Serba-serbi KPR: Tips dan Trik agar Pengajuan KPR Diterima dan Bisa Dapat Bunga yang Rendah

Serba-serbi KPR: Tips dan Trik agar Pengajuan KPR Diterima dan Bisa Dapat Bunga yang Rendah sewa rumah

Serba-serbi KPR: Tips dan Trik agar Pengajuan KPR Diterima dan Bisa Dapat Bunga yang Rendah (Pixabay.com)

Akuilah, selain dapat dari warisan atau (tak tahu malu) minta dibelikan oleh orang tua, generasi kita sulit dapat rumah. Cara paling masuk akal adalah dengan kredit, atau utang. Tapi, intinya sama, beli rumah itu susah. Banyak orang memilih cara KPR, karena tidak semua orang mau dan punya uang ratusan juta untuk dipinjamkan.

KPR adalah cara mandiri kita membeli rumah dengan cepat. Meski harus mengangsur selama bertahun-tahun, tapi cara itu dinilai masuk akal. Jelas rugi, tapi apa sih pilihan kita. Ngontrak rumah? Bisa aja sih. Tapi menurut saya, mengontrak rumah itu opsi yang konyol. Ikatan batin dengan rumah tak akan terjalin. Bagi saya, ini penting.

Tapi, realitasnya, KPR pun tidak selalu mudah. Pengajuannya berbelit-belit, bahkan setelah sekian lama, bisa jadi permohonan pengajuan kita ditolak. Sudah berharap tinggi, ternyata ditolak. Ha yo pedih. Padahal bisa jadi itu satu-satunya cara yang bisa kita tempuh.

Namun, saya punya tips-tips agar pengajuan kalian diterima. Tapi sebelum menuju itu, saya wajib banget memberikan persyaratan yang harus kalian siapkan sebelum mengajukan KPR. Ini semua berkaca pada pengalaman saya yang belum lama ini beli rumah lewat KPR Bank Mandiri. Saya utang ke Mandiri sebesar 150 juta untuk beli rumah tipe 48 seharga 190 juta. Murah to? Makanya, beli rumah di kampung.

Sebelum saya mulai, saya asumsikan kalian udah lolos BI checking dan punya gaji yang cukup. Bagi pasangan menikah, sebaiknya punya gaji kombinasi 6 juta dengan asumsi belum punya anak. Kalau uangnya belum cukup, ya bisa saja beli rumah subsidi. Tapi, kualitas bangunan rumah subsidi tak layak, bahkan bagi saya, kualitas bangunannya tak lebih dari penghinaan terhadap umat manusia.

Oke, mari kita lanjut bahas KPR. Kita mulai dari pemberkasan.

Berkas yang harus kalian pertama adalah fotokopi KTP. Kalau sudah menikah, KTP kalian berdua (suami-istri). Nggak, KTP tetangga sebelah nggak bisa kalian pakai.

Berkas KPR yang kedua, fotokopi KK. Harusnya kalian punya. Kecuali kalian memang udah nggak dianggep anak. Kalau sudah menikah, segera bikin KK sendiri, jangan numpang KK bapak-ibu kalian. Selain ngisin-ngisini, bakal lebih mudah ngurusnya. Buat perhitungan kreditnya juga, Gaes. Katanya.

Berkas KPR yang ketiga ini khusus yang sudah menikah, yaitu fotokopi surat nikah. Ingat, ini khusus yang sudah menikah. Kalian yang jomblo nggak usah nangis kek gitu, ingusmu lho.

Berkas keempat, fotokopi NPWP. Kalian belum punya? Astaga, warga macam apa kalian.

Berkas kelima, dan salah satu yang paling penting dan ribet, yaitu surat keterangan kerja sebagai karyawan tetap. Agak susah kalau nggak punya ini, soalnya bank akan meragukan kemampuan bayar kalian. Gara-gara ini, biasanya orang gagal mengajukan KPR. Hati-hati.

Berkas terakhir, yaitu rekening koran gaji kalian selama 6 bulan terakhir. Saya sarankan, gaji kalian ditransfer ke rekening sendiri, nggak ke istri/suami kalian. Pada kasus saya, gaji saya ditransfer ke rekening istri saya, jadi proses agak tersendat di sini. Tapi untung bisa kelar cepat.

Proses menyiapkan berkas ini menghabiskan waktu dua minggu. Ini sudah sama revisi berkas. Jadi kalian kudu sabar, soalnya memang nggak gampang. Kalau nggak sabar, saran saya mending kalian gawe pagupon saja.

Nah, setelah berkas tersebut lengkap dan dikirimkan, 3 hari kemudian saya diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan. Isinya ya data lagi sih, tapi agak beda. Pertanyaannya sebagai berikut:

  1. ingin bayar angsuran tanggal berapa?
  2. Alamat email?
  3. Kapan berencana menempati rumah
  4. Nomor telepon istri (yang punya)?
  5. Data keluarga yang tidak tinggal serumah?
  6. Apa hubungannya dengan pemohon?
  7. Alamat lengkap keluarga yang tidak tinggal serumah?
  8. Nomor telepon kantor?
  9. Tanggal berdiri perusahaan?
  10. Kapan pensiun?
  11. Total karyawan kantor?
  12. Nama atasan?
  13. Nomor telepon atasan?

Nah, itulah daftar pertanyaan yang harus saya isi setelah berkas saya lolos. Dari pertanyaan itu, yang harus kalian perhatikan betul adalah yang berhubungan dengan kantor, terutama nomor telepon atasan. Jangan kira KPR itu hanya melibatkan keluarga kalian, atasan pun harus tahu. Saya nggak sempat menanyakan ke mas-mas Mandiri, kenapa harus bawa-bawa atasan. Tapi, harusnya kita udah paham lah ya.

Proses ini bisa berjalan agak lama. Soalnya, pihak bank akan ngecek kantor kalian langsung. Lebih lama jika kalian kerja di luar kota. Kayak saya, KPR di Wonogiri, kantornya Jogja, jadi saya bikin repot orang Mandiri di Jogja. Sorry ya, Buos, hehehe.

Nah, kalau semua udah beres dan permohonan udah diterima, kalian akan menemui bagian paling “menyebalkan”, yaitu bayar administrasi dan notaris, dan uang kalian bisa terkuras di sini.

Banyak dari kita yang nggak tahu bahwa selain DP, kita juga harus bayar biaya legalitas serta administrasi yang jelas-jelas nggak murah. Cuman itu? Oh, tidak, kita masih harus mengurus berkas-berkas, LAGI. Saya akan jelaskan sedikit.

Proses pembelian dan penyerahan rumah ini namanya akad. Yang menghadiri akad ini nanti notaris, pengembang/pemilik rumah, pemohon, serta saksi dari pihak bank. Akad ini nggak lama, tapi biayanya bikin kamu menyesal dalam waktu yang lama. Sebelum dateng akad, kalian harus nyiapin berkas-berkas yang dibutuhkan. Nggak harus pake batik, tapi harus bawa berkas, dan uang. Benar, uang buat bayar biaya notarisnya. Kalau tidak salah, biaya notaris saya habis 6 juta. Total sekitar 11-18 juta, saya nggak mau inget. Pedih, asu.

Berkas-berkasnya adalah KTP asli, NPWP asli, KK asli, surat nikah asli, bukti transfer DP pemohon ke pengembang/pemilik rumah, uang prarealisasi (uang administrasi), slip gaji bulan terakhir, lalu fotokopi SK pengangkatan pegawai tetap. Ribet? Memang.

Yang perlu kalian siapkan selain berkas-berkas adalah waktu. Benar, waktu akad itu yang menentukan adalah pihak bank. Masalahnya, waktunya bisa bener-bener mendadak. Saran saya adalah, siapkan cuti kalian, kabari bos kalian kalau bakal minta cuti mendadak.

Ribet ya penjelasan saya? Oke, saya bikin TL;DR:

“Siapkan surat pegawai, slip gaji, dan apa-apa yang ada di dalem dompet kalian. Nanti difotokopi. Terus siapkan duit, yang banyak.”

Sekarang, masuk ke bagian yang paling penting: life hack.

Saya tahu, namanya KPR itu ibarat kalah sebelum berperang, tertusuk sebelum sempat menghunus pedang. Tapi, usahakan agar tetap melawan. Saya kasih tahu caranya.

Jadi ketika saya dibilangin mas-mas Bank Mandiri kalau bunganya 7,5 persen, saya kaget. Saya minta ketemu biar dijelasin. Meski katanya Bank Mandiri punya bunga KPR terendah, tetap saja saya keberatan suruh bayar segitu. Pasti bisa lebih rendah, pasti.

Nah, ternyata, memang nggak bisa lebih rendah. Tapi, saya nggak menyerah. Saya minta penawaran yang sekiranya nggak memberatkan saya. Saya bilang ke masnya, “Mas, saya tahu saya butuh rumah, tapi jangan lupa, Mas butuh saya sebagai nasabah. Baiknya, kita cari kesepakatan yang menguntungkan kita berdua.”

Dan ternyata, berhasil. Saya ditawari bunga flat 8 persen selama 10 tahun. Saya terpaksa dapat bunga tinggi sejak angsuran pertama, tapi angsuran saya nggak akan berubah selama 10 tahun. Nggak kayak penawaran pertama, flat 3 tahun selama 7,5 persen, tapi berubah di tahun keempat. Setidaknya, saya bisa nggak begitu peduli sama inflasi untuk waktu yang lama. Lagian beda angsurannya cuma 150 ribuan. Ini tuh rendah lho, saya nggak nambah cicilan besok-besoknya. Kalau memang bunga cicilan saya ternyata memang lebih tinggi dari suku bunga, saya mau nanya balik: bank mana yang mau ngasih bunga sesuai suku bunga? Sebenarnya ya ada, tapi harga rumah yang ditawarkan udah di angka yang nggak masuk akal. Biasanya miliaran. Lha situ kalau emang bisa KPR rumah miliaran, nggak akan baca artikel ini. Target artikel ini adalah orang yang beli Janji Jiwa nggak promo aja misuhnya tiga hari.

Ini yang saya maksud, lifehack-nya adalah bernegosiasi. Ingat, kalian itu adalah harta bagi para pegawai bank. Kesepakatan yang gagal, bikin mereka nggak bisa ngejual produk mereka. Jadi, saran saya, jangan tunduk-tunduk banget sama pegawai bank. Kalian juga punya daya tawar. Kritis juga perlu, sebab KPR ini menentukan nasib keuangan kalian selama beberapa tahun ke depan. Pelajari kontraknya betul-betul.

Life hack lain, kalau kalian nggak punya duit buat bayar notaris, coba diskusiin sama pemilik/ pengembang rumah. Mau nggak mereka nalangin dulu, abis itu diganti. Jangan khawatir mereka nggak punya duit, sebab begitu tanda tangan penyerahan, mereka dapet uang dari bank. Pinter-pinter aja nego. Kalian ngajuin KPR, bisa dibilang adalah masa kemampuan negosiasi kalian diuji.

Kalau saya sih, nggak mau kalah. Jadi prosesnya amat lancar. Saya tahu kalau saya berharga sebagai nasabah, jadi ya nggak bisa ditekan. Wong tanggal akad aja bisa saya geser.

Tips-tips ini sebenarnya bisa dipakai untuk urusan lain. Misal, kredit motor atau hape. Bisa banget kalian negosiasi. Banyak yang belum tahu, kalau cicilan itu bisa banget ditawar. Kuncinya satu: jangan mau kalah. Tapi ya jangan nyolot, kasihan pegawene coi.

Itulah tata cara pengajuan KPR plus tips-tipsnya. Ingat, saya KPR lewat Bank Mandiri. Bank lain, bisa jadi punya metode berbeda dan mungkin lebih susah. Tapi, semuanya sama kok, asal berkas disiapkan dan lengkap, apalagi jika gaji kalian cocok, dah, tembus. Yakin deh.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Siasat Pekerja Punya Rumah Lewat KPR, Gaji UMR Jogja Bisa Punya Hunian?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version