenta Marpaung lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Maret 2021 oleh

Tags: bipolar disorderKesehatan MentalReview Film
Butet RSM

Butet RSM

Butet RSM, ibu rumah tangga beranak tiga yang suka bercengkrama di medsos.

ArtikelTerkait

kompetisi

“Yaelah Gitu Doang!”: Teman Kesusahan, Kok Malah Dijadiin Kompetisi?

18 Oktober 2019
Mulan Bukan Seorang Putri Tapi Layak Dibilang Disney Princess Terbaik terminal mojok.co

Mulan Bukan Seorang Putri tapi Layak Dibilang Disney Princess Terbaik

9 September 2020
Membayangkan Tokoh 'Emily in Paris' Bertandang ke Pleret, Bantul terminal mojok.co

Membayangkan Tokoh ‘Emily in Paris’ Bertandang ke Pleret, Bantul

3 November 2020
Film Mother!: Cerita Absurd dan Aneh yang Wajib Dinikmati Tanpa Spoiler

Film Mother!: Cerita Absurd dan Aneh yang Wajib Dinikmati Tanpa Spoiler

30 Januari 2020
Review Zack Snyder's Justice League dan Perbedaannya dengan Versi Teatrikal mojok.co/terminal

Review Zack Snyder’s Justice League dan Perbedaannya dengan Versi Teatrikal

19 Maret 2021
Keramagz, Channel YouTube Review Film yang Bikin Kita Serasa Jadi Sutradara terminal mojok.co rekomendasi channel YouTube review film

Keramagz, Channel YouTube Review Film yang Bikin Kita Serasa Jadi Sutradara

3 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Promo Pelanggan Baru Melimpah, Pelanggan Lama Cuma Jadi Figuran

Promo Pelanggan Baru Melimpah, Pelanggan Lama Cuma Jadi Figuran

9 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Mohon Maaf Warga Surabaya, Tahu Isi yang Isinya Bihun Itu Kelihatan Nggak Niat

Mohon Maaf Warga Surabaya, Tahu Isi yang Isinya Bihun Itu Kelihatan Nggak Niat

10 Desember 2025
Ruang Merokok Changi Airport Singapura Membuatnya Menang dari Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi Mojok

Ruang Merokok Changi Airport Singapura Adalah yang Terbaik Dibandingkan Soekarno-Hatta dan Bandara-bandara Lain yang Pernah Saya Sambangi

10 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah
  • Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur
  • Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua
  • Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban
  • Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri
  • Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.