Kalau ditanya, “Surah apa yang paling kalian hafal?”, saya yakin sedari kecil pasti yang dijawab, “Alfatihah”. Alfatihah kita ulang-ulang terus sampai hafal di luar otak. Nggak perlu pakai mikir lagi deh, pokoknya. Andai ya, surah-surah lain dari Alquran yang kita hafal ini bisa seperti kita hafal surah Alfatihah.
Waktu pertama kali saya tinggal di pondok, setoran ngaji Alquran dimulai dari Alfatihah. Saya merasa waktu itu akan lancar-lancar saja dan langsung lanjut ke surah berikutnya. Tapi, ternyata sangat jauh dari perkiraan saya. Saya pikir dengan saya sudah pernah mengkhatamkan Alquran sewaktu masih duduk di sekolah dasar dan merasa bacaan saya juga sudah baik-baik aja, menambah keoptimisan saya juga akan cepat khatam di pondok.
Benar, seperti yang telah ditulis Mas Agus Ahmad dalam pengalamannya belajar Alquran dan kritiknya pada belajar Alquran metode cepat tersebut. Belajar membaca Alquran memang seperti melatih teknik vokal dan pernafasan. Mangap, meringis, mecucu adalah ciri khas pengajaran membaca Alquran di pesantren. Gerak bibir dan pelafalan makhraj harus benar-benar jelas.
Bacaan Alfatihah yang kami baca harus benar-benar tartil, sesuai kaidah tajwid, makhraj harus teliti. Pokoknya sampai benar-benar fasih. Paling cepet kurang lebih sebulan baru selesai bahkan ada yang sampai tiga bulan hanya untuk setor surah Alfatihah saja. Jenuh? Iya, jelas lah, jenuh banget. Udah santri baru belum betah di pondok, ditambah setiap hari ngajinya itu-itu aja.
Kalian yang pernah tinggal di pesantren atau waktu belajar surah Alfatihah di guru ngaji kalian, pernah mengalami perjuangan seperti ini juga, nggak?
Dari perjuangan kami membaca Alfatihah dengan fasih tersebut, ternyata memang sangat penting dan sangat berguna bagi kami di kemudian hari. Alfatihah disebut sebagai ummul kitab atau disebut sebagai surah Babon alias induk kitab, yang dimaksud di sini adalah Alquran. Seperti nama lain dari Alfatihah yang telah kita pelajari di mata pelajaran Pendidikan Agama Islam waktu sekolah dasar dulu, yaitu Assab’ul masani (tujuh yang diulang-ulang).
Meskipun beberapa kalangan muslim ada yang mengatakan kalau bismillahirrahmanirrahim tidak termasuk bagian dari surah Alfatihah, sedangkan ayat ketujuhnya yaitu ghairil maghdlubi alaihim waladdlollin. Fyi, waktu belajar huruf Dlo’ di akhir kata dalam surah Alfatihah ini, saya pernah nangis di pondok gara-gara salah terus. Sampai akhirnya berhari-hari baru bisa melafalkan waladdlollin dengan benar.
Kembali lagi. Pernyataan diulang-ulang di sini adalah bacaan yang diulang dalam salat. Sehari kita salat yang wajib saja sampai 17 kali membaca surah Alfatihah. Alfatihah menjadi rangkaian rukun dalam salat. Bagaimana kita sah melaksanakan salat, jika kita tidak memenuhi salah satu rukunnya? Karena itu Alfatihah sangat penting bagi kelangsungan ibadah kita dalam sehari-hari. Hal sah tidaknya salat karena bacaan Alfatihah ini juga telah disebutkan dalam hadis sahih Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Surah Alfatihah biasanya dipakai dalam permulaan kita melakukan sesuatu. Mulai belajar, kita baca Alfatihah. Mulai acara, yang dibaca juga Alfatihah. Tidak hanya itu, di pondok juga sering kali mengamalkan doa kepada saudara-saudara kami yang sedang sakit, dengan mengirimkan bacaan Alfatihah. Surah ini memang sering digunakan sebagai bacaan perantara terkabulnya hajat. Tentu ini sudah tidak asing lagi di lingkungan kalian. Biasanya dengan membaca ayat Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, dibaca berulang kali dengan menyebutkan hajatnya.
Sangat banyak sekali kisah-kisah sahabat pada masa Rasulullah yang menceritakan tentang kehebatan surah Alfatihah. Seperti pengakuan salah satu teman saya, terkait bagaimana caranya dia lolos dalam suatu ajang perlombaan menulis bergengsi, dia menjawabnya, “Sebelum kirim tulisan ke email perlombaan tersebut, dia membaca Alfatihah dengan sungguh-sungguh.”
Kalau trik yang kami lakukan di pesantren lagi ujian sekolah dulu nih, “Sudah, nanti soalnya dikirimin Alfatihah aja, biar kita diberi kemudahan buat jawab soal.” Cukup menggelitik sih, jadi apa-apa dibacain Alfatihah. Sudah kayak jadi mantra saja. Saya pikir ini bisa dicoba buat kalian yang ingin banget tulisannya tembus di Mojok. Mungkin bisa dicoba, sebelum kirim email ke Mojok, bacain Alfatihah di depan layar laptop kalian. Barangkali kurator pada luluh baca tulisan kalian. Ya, siapa tahu~
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.