Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sepatu Campess Akhirnya Gaib dan Mencoreng Demokrasi Persepatuan

Aditya Novrian oleh Aditya Novrian
6 Mei 2020
A A
Membeli Sepatu Itu Nggak Selalu Mudah, Sering Rumitnya
Share on FacebookShare on Twitter

Seminggu terakhir jagat persepatuan Indonesia kembali ramai dengan rilisnya sepatu Campess. Yap, itulah sepatu yang memparodikan (bahasa kasarnya KW) sepatu Compass untuk Darahkubiru by Pot Meets Pop .

Sebenarnya sepatu ini awalnya hanya penuh sensasi untuk menaikkan popularitas sepatu Compass untuk Darahkubiru. Lambat laun sepatu parodi ini getol untuk memproduksinya secara massal bagi rakyat yang tidak kebagian sepatu Compass. Bahkan target awal Maret 2020 adalah awal perilisan dan penjualan, tapi hal itu ternyata batal karena alasan covid-19.

Berita baik akhirnya muncul bagi Sahabat Campess (fans dari Sepatu Campess). Dirilis pada Jumat (1/5/2020), sepatu Campess dijual online via Shopee. Tepat jam 13.00 WIB sepatu parodi ini dilepas dengan harga Rp339.000.

Herannya, sepatu parodi tersebut laris hanya dalam hitungan menit. Saya berpikir sepatu ini peminatnya juga cukup banyak, ya. Sesuai dengan tagline mereka yakni, “Dari Rakyat, Untuk Rakyat, Oleh Rakyat”.

Cepat larisnya sepatu Campess tak jauh berbeda dengan sepatu Compass yang juga sama-sama ludes hanya dalam beberapa menit saja. Saya cek dan klik di Shopee sudah berasa simulasi pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) online saja. Kalau tak dapat sepatu itu sama saja nggak dapat jatah kelas.

Dengan terjual habis sepatu ini sudah mencoreng taglinenya sendiri yakni “Untuk Rakyat”. Saya dan rakyat lainnya merasa tidak kebagian dan tak terpenuhi hak-haknya. Coba saja sepatu Campess meluncurkan Program Keluarga Harapan (PKH). Saya dan rakyat lainnya mungkin mendapat tunjangan sepatu parodi ini.

Habisnya stok sepatu Campess tentunya menjadi pertanyaan publik. Memang seberapa baguskah kualitas sepatu ini jika dibanding dengan sepatu Compass?

Lagi dan lagi di Instagram dari localpridegarage menyebut “ALAMAT, GHAIB LUR!” Sontak mengingatkan kembali kepada sepatu Compass edisi yang diparodikan juga gaib.

Baca Juga:

Sepatu Rakyat Itu Bukan Compass, tapi Kodachi

Naluri cek and ricek saya pun menggebu-gebu lagi. Saya membuka laman Facebook bertemu orang menjual sepatu Campess dengan harga dua kali lipat. Harganya tentu sudah mencapai Rp639.000. Sungguh sadis para reseller menjual sepatu parodi hanya untuk keuntungan pribadi. Hmmm, berpikir positif saja kelakuannya demi mencukupi hidup saat pandemi ini yang susahnya minta ampun dapat kerjaan.

Naiknya harga jual kembali sepatu Campess juga mencoreng taglinenya lagi, yaitu “Dari Rakyat”. Entah sampai kapan dunia persepatuan di Indonesia dapat kembali normal sebelum ada istilah sepatu gaib.

Sampai tulisan ini dirangkai, ada salah satu YouTuber yang sudah mereview sepatu Campess. Bahkan judul videonya pun mempertanyakan sepatu ini apakah sepatu ini benar-benar untuk rakyat. Lagi dan lagi masalah tagline sepatu ini dipertanyakan.

Sepatu Campess dan sepatu Compass jika dalam dunia hantu, mereka seperti noni-noni Belanda. Cantik, anggun, dan mempesona tetapi tak keliatan di mana dia berada. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya.

Tidak hanya itu saja, akun resmi dari sepatu Campess pun juga gaib entah ke mana. Kalau kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Momen gaib semakin terasa pada sepatu ini. Serem kalau hilang ternyata kena report masalah hak cipta. Namun, bisa dibilang bahwa sepatu Campess ini mirip hampir 90 persen.

Sebenarnya kalau dikaji kembali tentang permasalahan julukan sepatu gaib adalah kelakuan pemilik sepatu yang sudah membelinya dengan harga retail. Pemilik memiliki dua kemungkinan dalam memilikinya, yakni memang serius menggunakannya atau menjualnya kembali dengan harga selangit.

Kalau pemilik menjualnya kembali dengan harga selangit kasihan kami para mahasiswa kos kalau ingin membeli harus ke kalian. Sebenarnya boleh saja menjual dengan harga lebih tinggi tapi tolong perhatikan keinginan rakyat. Demokrasi dalam bersepatu akhirnya tercoreng juga, dong.

Demokrasi dalam persepatuan Indonesia harus dijunjung tinggi agar keadilan sosial dapat terwujud. Takutnya nanti ada demonstrasi dari pencinta sepatu lokal menuntut keadilan sewaktu-waktu.

Sepatu Campess hanya satu dari sekian parodi sepatu Compass yang menjadi gaib. Masih ada parodi lain seperti sepatu Campuss, sepatu Cempess, sepatu Composs, dan banyak lainnya. Apalagi lucu juga kalau sepatu parodi ada produk KW-nya. Dapat julukan baru, yakni Sepatu Parodi yang Terparodikan.

BACA JUGA Kondangan Fighter yang Galau Antara Flat Shoes dan High Heels: Dasar Nggak Penting! atau tulisan Aditya Novrian lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 6 Mei 2020 oleh

Tags: Sepatu campesssepatu compasssepatu parodi
Aditya Novrian

Aditya Novrian

Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga.

ArtikelTerkait

sepatu kodachi sepatu compass local pride overproud sepatu lokal berkualitas review sneakers dr. Tirta mojok.co

Sepatu Rakyat Itu Bukan Compass, tapi Kodachi

25 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.