Rest area yang dibikin BUMDes Burneh lebih ramai dan pesat perkembangannya dibanding Sentra IKM Bangkalan Madura. Gimana, nih?
Jika menuju Jembatan Suramadu dan melewati Tangkel, kalian akan melihat suasana baru di sisi kiri jalan, yakni sebuah rest area sederhana. Di depan rest area tersebut tertulis bahwa area ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Burneh. Tentu saja saya sangat kagum dengan ide tersebut. Sebab, hal ini menunjukkan bahwa Desa Burneh ingin menjadi desa yang lebih mandiri.
Tapi yang lebih menarik bagi saya, pembangunan rest area oleh BUMDes Burneh ini ternyata memberikan fakta baru pada kita, yakni bukti kegagalan proyek rest area Sentra IKM milik pemerintah Bangkalan Madura. Lokasi rest area Sentra IKM berada pada jarak 10 kilometer dari BUMDes Burneh. Tapi kalau diperhatikan, rest area milik pemerintah ini sampai sekarang nggak jelas fungsinya apa.
Daftar Isi
Rest area BUMDes Burneh baru buka sudah ramai
Saya kurang tahu, kapan rest area BUMDes Burneh dibuka. Yang saya ingat, dua bulan yang lalu rest area ini masih belum ada. Jadi bisa dibilang rest area ini masih baru. Tapi meskipun masih baru, antusiasme pengendara untuk berhenti ke rest area ini cukup ramai. Alasannya menurut saya, karena rest area ini juga menjual makanan ringan maupun berat.
Kemarin sore, saya sudah mencoba makan di rest area ini. Ternyata harganya tidak begitu mahal. Waktu itu, saya pesan 3T (tahu, telor, dan tempe). Dengan porsi nasi yang sedang, saya mendapat satu telur goreng dadar, dua tempe goreng yang tebal, dan dua tahu goreng yang juga tak kalah tebal.
Awalnya saya kepikiran dengan harganya. Sebab, ukuran lauk 3T nya lebih banyak daripada nasinya. Tapi ternyata harganya cuma 12 ribu. Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa orang mau berhenti di rest area ini.
Kalian yang sering lewat, saya sarankan wajib mencoba!
Sentra IKM Bangkalan Madura maksa bikin acara, tapi tetap sepi
Sentra IKM milik pemerintah Bangkalan Madura adalah kebalikan dari rest area BUMDes Burneh yang hanya milik pemerintah desa. Alih-alih semakin ramai seperti rest area BUMDes Burneh, sentra IKM Bangkalan Madura malah lebih sering terlihat sepi, seperti tak ada kehidupan. Tak percaya? Coba kalian bandingkan sendiri ketika melewati kedua area ini.
Saking sepinya, pemkab kadang maksa bikin acara di rest area ini. Tapi ya hasilnya percuma. Ramainya pas acaranya saja, itupun yang hadir paling pegawai pemerintah kabupaten saja. Mungkin saja, mereka aslinya juga terpaksa. Nah, besoknya ya pasti kembali sepi seperti biasa. Hadeh!
Padahal rest area Sentra IKM Bangkalan Madura ini sudah dibuka sejak Agustus 2023. Tapi, yang namanya proyek gagal ya tetap saja hasilnya gagal. Buktinya kini areanya malah dipilih sebagai puskesmas sementara Kecamatan Labang.
Habiskan puluhan miliar, Sentra IKM Bangkalan Madura malah terlihat gagal
Menurut saya, Sentra IKM Bangkalan merupakan salah satu proyek besar di kabupaten ini. Dibangun pada 2017, pembangunannya menelan anggaran Rp70 miliar dan rampung pada 2022. Dengan anggaran sebanyak itu, tentu membuat saya heran dengan hasilnya. Sebab, jarang sekali melihat aktivitas orang-orang di area Rp70 miliar ini.
Hal ini berbeda dengan rest area BUMDes Burneh yang selalu ramai dari pagi hingga sore, bahkan malam hari. Padahal saya yakin anggaran pembangunannya tidak sebanyak Sentra IKM milik pemerintah Bangkalan. Di rest area BUMDes Burneh terdapat musala meskipun sederhana, warung makannya juga tidak terlalu heboh, pokoknya nyaman untuk warga biasa seperti saya.
Harusnya, Sentra IKM Bangkalan belajar dari rest area BUMDes Burneh.
Mau memajukan Bangkalan atau hanya mencairkan anggaran sih?
Dari dua rest area yang sangat berbeda jauh ini tentu patut jika saya curiga pada salah satunya. Rest area BUMDes Burneh jelas tujuannya, yakni untuk memajukan desa. Sebab, keuntungannya akan masuk ke kas desa. Bangunannya juga sederhana, yang penting manfaatnya ada.
Nah, berbeda dengan Sentra IKM Bangkalan milik pemerintah. Dengan anggaran Rp70 miliar, harusnya rest area ini lebih mudah menarik para pengendara untuk berhenti ke tempat ini. Tapi, kenyatannya malah sebaliknya. Jangankan berhenti, melihat saja saya pribadi tak tertarik. Makanya saya ingin menanyakan, niat pembangunannya untuk memajukan Bangkalan Madura atau hanya asal-asalan sih? Asal turun anggaran maksudnya.
Ya sudah cukup, tulisan ini hanya sebagai masukan saja untuk Pemkab Bangkalan Madura. Sebagai rakyat, saya hanya bisa berharap bapak/ibu segera mengevaluasi rest area tersebut. Sayang jika uang Rp70 miliar cuma dibikin proyek nggak jelas. Lebih baik buat program lain yang lebih bermanfaat.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Bus Trans Jatim: Ekonomis dan Nyaman, tapi Nggak Ramah untuk Penumpang Pendek seperti Saya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.